.
.
.
Happy Reading
Layla menyalakan ponselnya untuk memeriksa pesan yang masuk.
Gilang
Layla, aku mau bertemu kamu hari ini. Apakah kamu berkenan?Layla menyatukan alisnya membaca pesan dari Gilang. Untuk apa lelaki itu mengajaknya bertemu? Layla mengetik balasan yang kira-kira akan pas untuk menjawab pesan itu.
Layla
Aku berkenan. Pukul berapa dan di mana tempatnya?Gilang
Oh Tuhan, syukurlah kamu berkenan.
Bagaimana jika di Viva La Vida?
Sepertinya itu tempat yang cukup bagus.
Aku akan tiba di tempat pukul 14.00Layla
Baiklah.Gilang
Sampai jumpa nanti Chi.Layla mengabaikan pesan terakhir yang dikirim Gilang dan memilih untuk membereskan tempat tidurnya yang err sangat berantakan. Ujung seprai kasur terlepas, bantal pun tergeletak begitu saja di lantai. Belum lagi iler Layla dimana-mana yang terlihat sudah kering. Ewh, menjijikkan!
Layla membuka lemari dan mengambil seprai beserta sarung bantal cadangan yang ia punya. Setelahnya, dia mengganti seprai kasur dan sarung bantal.
"Bun! Hari ini masak apa?" Layla berteriak sambil menuruni tangga.
Kamar Adit terletak di lantai dasar dan dia merespon perkataan Layla. "Bunda udah gak ada dek."
Layla terdiam. Sudah seminggu sejak hari itu. Kenapa dia belum juga terbiasa dengan ketidakberadaan Bunda? Se-bergantung itu kah dia pada Bunda?
Oh, iya ya...
Layla menampilkan senyumnya lalu bertanya, "Hari ini eksperimen apa bang?"
Semenjak Mayang meninggal, Adit jadi sering ber-eksperimen di dapur untuk membuat makanan. Hasil eksperimen Adit terkadang enak, kok. Walaupun lebih banyak yang gagal dan tidak enak sih.
Adit memakai celemek berwarna merah muda milik Mayang. Dia menjawab, "Belum mau eksperimen apa-apa deh. Masak yang udah pasti aja lah dek, tumis buncis."
Layla mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bang, nanti jam dua siang aku izin keluar ya."
"Kemana?"
"Ketemu Kak Gilang."
Adit tak menanggapi lagi ucapan Layla.
"Abang... nggak marah kan?" Layla bertanya dengan suara lirih.
Tanpa disangka, pendengaran Adit sangat baik hingga ia menjawab, "Abang nggak marah, dek. Mau gimana pun juga, kamu dan dia pernah terlibat dalam hidup satu sama lain. Tapi, tolong pesan Abang diingat ya? Jika dia membuatmu menangis lagi, bilang ke Abang."
Layla memicingkan matanya, "Tumben? Abang nggak kenapa-kenapa kan? Kok mendadak jadi kakak yang baik?"
Adit membanting pisau yang ia genggam ke atas talenan dengan cukup kuat hingga membuat Layla terkejut. "Astagfirullah ya Allah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla Dan Kehidupannya
Teen FictionKata orang, cinta pertama itu takkan pernah berhasil. Lantas, Layla bertanya-tanya. "Emang iya kalo cinta pertama ga akan bisa berhasil?" tanyanya dengan wajah polos di umur 11 tahun, saat akan menduduki bangku kelas 6 SD. Di umur 14 tahun, Layla s...