4. | -

44 10 2
                                    


Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tentu saja,  Layla dan juga teman-temannya sudah keluar dari kelas.

"Bareng yuk, pulangnya. Lay, Ris," kata Ros sambil terus berjalan menuju gerbang sekolah.

"Ihh, da kita  mah kan emang suka  bareng pulangnya dari SD juga," kata Rissa.

"Hayuk lah. Kan satu perumahan," ucap Layla.

Begitu sampai di depan gerbang sekolah, Layla melihat Fajri sedang duduk di atas jok sepeda nya.

"Fajrii!" Layla memanggil Fajri sambil berlari kecil ke arahnya, ah ralat. Lebih tepatnya, Layla berteriak saat memanggil nama Fajri.

Fajri menoleh ke belakang, lalu dia melambaikan tangannya pada Layla.

"Mau pulang bareng?" tanya Fajri pada Layla.

"Em, tunggu dulu faj. Tanya temen dulu, boleh nggak aku pulang nya bareng kamu." jawab Layla sambil terus melihat ke arah Rissa dan Ros yang sedang berjalan menghampirinya.

Rissa dan Ros sudah ada di hadapan Layla. "Jadi pulang bareng kita nggak lay?" tanya Ros.

"Aku sih boleh aja bareng sama kalian. Tapi, ini ada temen aku yang biasanya pulang bareng aku," jawab Layla lalu melihat ke arah Fajri.

Sementara yang dilihat hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Fajri buka suara, "Layla kalo mau pulang bareng temen sekelas juga gak pa-pa kok."

"Oke kalo gitu. Kamu duluan aja pake sepeda." jawab Layla lalu tersenyum.

"Duluan ya Lay. Dahh," ucap Fajri lalu melambaikan tangannya pada Layla, Rissa, dan Ros.

Hanya ingin memberi tahu, tempat tinggal Layla dan kedua temannya bernama Perumahan Anggrek Bulan.

Delapan menit menuju gerbang perumahan, ada sebuah motor beat warna merah yang berhenti di dekat Layla.

Layla, Rissa dan Ros langsung melihat ke samping dan ternyata, orang itu adalah kak Gilang

"Rumahmu ada di mana?" tanya Gilang

"Kamu nenyeak?" kata Ros sewot.

Gilang menatap Ros dengan tatapan tajam andalannya.

"Di mana aja boleh kak, kalo bisa sih kita   dan membangun rumah tangga yang bahagia." jawab Rissa lalu tersenyum centil. Lebih ke arah– pura-pura centil, sih. Dia melakukannya karena tidak ingin Layla didekati oleh Gilang. Dia mendengar dari orang-orang, katanya .... Katanya nih, ya. Ini 'katanya'. Bukan 'faktanya'. Katanya, Gilang punya hubungan yang sangat dekat dengan Jenia ( anak Kepala Sekolah ).

Layla diam. Ia menatap Gilang dengan tatapan tak suka.

Gilang menatap Rissa sambil menghela napas, lalu kembali melihat Layla yang masih menatapnya dengan tatapan yang tak meng-enakkan.

Gilang bicara, "Aku bertanya pada Layla. Mengapa kalian tiba-tiba menjawab? Kalian berdua ini memang sangat sok asik." Lalu ia mendengus kesal.

"Fuck you!" Umpat Ros. "Kamu yang sok asik,  tidak kenal dekat tapi tiba-tiba nanya alamat  rumah. Ngeselin banget tau ga?" Kata Ros sambil emosi.

Layla mengangkat dagunya. Dia menatap Gilang lalu bicara, "Apaan sih nanyain rumah segala?!?! Emang kita kenal?"

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu, ya. Hati-hati di jalan, Layla."

"Kukira kita asam dan garam.
Dan kita bertemu di belanga.
Kisah yang ternyata tak se-indah itu."
Rissa menyanyikan tiga baris  lagu yang berjudul "Hati-hati Di Jalan."

"Bagus banget suara kamu." Komentar Layla.

"Calon anak padus nih, bos. Senggol dong." Jawab Rissa dengan bersemangat.

"Katanya mau pergi?" Tanya Rissa.

"Sana pergi yang jauh, jangan deketin Layla lagi. Dasar manusia gak jelas." Kata Ros ikut-ikutan.

Gilang menghela napasnya lagi. Ia langsung menjalankan motornya dan meninggalkan ketiga gadis remaja yang masih berdiri di sana.

"Kak Gilang suka sama kamu 'kan?" Tanya Ros begitu Gilang menghilang dari pandangannya.

Layla bergidik ngeri. "Amit-amit ihh. Ya nggak lah! Mana mungkin."

"Ciee kiww kiw dideketin kakel nih. Kesannya gimana nih, kak?" Rissa ikut-ikutan.

"Kesandung ekspektasi sih karena berharap disukai sama kakel famous."

Rissa dan Ros diam. Tak ingin dan merasa tak enak menanggapi ucapan Layla. Kemudian, mereka bertiga lanjut berjalan sampai perumahan.

"Eh, katanya kalo pernah deket sama kakel tuh ujungnya bakal jadi tempat colokan ya?"  Ros bertanya aneh secara tiba-tiba.

"Tempat colokan?" Tanya Rissa bingung.

"Stop kontak?" Layla ikut bertanya.

Ros menggeleng ribut. "Bukan."

"Terus?" Tanya Rissa dan Layla secara bersamaan.

"Lost contact." Jawab Ros sambil cengengesan.

"Gak lucu banget, Ros. Sumpah."

"Apa sih? Gak jelas banget."

"Ya udah sihh." Sahut Ros dengan nada bicara yang sedih.

Tinggal beberapa menit lagi untuk mereka bertiga sampai di rumah masing-masing, namun .... Rissa melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

Di depan sana, tepatnya di samping rumah Layla, ada sebuah mobil pindahan dan salah satu temannya yang berdiri di dekat mobil itu. Dia Reyhan, orang yang ditunjuk menjadi ketua kelas oleh Bu Widya.

"Heh!" Seru Rissa ambil menahan kedua temannya untuk berhenti berjalan.

Layla dan Ros tentu protes.

"Liat deh, di sana ada mobil pindahan." Ungkap Rissa.

"Terus? Aku harus bilang WOW gitu?" Tanya Layla dengan ketus. Ia sudah lelah karena berjalan cukup jauh, ia ingin segera sampai di rumah dan rebahan di atas kasur.

"Ck, telat mikir banget deh. Tuh, di sana juga ada Reyhan." Ungkap Rissa lagi.

"Bentar deh. Maksud Rissa, Reyhan pindah ke samping rumah Layla yang baru aja dijual kemarin lusa?" Ujar Ros.

"Tepat! Nah, itu maksud aku."

Layla menghela napas sambil mengusap dadanya, ia bicara. "Ya udah lah, bukan urusan kita juga. Kalo pun dia emang pindah, gak ngaruh juga 'kan ke kita nya? Kita tetep bisa sekolah, makan, dan ngejalanin hidup kayak biasa."

"Ya bener sih. Ah, udah ah. Masuk dulu. Bye-bye friends." Pamit Rissa.

"Aku juga ya. Sampe ketemu besok, Layla!" Ros ikut melakukan hal yang sama.

"Kan kan kan. Mereka mah da gitu. Aku mau  pulang cepet aja pake ditahan dulu dengan cara ngomongin si Reyhan ga jelas itu. AISHII. Nyebelin banget." Kata Layla sambil mencak-mencak gak jelas. Ia melanjutkan jalan kaki hingga sampai di  rumahnya.






abaikan typo dan mohon beri apresiasi dengan cara klik tombol bintang di bawah. terima kasih banyak!

Revisi
Sabtu, 2 Maret 2024
Pukul 14.26 WIB

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang