Cuti

20 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku tiba di Occulta agak terlambat hari ini. Tidak ada yang membangunkanku, karena Mom sedang dinas keluar kota. Aku terkejut saat terbangun dan melihat jam sudah pukul delapan, membuatku melakukan segalanya dengan terburu-buru. Semoga Pak Ivan tidak keberatan dengan keterlambatanku.

Aku memakai pakaian sangat formal, setelan jas hitam kemeja putih serta dasi yang sudah menggantung rapi. Aku seperti anak baru yang akan magang di kantor ini. Tidak sopan rasanya jika aku memakai pakaian seperti biasanya ketika akan menghadap bos.

Aku tiba di kantin pintu masuk kantor. Hanya ada Merry disana. Mungkin Ben sedang di bengkelnya mengerjakan pesananku. Merry daritadi menatapku bingung, bahkan saat aku masih berada dikejauhan.

"Pagi, Merry." Sapaku.

"Jo? Apakah kau dipindahkan ke bagian administrasi atau semacamnya?"

"Tidak."

"Lalu ada apa dengan setelan itu?"

"Bos memintaku ke kantornya hari ini. Maaf Merry aku sudah cukup terlambat. Sampai nanti."

Merry tidak terlalu menghiraukanku lagi. Dia kembali melakukan pekerjaannya yang aku juga tidak memperhatikan apa yang sedang dia lakukan. Aku harus segera ke kantor Pak Ivan.

Kantor Pak Ivan terletak di lantai paling atas sebelum atap. Aku segera memasuki lift untuk menuju kesana. Saat pintu lift terbuka di lantai tujuanku, aku dapat melihat sekertaris Pak Ivan duduk di mejanya.

"Pak Ivan sudah menunggu Anda dari tadi." Ujarnya saat aku menghampiri bahkan sebelum aku mengatakan apapun. Dia mengenaliku? Aku saja tidak ingat siapa namanya. Kebiasaanku yang sangat buruk karena jarang mengingat nama seseorang.

Aku mengikutinya. Dia membukakan pintu ruangan untukku.

"Selamat datang, Jo." Sambut Pak Ivan saat aku sudah di ruangannya. "Saya sudah dari tadi menunggumu." Lanjutnya lagi. Perkataan yang percis sama dengan sekertarisnya. Apa mereka sedang menyindir keterlambatanku?

Hari ini Pak Ivan bicara formal denganku. Biasanya dia memakai 'aku' tapi kali ini 'saya'. Aku pun mengikuti alur yang dia mainkan. "Maaf, Pak. Saya terlambat."

"Tidak masalah. Silahkan duduk, Jo."

Kami pun duduk di sofa tamu ruangan Pak Ivan. Dia menenteng sebuah koran lalu meletakkannya diatas meja setelah duduk.

"Berkat keterlambatanmu, saya bisa membaca koran pagi ini." Benar kan dia menyindirku lagi.

"Ada perlu apa, Pak, memanggil saya?" Karena ini adalah hal yang langka. Memanggil agen ke ruang CEO biasanya jika tidak turun pangkat, ya naik jabatan, atau bisa lebih buruk lagi. Diberhentikan.

"Begini, Jo. Saya akan menjelaskannya secara singkat padamu. Saya diberikan surat peringatan oleh Dinas Ketenagakerjaan terkait disiplin jam kerja karyawan dan cuti tahunan. Kamu dari awal tidak mengambil cuti, bukan? Saya takut itu bisa merugikan bagi Occulta."

Bisakah hal seperti itu terjadi? Dari mana Disnaker bisa tahu seorang pegawai tidak pernah mengambil cuti? Apalagi untuk kantor rahasia seperti Occulta.

"Jadi, saat ini saya akan memberimu cuti selama dua bulan."

Aku terdiam. Satu alisku terangkat. Aku terkejut sebenarnya, tapi masih berusaha memasang wajah datarku. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dua bulan? Mengapa harus sekarang? Disaat ada misi sangat besar yang sedang ku lakukan.

Sekertaris Pak Ivan masuk. Dia membawa secarik surat dan memberikannya pada Pak Ivan, lalu langsung keluar lagi.

"Ini surat cutimu. Saya sudah memprosesnya dimulai hari ini. Selama cuti kamu tidak perlu mengerjakan misi apapun ataupun pekerjaan lainnya." Pak Ivan memberikan surat yang dibawa sekertarisnya tadi padaku.

My Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang