25.| Obsesi Jenia

22 3 2
                                    

di bab ini msih kelas 7 ya ges Layla nya alias ini msi di tahun 2023. karna bab sebelumnya ngebahas antara Fajri, Layla, dan Gilang... di bab ini aku mw bahas gimana perlakuan Jenia ke Layla.

Happy Reading

Hari ini, murid-murid SMP BIMA SAKTI dipulangkan lebih awal karena ada rapat guru menjelang Ujian Akhir Semester.

Layla berjalan dengan santai sambil mendengar lagu lewat earphone yang terpasang di telinganya.

Saat melewati sebuah warung, Layla mempercepat langkahnya karena takut akan diganggu oleh om-om yang sedang nongkrong di sana.

"Kakinya mulus amat neng. Curiga paha kamu juga mulus."

Mendapat pelecehan secara verbal, Layla merasa sangat marah dan kesal. Padahal, rok seragam yang digunakannya memiliki panjang selutut. Dia juga memakai kaos kaki yang panjang.

Berengsek! Dasar tua. Udah bau tanah aja matanya masih jelalatan. Layla membatin.

Mengabaikan perasaan marah dan kesalnya,  Layla terus berjalan dan mengabaikan ucapan Om Pohon. Mari sebut saja begitu karena tubuh om itu besar dan jangkung.

Tidak ada dalam perkiraan Layla bahwa Om Pohon akan mencegatnya.

"Eits, neng cantik buru-buru amat sih? Mau ke mana? Ikut sama abang aja yuk ke rumah. Nanti kita main di sana," kata Om Pohon seraya tersenyum genit. Tangannya digunakan untuk mencengkeram pergelangan tangan Layla.

Idih najis. "Abang" katanya? Gak sudi manggil dia Abang. Batin Layla.

Melihat Layla diam tanpa ekspresi membuat Om Pohon semakin tertantang. Dia membawa tangannya untuk menelusuri setiap inci wajah Layla.

Layla semakin kesal. Amarahnya sudah memuncak. Dia menendang alat kelamin Om Pohon dengan sekuat tenaga.

"AAAAKKHH," dan sukses membuat si Om Pohon berteriak.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Layla berlari dengan cepat dan tak memperhatikan jalan yang ia tuju. Akibat kecerobohannya sendiri, Layla malah masuk ke dalam gang kecil yang sempit.

"Ahh, kenapa jadi kayak gini sih? Seandainya tadi aku merhatiin jalan yang aku lewati, aku gak bakalan tersesat kayak gini."

Layla melepas earphone yang terpasang di telinganya dan segera mengirim pesan di grup keluarga.

Keluarga Bahagiaiaiaia
bundahara, abang, kakak, ayahanda

assalamu'alaikum
ada yang bisa jemput aku?
aku kirim live location aja ya.
ditunggu (__)
[tersampaikan]

Sembari menunggu balasan dari orangtua maupun kakaknya, Layla nekat berjalan untuk mencari jalan pulang yang benar.

"Ini jalannya ke mana ya?" gumam Layla setelah keluar dari gang tersebut.

Tanpa Layla sadari, di  belakangnya ada seorang  lelaki bertubuh besar dan bertato di lehernya

Si lelaki bertato menutup mulut Layla dengan kain yang sudah dibasahi oleh obat tidur.

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang