.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Saat ini mungkin kepiting rebus kalah merah dibandingkan pipiku. Aku mulai merasakan wajahku mulai memanas. Setidaknya aku harus melarikan diri dari situasi ini dan bersembunyi dari Jo.
"Uhm.. Aku rasa aku harus ke kamar mandi." Ucapku sedikit terbata-bata.
Aku melepaskan diri dan bangun untuk menjauhi Jo. Namun Jo juga ikut bangun lalu menahanku pergi dengan memegang tanganku.
"Wait, Sera. Aku harus pergi sekarang." Katanya saat aku berbalik menghadapnya.
"Dengarkan aku. Jangan pernah keluar dari sini apapun yang terjadi hingga aku datang. Aku akan menjemputmu besok."
Aku menangguk kecil tanda menyetujui. Bisakah dia lepaskan aku sekarang? Wajahku harus disiram air.
"Dan satu lagi. Jangan beritahu siapapun tentang tempat ini, termasuk Alvin, atau siapapun juga. Kamu paham?"
Aku sebenarnya ingin bertanya mengapa sampai Alvin tidak boleh mengetahui tempat ini, tapi lebih baik mengangguk saja agar dia cepat pergi.
"And.." ternyata masih ada lagi. "Wanna try another kiss?" Jo berkata sambil menyeringai.
Aku mengerutkan kedua alisku, mencerna apa yang baru dia katakan.
"NO..." Aku berteriak lalu berlari menuju kamar mandi. Jo tertawa ringan karena berhasil meledekku.
Begitu didalam aku menghidupkan keran westafel lalu membasuh wajahku. Aku menatap diriku sendiri di cermin.
Apa yang baru saja terjadi? Apa yang telah aku lakukan? Mengapa aku melakukan itu? Aku kembali membasuh wajahku dan kembali menatap cermin.
Air yang kubasuhkan ke wajahku tidak memberiku jawaban atas pertanyaanku. Alasan apa yang harus kubuat pada Jo karena telah melakukan itu? Apa yang akan aku lakukan selanjutnya?
Aku tidak tahu sebesar apa rasa sukaku padanya hingga membuatku nekat melakukan hal semacam itu. Cermin yang aku tatap menampilkan adegan tadi. Saat aku dan Jo saling bertatapan, pandanganku lalu turun ke bibirnya. Benda itu sangat kenyal dan lezat, membuatku ingin menyentuhnya lagi dan lagi, dengan bibirku tentu saja, seperti ada zat adiktif diolekan dipermukaannya sehingga aku langsung ketagihan walau baru sekali menyentuhnya. Harus ku akui bahwa berciuman dengan Jo begitu menyenangkan, dengan jantung berdebar dan perut tergelitik. Aku bahagia karenanya. Tanpa sadar aku pun tersenyum didepan cermin.
Oh no! Plaakk!
"Aawww..." Setelah sadar aku langsung menampar pipiku dengan keras.
Tidak Sera! Singkirkan pikiran kotormu! Dasar wanita mesum!
Hey jangan salahkan aku! Salahkan bibir Jo yang begitu menggiurkan. Oh shit! I did it again.
"Okay. Stop my mind! Don't think anything!"
Aku memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Bercermin membuatku semakin menggila. Semoga Jo sudah pergi.
Aku keluar dengan perlahan dan menengok sana-sini. Baguslah, Jo sudah benar-benar pergi. Aku menuju dapur untuk mengambil minuman dingin dari kulkas.
"Hai, Sera." Sebuah suara tiba-tiba muncul menggema di seluruh ruangan, membuatku loncat karena terkejut. Komputer sialan! Aku belum terbiasa dengan itu.
"Maaf aku mengagetkanmu." Ucapnya lagi.
"It's okay. Aku hanya belum terbiasa."
Aku meraih minuman kaleng lalu duduk didepan monitor. Aku membukanya dengan susah payah. Bagaimana Jo bisa melakukannya dengan mudah hanya dengan satu tangan?

KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Agent
RomanceSera menatap takut rumahnya yang sedang dilahap si jago merah. Dia berteriak histeris memanggil ayah dan bundanya. Kejadian nahas itu menyeret Sera secara paksa untuk menghadap penderitaan pilu. Oh, tentu saja dia belum siap untuk semua itu. Namun...