My Bodyguard

48 3 0
                                        

.
.
.
.
.
Aku bangkit dari kursiku lalu mengikuti Jo. Kami terus berjalan melalui orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak sedikit orang yang berpapasan dengan kami menyapa atau hanya sekedar memberi senyuman. Tentu saja pada Jo, bukan padaku. Mereka tidak mengenalku, kan? Bahkan ada yang tidak melihatku sama sekali saat menyapa Jo. Tidak masalah. Toh, aku juga tidak peduli.

Aku pikir disini hanya sekumpulan orang-orang yang melakukan penyelidikan kasus-kasus kriminalitas, tapi kurasa aku salah. Saat perjalanan didalam gedung ini, aku melewati ruangan yang berisi senjata-senjata yang baru pertama kali aku lihat, beserta orang-orang yang sedang merakit senjata-senjata baru. Bukan itu saja. Aku juga melihat ruangan lainnya berisi sekumpulan orang yang sedang berlatih bela diri atau semacamnya. Serta masih banyak yang lainnya yang jika kusebutkan satu per satu akan memakan waktu hingga akhir tahun.

Perjalanan kami ternyata tidaklah singkat. Aku baru menyadari betapa besar dan luasnya gedung ini. Kami harus menaiki lift lumayan lama, dan setelah itu masih harus menaiki tangga melingkar yang begitu tinggi.

Setelah kira-kira tiga ratus lima puluh anak tangga yang kami naiki, tentu saja aku tidak menghitungnya dan hanya mengira-ngira, akhirnya ada sebuah pintu. Jo membukanya and this is it. Akhirnya kami berada di atap gedung. Angin kencang langsung menerpa dan menerbangkan rambutku kesana-kemari.

“Wooahh...” Ucapku takjub lalu menutup mata merasakan angin sejuk yang berhembus. Sejak kejadian malam itu, baru kali aku merasakan ketenangan. "Tempat ini yang kamu maksud?"

“Kau suka?” Tanya Jo. Aku hanya mengangguk dan masih tetap memejamkan mata. “Ayo kesana.” Ajaknya.

Aku membuka mata dan mengikutinya. Lagi. Kami menuju sebuah kursi taman panjang di tengah-tengah, lengkap dengan sebuah meja didepannya. Beberapa dekorasi pot bunga, serta payung warna-warni yang tergantung cantik diatas kursi membuat tempat ini semakin menarik.
   
“Siapa orang kreatif yang menyediakan semua ini?”

I am, of course” Ucapnya sambil tersenyum. Lalu kami duduk di kursi itu. “Orang seusiaku yang telah bekerja keras, apalagi menantang maut, kadang merasa jenuh. Jadi aku ke tempat ini, dan membawa perlengkapannya.” Lanjutnya bercerita.

“Menantang maut? Apakah pekerjaanmu sungguh berbahaya Jo?” Aku bertanya menyelidiki. Apakah orang tuaku juga selalu bekerja mempertaruhkan nyawa? Mengapa mereka tetap melakukannya jika sangat mengancam keselamatan?

“Hmm.. 1 atau 2 kali mungkin? Jika melompat dari pesawat, gedung tinggi, atau mobil yang sedang berjalan tidak masuk dalam hitungan.”

“Apakah orang tuaku juga melakukan pekerjaan yang seperti itu?”

"Kemungkinan?"

"Mengapa santai sekali? Kalian punya banyak nyawa, hah?" Kataku agak sarkastik.

Jo tertawa ringan. "Jangan salah sangka dulu. Kami mendapat bayaran sepadan untuk itu."

"Cih, lebih baik aku jadi penjaga perpustakaan yang aman dan damai walaupun bayarannya kecil, daripada harus repot-repot mempertaruhkan nyawa."

"Kamu serius dengan ucapanmu?"

Memang ada apa dengan perkataanku. Bukankah aku benar?

"Apakah balapan liar tidak masuk dalam kategori mempertaruhkan nyawa?" Tanya Jo meng-skakmat aku. Aku membulatkan mata terkejut.

"Kamu? Darimana kamu tau?"

"Aku membuntutimu, dan percaya atau tidak, aku pernah jadi lawan tandingmu."

Tunggu. Ada sesuatu yang salah disini. Aku akui memang kadang kala aku mengikuti balapan liar. Suatu malam saat ayah dan bunda, yang bilangnya sedang tugas luar kota, aku jenuh sendirian dan berniat mencari angin segar. Tanpa disengaja aku melihat ada sekumpulan mobil yang kuduga mereka balapan liar ditengah malam, ditengah sepi nya hiruk pikuk kota. Aku pun tertarik dan bergabung dengan mereka, dan tanpa aku sadari aku ketagihan.

My Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang