.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari ini sungguh hari yang sangat melelahkan. Aku sudah seperti pria yang gila bekerja sebab tiba di rumah hampir jam 10 malam. Atau memang iya? Karena sebenarnya bukan hal yang langka aku pulang jam segini. Mungkin sekali atau dua kali aku pernah hampir tidak pulang. Mom selalu memperingatkanku untuk tetap pulang ke rumah, jam berapa pun pekerjaanku selesai, atau setidaknya mengabari jika tidak, tapi kalau bisa jangan. Ya, begitulah.
Keadaan rumahku gelap dan sunyi. Aku segera menuju tangga ke lantai atas dimana kamarku berada. Mom sepertinya sudah tidur. Begitu pikirku sampai aku mendengar suara berdehem dari ruang tengah.
Ternyata Mom berada disana masih terjaga. Dia memangku tabletnya sambil memasang tatapan kesal.
"Mom belum tidur?" Tanyaku lalu menghampiri dan langsung duduk disamping Mom.
"Mom masih ada pekerjaan, sambil menunggumu pulang. Kenapa kamu pulang malam sekali?"
"Jo habis memeriksa berkas di J-corp."
"Kamu dari sana?" Mom bertanya untuk meyakinkan, tidak lupa dengan keningnya yang berkerut karena heran. Aku pun mengangguk santai. "Tumben."
"Jo juga masih mengawasi perusahaan asal Mom tahu."
"Lalu kenapa kamu gak fokus sama perusahaan aja Jo, daripada masih mengurusi kantor yang gak jelas itu." Ucap Mom sinis.
Mom memang tidak menyukai aku bekerja untuk Occulta. Wajar memang. Orang tua mana yang mau anaknya bekerja dalam bahaya. Mau bagaimana lagi, aku menyukainya.
"Bagaimana pun juga Jo lebih menyukainya, Mom." Rengekku.
"Pokoknya Mom lebih suka kamu berhenti dari kantor itu. Kamu masih muda, Jo. Carilah waktu untuk bersenang-senang. Kamu sudah disibukkan dengan perusahaan Dad kamu, sibuk berkerja di kantor itu. Bahkan kamu kuliah sambil mengurusi itu semua. Mom juga jadi merasa bersalah karenanya."
"Mom, stop it, okay. I'm having fun now. Mom gak perlu khawatirkan Jo. Kalau Jo udah jenuh dan merasa berat bekerja disana, Jo janji akan berhenti dan fokus ke perusahaan."
Mom menghela nafas berat. Dia tahu bahwa membujukku tentang hal ini bukanlah hal yang mudah. Aku selalu berpegang teguh pada pendirianku dan apa yang ingin aku lakukan.
"Kamu harus jaga diri kamu baik-baik ya, sayang." Ucap Mom melunak sambil mengelus pipiku.
"I promise."
"Kamu sudah makan?"
"Sudah Mom tadi sama Dani. Jo mau ke kamar dulu. Mom juga harus tidur sekarang."
"Mom akan ke kamar sebentar lagi."
Aku bangun dari dudukku lalu berpamitan pada Mom untuk pergi ke kamarku.
"Night, Mom." Ucapku kemudian mengecup kening Mom.
Aku sangat mencintai Mom, dan aku tidak segan untuk selalu melakukan hal seperti itu. Mom hanya tersenyum melihatku menaiki tangga.
Setibanya di kamar, aku langsung melepas jaketku lalu melemparnya asal. Begitu juga dengan sepatu dan kaos kaki. Kamarku yang bernuansa gelap ini hanya ada ranjang extra besarku dan meja nakas disamping kanan kirinya. Sebelahnya berjajar jendela besar yang dapat ku geser sebagai penghubung ke balkon kamarku. Sangat simple dan minimalis bukan? Dan juga berantakan bisa ku bilang. Aku kebalikan dari tipe orang yang rapih dengan meletakkan semua barang pada tempatnya.
Semua hal lainnya aku letakkan tersembunyi dibalik tembok yang berhadapan langsung dengan ranjangku. Kamar mandi, lemari pakaian, serta ruang kerja rahasiaku. Masing-masing ruangan dengan masing-masing pintu yang berkamuflase dengan dinding. Kecuali untuk ruang kerja, aku memasang sensor sidik jari di pintu masuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332922274-288-k694308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Agent
RomanceSera menatap takut rumahnya yang sedang dilahap si jago merah. Dia berteriak histeris memanggil ayah dan bundanya. Kejadian nahas itu menyeret Sera secara paksa untuk menghadap penderitaan pilu. Oh, tentu saja dia belum siap untuk semua itu. Namun...