.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mobil Jo mulai memasuki kompleks apartemen miliknya. Disini berjajar bangunan-bangunan yang cukup tinggi namun tidak begitu menjulang. Jo masuk ke area parkir basement salah satu gedung tersebut yang tidak begitu jauh dari pintu masuk utama.
Setelah mobil terparkir, Jo menurunkan koperku lalu mulai menyeretnya. Aku mengikutinya dibelakang. Kami melewati pintu masuk gedung dengan menekan kombinasi angka sebagai password.
"Aku akan mengirim password-nya nanti lewat chat. Disini per lantai hanya ada satu unit. Semoga kamu nyaman tinggal disini." Kata Jo saat kami di lift dan sedang naik ke lantai 4.
"Apa di gedung ini ada penghuni-nya semua tiap lantai?"
"Setahuku semua unit sudah terjual. Namun, yang ditinggali hanya di lantai dua dan tiga. Tidak tahu kalau sekarang. Aku akan mencari tahu nanti ke satpam."
"Baiklah."
"Apa kamu takut jika disini sepi?"
"Hello... Apa kamu lupa sebelum ini aku tinggal dibawah tanah?"
"Benar juga."
Pintu lift terbuka tanda kami telah tiba di lantai tujuan kami. Pintu apartemen langsung terlihat bagitu kami keluar lift. Jo mamasukkan password kembali dan keluar bunyi 'bip' lalu pintu terbuka.
"Ayo masuk." Ajak Jo.
Pintu dibelakangku menutup sendiri ketika aku masuk. Jo sepertinya langsung membawa koperku dan meletakkannya di kamar. Aku melihat sekeliling ruangan ini. Tempat ini sangat rapih dan bersih. Perabotannya juga lengkap. Ditengah ruangan terdapat sofa untuk bersantai dan televisi, dibelakang sofa terdapat dapur yang cukup luas, disamping kanannya kaca besar dan sepertinya ada balkon diluarnya.
"Aku meletakkan kopermu di kamar. Kamu bisa membereskannya nanti." Ucapnya saat keluar dari kamar. Jo menuju sofa lalu duduk. Aku pun ikut duduk disampingnya.
"Kamu sering kesini?"
"Tidak. Kenapa?"
"Disini bersih dan rapih."
"Oh.. Ada seseorang yang mengurusnya. Dia datang tiap hari. Besok mungkin juga dia akan datang. Aku sudah memberitahunya bahwa kamu tinggal disini."
"Okay."
"Aku juga sudah meminta Leo untuk membawa mobilmu kesini. Dia akan datang setelah dia selesai kuliah."
"Yup."
"Kamu baik-baik saja?"
"Too well. Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?"
Jo melihatku dengan ekspresi bingung. Apa dia lupa? Aku daritadi masih penasaran dengan apa yang akan dia bicarakan, tetapi dia malah melupakannya?
"Tentang rapatmu tadi." Lanjutku mengingatkan.
"Oh iya! Kamu ingat dengan Pak Surya dan galeri barang antik?"
"Ingat. Ada apa dengannya?"
"Galerinya mengadakan pelelangan minggu ini. Dia mengundangku untuk datang, dan kebetulan juga ada seseorang dari Luceat Group yang akan datang. Ini kesempatanku untuk menyelidiki kembali Luceat Group."
"Lalu?"
"Aku akan datang kesana dan mencari tahu mengapa mereka kesana. Aku punya feeling itu bukan hanya sekedar hobi."
"Sama sepertimu?"
"Maksudnya?"
"Kamu berinvestasi karena ada niat terselubung, tapi aku mengatakan pada Pak Surya bahwa kamu menyukai barang antik. Aku tahu kamu bahkan tidak tertarik sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Agent
RomanceSera menatap takut rumahnya yang sedang dilahap si jago merah. Dia berteriak histeris memanggil ayah dan bundanya. Kejadian nahas itu menyeret Sera secara paksa untuk menghadap penderitaan pilu. Oh, tentu saja dia belum siap untuk semua itu. Namun...