2. | Wakil Ketua OSIS

71 14 10
                                    


Layla bangun dari tidurnya, dia mengucek matanya dan melihat jam di hp-nya. Setelah melihat jam di hp, ia langsung berlari ke kamar mandi sambil membawa handuknya.

Coba tebak, sekarang jam berapa? Sangat tepat. Sekarang sudah jam 06:10 pagi dan Layla baru bangun tidur.

Setelah berada di dalam kamar mandi  selama 20 menitan, Layla keluar dari kamar mandi

Layla langsung bersiap siap dengan tergesa gesa, setelahnya  ia langsung menuruni tangga dan turun ke lantai dasar.

"Bundaa, ayah dah berangkat belomm?" Tanya Layla pada bunda  Mayang yang sibuk membersihkan dapur.

Bunda Mayang yang awalnya sibuk membersihkan dapur, langsung menghampiri putri bungsunya, dia bicara "udah dek. Bunda kira kmu gak bakalan sekolah. Karena baru mens,'kan."

Layla cemberut mendengar perkataan bundanya. "Ya udah lah. Layla pake go-ride aja berangkat nya. Assalamu'alaikum bunda," kata Layla sambil mencium punggung tangan bundanya.

Layla keluar rumah dan langsung memakai sepatutnya dengan terburu-buru. Setelah itu, dia keluar dari gerbang dan mulai berjalan ke gerbang perumahan. Namun sialnya, jaringan internet sangat loading dan membuat Layla sulit untuk memesan ojek onnline.

"Ishh, kok loading sihh? Jam tujuh kurang lima belas menit loh ini," gerutu Layla sambil terus berjalan.

Saat sudah sampai di depan gerbang perumahan, ada sebuah motor beat warna merah yang berhenti di depannya.

Layla yang awalnya sibuk menggerutu sambil menekan nekan layar hp, mengangkat kepalanya. Ia menatap orang itu, dan ternyata  orang itu adalah kak Gilang.

MaasyaAllah. Kasép gini eum. Batin Layla.

Gilang. Wakil ketua OSIS periode tahun 2022/2023

Layla mematung di tempatnya.

"Mengapa kau melamun?" Tanya Gilang.

Layla langsung mengerjap beberapa kali dan menggeleng. Ia menjawab, "Nggak  kak."

"Kau pasti sedang kesulitan mencari ojek online. Ayo pergi ke sekolah bersama," celetuk Gilang.

"Hah?" Mulut Layla menganga lebar.

"Tutup mulutmu, atau lalat akan masuk ke dalam tenggorokan mu itu."
Bagai seorang kucing yang menurut pada pemiliknya, Layla langsung menutup mulutnya.

"Mau pergi  ke sekolah bersama, tidak? Jawab dengan cepat. 10 menit lagi bel berbunyi."

Tanpa menjawab pertanyaan Gilang, Layla langsung duduk di atas jok motor itu.

Saat Gilang dan Layla sampai di sekolah, gerbang sudah akan ditutup. Tetapi, karena Gilang sudah mempunyai nama di depan para staf ... akhirnya ia diizinkan untuk masuk.

Layla turun dari motor Gilang, "makasih kak tumpangannya," ujar Layla sambil tersenyum, lalu ia mulai berjalan ke kelasnya.

Layla melihat arloji yang ada di  tangan kirinya. "Duhh, jam tujuh kurang empat menit. Harus  buru buru ini mah," gerutu Layla.

"Tunggu dulu," ujar  Gilang sambil menarik pergelangan tangan Layla.

Layla berbalik badan  dan  menatap Gilang, lalu ia berujar. "Ada apa lagi kak? Cepet ngomong. Keburu guru masuk kelas."

"Beritahu aku nomor ponselmu." Celetuk Gilang sambil memberikan selembar kertas dan satu pulpen.

Layla mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa?"

Gilang menghela napas. "Aku sudah berbuat baik padamu. Jadi, aku akan meminta balasan kebaikan padamu di lain hari."

Layla tertawa sambil bertepuk tangan. "Apa-apaan ini? Kamu keberatan kalo aku numpang sama kamu?" Tanyanya nyolot.

Dengan watados-nya, Gilang mengangguk. "Ya, benar. Motor itu hanya boleh diduduki olehku dan adik perempuan yang aku punya."

Ternyata, sikap dan sifatnya tak sebagus parasnya. Cih, sangat menyebalkan. Batin Layla.

"Kamu akan tahu sifat dan sikap diriku yang asli jika kita lebih dekat. Bagaimana? Mau lebih dekat dengan aku?" Tanya  Gilang sambil mengangkat dagu.

"Gak, makasih. Tuh udah." Jawab Layla sambil menyimpan kertas itu di telapak tangan Gilang. Ia langsung berlari tergesa-gesa ke kelas nya.




Revisi kedua
Senin, 17 Juni 2024
Pukul 19.38

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang