Underground Hotel

13 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku terkejut mendengar sesuatu yang bergerak di tanah. Lantas aku menengok kebelakang. Beberapa meter persegi tanah dibelakangku terbuka seperti jalan masuk dan terdapat tangga untuk menuruninya.

Aku menuruni anak tangga secara perlahan, meneliti setiap sudut dibawah tanah sini, tapi keadaannya terlalu gelap. Tepat setelah aku mencapai dasar, pintu diatasku pun menutup dengan sendirinya. Secara bersamaan lampu-lampu menyala secara otomatis dan mengantarkan penglihatanku ke pintu lainnya.

Aku menghampiri pintu yang kuduga terbuat dari baja tersebut, dan aku juga melihat sebuah alat yang sama seperti di pintu masuk utama di kantor agen penyelidik. Aku berinisiatif melakukan hal sama dengan Jo, meletakkan tanganku pada alat tersebut. Benar saja! Alat itu seperti mendeteksi telapak tanganku lalu memberikan respon.

Identity accepted. Welcome, Sera...

Berhasil? Bahkan namaku diketahui? Pintu baja itu bergerak terbuka, dan whoah.. aku tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Ruangan yang sangat luas dan benar-benar luar biasa. Ada beberapa monitor besar berjajar beserta perangkat lainnya disisi kiri ruangan ini, serta alat-alat yang terlihat canggih lainnya. Aku bahkan dua kali lebih tercengang dibanding saat aku melihat kantor Jo. Sesuatu yang membuatku lebih takjub mungkin karena aku tidak pernah menyangka sebelumnya keluargaku memiliki ruangan mengagumkan tepat dibawah rumahku.

"Selamat datang, Sera. Ini pertama kalinya kau mengunjungiku, bukan? Orang tuamu telah memasukan identitasmu sehingga kau bisa masuk kapan saja. Ternyata kau berhasil juga menemukan tempat ini." Sebuah suara menyambutku. Aku menoleh ke segala penjuru tapi tidak ada siapapun disini. Hantu tidak mungkin menyambutku dengan ramah, bukan?

"Aku disini, Sera." Dia menyahut. Dia bahkan mengetahui kebingunganku. Aku menoleh kearah monitor itu, dan benda itu menyala tanpa gambar ataupun tulisan apapun, hanya sebuah garis horizontal lurus melintas ditengah-tengahnya.

"Ya, itu aku." Ucap suara itu lagi dan garis lurus itu seketika membentuk rumput tajam atas-bawah saat suara itu muncul.

"Kau... sebuah komputer? Yang berbicara denganku? Seperti Caron istrinya Plankton?" Tanyaku pelan karena ragu. Khayalan kartun spongebob terlintas di pikiranku.

"Ya! Oh, astaga! Apa aku belum memperkenalkan diri?"

Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Namaku Jane. Aku sebuah program komputer yang dibuat layaknya seorang manusia, memiliki otak pintar tanpa tubuh, aku bisa melihatmu dari semua mata kamera yang ada, dan menampilkannya di tubuhku yang berwujud monitor ini, dan tentu saja aku dapat melakukan apapun yang kau perintahkan. Ada pertanyaan?"

"Kau bisa hidup, hm, maksudku menyala sendiri tanpa seseorang yang menyalakannya?"

"Ya, selama programku aktif, aku bahkan bisa ada di ponselmu jika kau memasukkan aplikasinya." Lagi, aku terkesan dengannya. "Oh, ayolah, Sera. Tidak usah memasang tampang tegang begitu. Santailah sedikit. Anggap saja aku sebagai temanmu."

Bagaimana aku tidak tegang? Aku sedang berbicara dengan komputer. Entah ini benar terjadi atau hanya khayalan gilaku saja akibat stres. Setidaknya aku disini sendirian dan tidak ada orang lain yang melihat kegilaanku.

Aku berkeliling ruangan untuk melihat-lihat. Tempat ini bisa dibilang hotel. Ada kamar mandi, pantry dengan kulkas besar, bahkan saat kubuka kulkasnya penuh dengan makanan dan minuman, kasur dengan ukuran king size, serta satu set sofa.

Aku tidak mengerti mengapa orang tuaku membuat ruangan seperti ini dibawah tanah. Lagipula mengapa aku tidak diberitahu? Apa mereka khawatir aku akan mengacak-acak tempat ini, atau bahkan menyewakannya untuk penghasilan tambahanku? Pasti akan aku lakukan jika tidak ada komputer bisa bicara disini.

My Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang