18.| Anak Sulung dan Anak Tengah

31 7 0
                                    

"Gak ada yang enak kalo jadi seorang anak. Setiap anak pasti punya rasa gak enak nya masing-masing. Entah itu anak sulung,anak tengah,atau anak bungsu."

-Ashita Nur Layla-

.
.
.

Gimana kabarnya hari ini? Baik 'kan?

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA YA CINGTAH💋😁😁🫰🏻

Happy Reading

Banyak orang yang bilang,jadi anak
sulung itu kurang menyenangkan. Karena,anak sulung harus selalu mengalah pada adik. Harus menurut pada perkataan orangtua. Harus mengerti keadaan dan kondisi orangtua. Harus selalu siap mendengarkan keluhan orangtua.

Tapi,itu semua tidak sepenuhnya benar. Serius deh. Jadi anak sulung juga ada enaknya. Contohnya, saat orangtua membanggakan kamu di depan keluarga, di depan teman-temannya. Saat orangtua meminta bantuan dan bilang bahwa hanya kamu yang mampu melakukan itu. Saat orangtua mengucapkan terimakasih karena kamu sudah bisa menjadi sosok kakak yang hebat.

"Gue anak sulung yang harus selalu kuat dan tetap berdiri kokoh meskipun diterjang badai." Aditya bermonolog sambil terus menatap ke hamparan langit biru yang sangat luas. Ia juga melihat banyak awan putih berbagai macam bentuk.

"Ya Allah, kenapa semuanya jadi kayak gini?. Tiba-tiba banget ayah di PHK. Hidup memang kadang kidding."

Aditya menghela nafas lalu berbalik badan. Dia terdiam di tempat saat melihat Layla sudah berdiri di hadapan nya dengan dua gelas es susu cokelat.

"Loh? Kamu ngapain di sini,dek?." Aditya bertanya,membuat Layla tersadar dari lamunan nya.

Layla menggelengkan kepalanya beberapa kaki sambil tersenyum. "Aku cuman pengen nemenin abang di sini. Sambil minum es susu."

Aditya mengangguk lalu berjalan ke arah kursi. Layla juga melakukan hal yang sama.

"Nih." Layla menyodorkan segelas es susu pada Adit. Adit pun mengambil nya dengan senang hati.

"Abang capek ya?."pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Layla.

Aditya menolehkan kepalanya ke samping- ke arah Layla,lalu ia tertawa. Lebih tepatnya, pura-pura tertawa. "Ini pertanyaan ngarah nya kemana sih,dek? Capek apa?"

"Capek hidup,mungkin?. Capek jadi anak pertama,capek dengerin keluhan orangtua,capek harus selalu kuat dan menguatkan,capek harus jadi kepala keluarga kedua setelah ayah. Intinya,aku nanya abang capek sama semua ini?."

Aditya terdiam sejenak,lalu ia menghela nafas pelan. "Kalo ditanya,'capek nggak sama semua ini?'. Udah pasti jawabannya 'capek'. Dek-" Aditya menggantungkan kalimatnya. Ia mencoba tetap tersenyum walaupun sekarang, buliran air mata sudah turun dari kedua sudut matanya. Aditya memejamkan mata,lalu bangkit dari kursinya dan memeluk Layla.

"Abang capek sama semua ini. Abang udah gak sanggup." Aditya berbicara di dalam pelukan itu sambil terisak. Dan saat air mata Adit mengenai pakaian Layla,ia refleks ikut menangis.

"Abang udah dipaksa dewasa dari kecil. Baru umur satu tahun lebih,ehh...udah dikasih adik. Abang punya kewajiban untuk menjaga adik,yaitu kak April."

Ya,Layla tahu semua itu. Adit didewasakan oleh keadaan. Masih kecil,tapi sudah punya kewajiban untuk menjaga seorang adik. Padahal,kalau dipikir-pikir, Adit juga masih harus dijaga 'kan?

"Abang bukannya gak seneng terlahir sebagai anak sulung,tapi...abang lagi capek aja,gitu. Pengen ngeluh sejak lama,tapi...mau ngeluh ke siapa?"

Dengan keadaan yang masih sama-sama menangis dan juga terisak, Layla berbicara. "Ke adek aja,bang. Adek siap jadi tempat abang buat ngeluh, buat cerita."

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang