Apa yang ada di pikiranmu saat mendengar kata "bullying"?? Mungkin kamu sudah tahu, bahwa bullying adalah segala bentuk penindasan kekerasan yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok ke individu lainnya. Apakah bullying ini berbahaya? Oh, tentu saja. Bullying berdampak pada korban. Korban bisa mengalami gangguan masalah mental dan masalah kesehatan.Hari ini, tepatnya pada jam pelajaran keempat, Layla melihat empat orang yang sedang mem-bully salah satu temannya. Astrid. Dia adalah korbannya. Astrid disiram dengan air kotor oleh murid kelas IX.
"Heii, berhenti." Layla berteriak sambil berlari ke arah Astrid yang sedang menunduk.
Sekelompok kakak kelas yang mem- bully Astrid tertawa terbahak-bahak melihat Layla berlari ke arah mereka.
"Dia anak yang caper ke Gilang bukan sih? Sekarang mau jadi sok pahlawan juga kah?" tanya salah satu dari mereka sambil terkekeh.
Layla terdiam di tempatnya. Ia menghela nafas pelan lalu menjawab, "caper?" Layla bertanya sambil tertawa garing. "Apa bedanya aku sama kalian yang ngebully orang supaya dikasih perhatian lebih? Kalian pengen diliat sama kak Gilang dan teman-temannya dengan cara nge-bully orang? Bukannya kalian lebih dari kata caper, ya?"
"Wah, tuh mulut berani banget ngatain kita caper." ucap Jenia.
Clara mulai mengangkat tangannya untuk menampar Layla, namun dengan gerak refleks yang bagus Layla berhasil menahan pergelangan tangan Clara. "Tangannya kok ringan banget sih? Sampe berani nampar orang."
Clara menghempaskan tangannya yang dicengkram oleh Layla. "Ohh, jadi gini yaa kelakuan anak sholehah yang asli? Berani kayak gitu ke kakak kelas?" tanya Shifa- orang yang ikut mem-bully Astrid.
Layla memutar bola matanya sambil tersenyum remeh, "Kenapa aku harus takut ke kakak kelas kayak kalian yang kurang ajar? Kita sama-sama makan nasi kalo kamu lupa."
Jenia menunjukkan raut wajah pura-pura terkejut. "Hah? Emang iya? Aku kira kamu makan makanan anjing, soalnya sifatnya mirip sih."
"Budak setan," maki Astrid sambil menjambak rambut Jenia. Dia menjambak rambut Jenia dengan membabi-buta. Lalu Astrid menendang perut Jenia dengan lututnya. Sementara Layla, Shifa, dan Clara hanya meringis ngeluh sambil melihat hal itu.
Jika saja tidak ada siswa yang melaporkan kejadian itu, mungkin sekarang Jenia sudah berada di rumah sakit. Namun untungnya, hal itu tidak terjadi karena ada siswa yang melaporkan kejadian itu ke Bu Yuli -salah satu guru BK di SMP BIMA SAKTI.
"Duduk kalian semua." Titah bu Yuli dengan tegas. Kelima orang yang disuruh duduk pun langsung duduk.
Atmosfer yang mengelilingi mereka ber-enam terasa mencekam. Bu Yuli dengan wajah galaknya menatap lima siswa yang bermasalah itu dengan tajam. Jenia yang merasa tersakiti berpura-pura menangis di bahu Clara. Shifa menunduk merutuki kebodohannya yang mem-bully orang dengan alasan klise. Hanya Layla dan Astrid yang masih mampu duduk tegak dengan kepala lurus memandang jijik ke arah Jenia.
"Siapa yang salah?" Tanya bu Yuli sambil melipat tangan di dada.
"Mereka." Jawab Layla dan Clara bersamaan.
Bu Yuli menghela nafas jengah mendengar itu. "Saya tanya sekali lagi, siapa yang salah?"
"Mereka." Layla dan Clara tetap kekeuh dan tak mau mengalah.
Bu Yuli tertawa sambil bertepuk tangan, "hebat yaa kalian. Mempermalukan nama SMP BIMA SAKTI. Kalian tidak malu? Hah?"
Layla tersenyum- lebih tepatnya senyum meremehkan ke arah Jenia yang masih berpura-pura menangis di bahu Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla Dan Kehidupannya
Novela JuvenilKata orang, cinta pertama itu takkan pernah berhasil. Lantas, Layla bertanya-tanya. "Emang iya kalo cinta pertama ga akan bisa berhasil?" tanyanya dengan wajah polos di umur 11 tahun, saat akan menduduki bangku kelas 6 SD. Di umur 14 tahun, Layla s...