Playing Game

17 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku mendengar suara bel apartemen berdering. Sontak aku langsung bangun untuk membukakan pintu.

Alvin sudah pulang sekitar sejam yang lalu, dan aku memutuskan untuk melanjutkan belajarku di ruang tengah. Beberapa buku berserakan diatas meja, ditemani bungkus camilan yang hampir kosong serta minuman kaleng.

Ketika pintu terbuka, benar seperti dugaanku, Jo berdiri disana, dengan pakaiannya yang masih sama seperti tadi pagi dia pergi.

"Masuklah."

"Terima kasih."

Aku kembali kedalam, berniat melanjutkan belajarku. Jo menutup pintu lalu mengikutiku.

"Kenapa repot-repot membunyikan bel dan menungguku membuka pintu? Ini apartemenmu dan kamu tahu password-nya. Aku juga tidak berniat menggantinya."

"Kamu sekarang tinggal disini. Bukankah itu sama saja melanggar privasimu? Bagaimana jika aku masuk dan kamu sedang tidak pakai baju?"

Aku menyipitkan mata, menatap Jo sebal. Perkataannya seolah menyindirku. "Lagipula kamu juga sudah melihatnya, bukan?"

Dia malah menyunggingkan senyum nakal. "Boleh aku melihatnya juga sekarang? Mau melakukan-'nya' lagi?"

Dia menyeringai seksi. Jo terdengar lebih nakal dari sebelumnya. Aku benci mengakuinya, tapi well, aku juga menikmati saat itu. Namun tidak untuk saat ini. Bagian bawahku masih butuh waktu.

"No! Aku sedang sibuk."

"Kamu sedang apa?"

Aku duduk di lantai, mengerjakan contoh soal-soal ujian di meja ruang tengah. Jo ikut duduk disampingku, sambil terus melihat kearah kertas-kertas yang kini sedang aku coret untuk mencari jawaban.

"Latihan soal."

"Perlu bantuanku?"

"Bantu apa?"

"Ada soal yang sulit kamu jawab mungkin?"

"Kamu bisa membantuku? Aku kesulitan dengan soal ini."

Aku menunjuk kesalah satu soal yang daritadi sulit ku jawab. Jo mengajariku cara untuk mendapatkan jawabannya. Dia menjelaskan dengan perlahan dan begitu mudah aku pahami.

Jo berakhir menjadi tutor-ku mengerjakan latihan soal. Dia juga memilihkan soal-soal yang kemungkinan keluar dalam ujian. Aku rasa Jo benar-benar punya bakat cenayang. Atau jangan-jangan dia bisa membobol situs resmi dan mencuri soalnya? Aku terus menatapnya heran sambil berpikir kemungkinan mana yang paling besar.

"Ada apa?" Jo bertanya saat sadar bahwa aku sedang menatapnya curiga.

"Bagaimana kamu bisa yakin soal ini akan keluar?"

"Aku memprediksinya. Percayalah padaku." Ucapnya sambil mengacak rambutku lembut. "Fokus saja pada soal-soal yang aku pilihkan."

Sedetik kemudian Jo berdiri dari duduknya. Mataku menatap setiap inci gerak-gerik yang dia lakukan. Dia menuju kearah bagian bawah televisi dan menekan tombol sebuah benda disana.

"Kamu mau ngapain?" Tanyaku begitu Jo kembali duduk dengan membawa joystick ditangannya.

"Main PS." Jawab Jo santai. Mengapa dia tega sekali karena main playstation tepat dihadapanku yang sedang bergelut dengan latihan soal.

"Tapi aku sedang mengerjakan latihan soal, Jo." Rengekku.

"Lalu?"

"Aku jadi tidak konsentrasi dan malah ingin ikut main."

My Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang