17.| Anak Bungsu

25 7 1
                                    

Kata orang,jadi anak bungsu itu enak. Jadi anak  kesayangan orangtua,disayang saudara. Mau apapun pasti dituruti. Gak banyak pikiran,dan pasti dimanja sama orangtua dan saudara.

Tapi,pada kenyataannya jadi anak bungsu tidak   se-enak kedengarannya. Hari ini,Layla merasa jadi anak yang tidak  berguna. Dia merasa jadi beban untuk keluarganya setelah mendengar percakapan orangtua dan kedua kakaknya tadi malam.

Pada saat jam pelajaran berlangsung, Layla tidak fokus dan tidak faham dengan materi yang diajarkan oleh guru. Sekarang sudah jam istirahat dan Layla sedang duduk di kursi panjang yang ada di taman belakang sekolah. Dia menghindar dari kedua sahabatnya.

Tadi malam,pada pukul 22.50 saat Layla terbangun dari tidurnya karena kehausan.

Layla terbangun karena haus. Karena di atas nakas-nya tidak ada botol yang berisi air,Layla memutuskan untuk turun ke lantai satu dan pergi ke dapur untuk meminum segelas air.

Saat melewati kamar kedua orangtua-nya,Layla mendengar suara ayahnya yang sedang berbicara dengan nada serius. "Ayah berani sumpah,bukan ayah yang menggelapkan dana di perusahaan itu. Ayah dijebak sama sekretaris Ayah. Ayah ga mungkin ngelakuin itu. Kalian percaya sama ayah,'kan?"

Terdengar helaan nafas bundanya. "Terus,presdir gak nyari tau lebih lanjut tentang masalah ini,gituu?. Ayah tiba-tiba di PHK. Gimana bunda gak kaget,coba? Usaha bunda juga lagi gak terlalu bagus,yah. Kenapa semuanya jadi kayak gini,sih?."

Adit dan April juga ikut merasa pusing dengan masalah kedua orangtua-nya. "Ayah tau,'kan kebutuhan kita makin membesar. Adit bentar lagi harus kuliah, April juga sama. Dia kebutuhan nya makin gede karena udah  kelas sebelas. Belom lagi Layla yang tiap bulan minta uang pengen beli novel. April mah gak masalah,dia gak bikin bunda pusing karena dia punya uang simpenan hasil dari lomba yang dia ikuti. Tapi...,Layla? Dia minta ke kita yah. Sekarang mau gimana?"

Hati Adit dan April sangat mencelos mendengar keluhan yang keluar dari mulut bundanya. Mereka tidak menyangka kalau ternyata, Mayang juga bisa  frustasi. Selama ini,Adit dan April mengenal bundanya sebagai orang yang sabar,baik hati,bijaksana dan juga bisa menghadapi setiap masalah dengan tenang.

Adit mendekati bundanya yang terduduk di atas lantai sambil menangis. "Bunda gak usah khawatir yaa. Aku  bakalan ikut SNBT. Dan klo lulus, aku bakalan ngusahain  dapet beasiswa unggul."

Mayang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Keluarga gue sekarang udah berantakan ya?."bisiknya pada diri sendiri.

Azam mendekat ke arah istrinya. "Bun,gak usah nangis lagi. Ayah bakalan tetep ngejalanin tanggung jawab ayah,kok. Ayah mau melamar pekerjaan jadi  driver go-car."

Mayang mengangkat kepalanya lalu memandang netra cokelat milik suaminya. Tatapan nya tenang dan juga teduh. Aura positif selalu terpancar dari kedua  mata suaminya. Mayang tersenyum dan langsung memeluk suaminya. "Maafin bunda kalo bunda terlalu cengeng yaa. Maaf kalo bunda terkesan egois ya,yah. Makasih juga udah jadi sosok suami dan ayah yang baik buat bunda dan buat anak-anak. Kita hadapi semuanya bersama ya,yah. Tetap berada di sisi bunda sampai ajal menjemput."

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang