.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suara beberapa orang yang sedang mengobrol disertai dentingan besi yang dihentakkan ke lantai tertangkap indra pendengaranku. Aku hendak melihat sumber suara tetapi mataku terasa berat untuk dibuka. Namun hidungku lebih dulu mencium aroma asap dari ban yang sedang dibakar.
Kepalaku terasa sangat pusing. Perlahan kesadaranku mulai pulih. Kelopak mataku sedikit demi sedikit juga mulai terangkat. Suara obrolan beberapa pria semakin terdengar jelas. Mereka rupanya mengobrol sambil memainkan tongkat pemukul sebagai latar musik.
Aku mengangkat kepala bersamaan dengan mataku yang terbuka. Kram terasa ditanganku, yang ternyata diikat menyatu dibelakangku. Aku duduk di kursi kayu dengan tangan dan kaki diikat.
"Sudah bangun?" Sebuah suara baritone menyapa telingaku.
Aku sontak menoleh. Seorang pria sedang duduk santai sambil memegang pistol memandangku tanpa ekspresi. Aku pun balas menatapnya tajam dengan mode siaga tiga.
Seketika memoriku terkumpul. Aku sedang berjalan ke minimarket tadi, lalu sebuah mobil datang kesampingku. Aku tidak menyangka orang-orang didalamnya langsung turun dan membekap mulutku disaat aku sedang santai berjalan sambil bertelepon dengan Jo. Aku sempat berteriak, tetapi mereka menggunakan obat bius sehingga membuatku kehilangan kesadaran dengan cepat.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tidak sadar. Aku baru menyadari bahwa aku sedang diculik. Ada pria aneh disampingku, dan beberapa pria lainnya sedang duduk berkumpul tidak jauh dari kami. Suara obrolan yang aku dengar tadi ternyata berasal dari mereka.
Aku kembali menoleh ke pria disampingku. Dia seperti menunggu jawabanku tapi aku enggan bicara. Aku mencoba menggerakkan tanganku yang diikat. Sial, ikatannya terlalu kencang, membuat pergelanganku nyeri saat aku berusaha melepaskannya.
"Wajahmu benar-benar perpaduan Felix dan Elis." Ucapnya lagi lebih pelan sambil menelitiku.
Mengapa pria ini kenal orang tuaku? Apa dia ada hubungannya dengan Occulta? Bukankah yang menculikku pasti dari Luceat Group? Ah, aku ingat, Occulta sudah dikuasai Luceat Group. Pasti dia kini jadi kaki tangannya.
"Siapa kamu?"
Ketika dia hendak membuka mulutnya untuk menjawab, dengan cepat aku kembali bicara. "Tunggu! Aku tidak ingin tahu."
Dia menyipitkan mata, kembali menelitiku lagi. Bahkan dia memajukan tubuhnya agar dapat melihatku lebih dekat.
"Apa kau akan membunuhku?" Tanyaku berani. Tidak. Aku sebenarnya takut, tapi berusaha memberanikan diri, hanya untuk bersiap jika itu benar.
Pria ini mengerutkan keningnya, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa tunggal yang sudah usang tempat dia duduk. "Aku rasa Jo tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
"Jadi kau benar orang Occulta? Apa kau tidak punya pilihan lain selain mengkhianati temanmu?"
"Kau tahu Occulta? Ah iya, kalau dipikir-pikir mustahil kau tidak mengetahuinya saat ini." Dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku yang malah terseret ke peralihan topiknya
"Kau benar. Aku bahkan sudah Office Tour disana."
Tuh kan.. Kenapa sekarang aku malah menyombongkan diri? Aku ini sedang jadi tahanan. Mengapa malah mengobrol santai dengannya?
"Wow, benarkah? Kau akan bergabung?"
"Tidak, terima kasih. Aku tidak berminat."
"Kenapa? Kau tidak ingin seperti orang tuamu yang menjadi agen penyelidik? Bekerja bersama, hidup bersama, dan sebagainya, bla.. blaa.. Ah iya, kau pasti justru trauma dengan apa yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Agent
RomansSera menatap takut rumahnya yang sedang dilahap si jago merah. Dia berteriak histeris memanggil ayah dan bundanya. Kejadian nahas itu menyeret Sera secara paksa untuk menghadap penderitaan pilu. Oh, tentu saja dia belum siap untuk semua itu. Namun...