20.| Adil Itu ...

16 6 0
                                    

Adil itu memberikan sesuatu dengan sama rata kepada semua orang, atau memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Layla sejak kejadian bullying di sekolah tadi.

Gadis remaja yang memakai ransel berwarna hitam itu terus berjalan dengan langkah yang lambat menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung melihat sang  bunda yang sedang membaca buku.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Bun, aku kena skors 3 hari." Layla berucap dengan nada sedih sambil menundukkan kepalanya.

Mayang tersenyum melihat putri bungsunya itu. "Sini dek, duduk di kursi. Jangan di lantai atuh."

Layla bangkit, lalu ia duduk di kursi yang ada di samping bundanya.

"Kenapa bisa sampai di skors? Adek buat kesalahan?" Mayang bertanya dengan suaranya yang lembut.

Layla menggeleng. "Adek ngga buat kesalahan, nda. Bahkan, sesuatu yang Adek lakuin itu baik." Ujarnya dengan suara seperti ingin menangis.

Mayang terkekeh. "Dek, kok kamu malah nangis? Bunda 'kan ngga marahin kamu."

"Iih, siapa yang nangis? Adek cuman kelilipan." Layla berucap.

"Boleh ngga bunda tau gimana ceritanya sampe kamu bisa di skors?" Tanya Mayang.

Layla mengangguk dan langsung menceritakan kejadian di sekolah tadi.

"Ohh, jadi .... kamu nolong temen kamu yang kena perundungan tapi malah kamu sama korban perundungan itu yang kena skors?" Mayang menanggapi.

Layla mengangguk lesu. "Iya, nda. Aneh banget iih."

Mayang tersenyum lalu mengusap lembut kepala Layla yang tertutup oleh kerudung. "Dek, kita sebagai manusia hanya bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami. Coba deh ambil sisi positif dari setiap  kejadian yang kita alami.  Menurut kamu, hal baik apa yang bisa diambil setelah mengalami hal itu?"

Layla mengangkat kepalanya. Ia tampak berfikir sambil memainkan kuku-kuku jari tangannya. "Gak ada sisi positif-nya sih, nda. Cuman .... aku jadi tau, kalo keadilan bisa dibeli dengan kekuasaan."

Perkataan Layla sontak membuat Mayang sedikit terkejut. "Heh! Kenapa kayak gitu sih ngomongnya?"

Layla mengedikkan bahunya acuh lengkap dengan wajah polosnya itu. "Fakta bukan nda?"

Mayang hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perkataan Layla. "Udah ah, dek. Sana masuk ke dalem."

Layla menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumahnya. Mayang pun melakukan hal yang sama. Bedanya, Mayang pergi ke dapur untuk memasak dan menyiapkan makan malam,  karena sebentar lagi Azam akan sampai di rumah.

Oh iya, tentang pekerjaan Azam .... sekarang Azam bekerja menjadi driver taksi onnline. Ya .... mungkin kalian tahu bahwa Azam difitnah oleh sekretaris nya sendiri pada saat masih bekerja di sebuah perusahaan.

30 menit kemudian, Azam masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam. Mayang menjawab salam itu dari dapur.

"Huhh, capek." Azam mengeluh lalu memeluk Mayang dari belakang.

Mayang menolehkan kepalanya ke samping dan melihat wajah suaminya yang terlihat lelah. "Kasian banget sii, suami aku capek." Ucapnya sambil terus menumis bumbu untuk memasak sayur kangkung.

"Iih ayah  geli tau." Keluh Mayang karena Azam terus mengembuskan napas di  lehernya.

Azam terkikik geli, ia menghentikan hal itu lalu melepas pelukannya. "Ah bunda mah gitu. Masa bunda cuekin ayah si? Sebel deh. Udah ah, mau bebersih dulu bye."

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang