Aku Mencintaimu

10 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kami telah tiba di lokasi beberapa menit yang lalu. Aku masih berdiam diri di mobil tanpa bicara. Aku menyilangkan tangan didepan dada, menunduk, dan memejamkan mata.

Berdoa? Entahlah. Aku bukan orang yang taat pada Tuhan, apalagi rajin beribadah. Namun, disaat seperti ini aku jadi orang egois tidak tahu malu yang berharap Tuhan akan membantuku.

Leo yang sudah memasang posisi siap di kursi belakang juga tidak berani menegurku, atau sekedar bertanya apa yang sedang aku lakukan saat ini. Dia mungkin melihatku sedang bermeditasi, membuang segala energi negatif dan mengumpulkan segala ketenangan dari alam sekitar.

Pikiran menjijikan.

Aku sama sekali jauh dari itu. Berusaha menenangkan diri mungkin iya. Mengumpulkan energi alam? Omong kosong.

Satu-satunya yang aku harapkan adalah Sera selamat. Namun sayangnya, bukan aku yang akan menyelamatkannya dan membebaskannya dari para penculik.

Aku diarahkan ke pabrik M.Grande, sedangkan lokasi Sera sekarang berada di bangunan yang berbeda dengan jarak sekitar 1 kilometer. Mungkin mereka masih tidak mengira aku akan mengetahui dimana Sera. Mereka akan berpura-pura membebaskannya setelah aku menyerahkan apa yang mereka inginkan, membuatku menjadi tikus yang terperangkap jebakan.

Aku tidak sebodoh itu dan aku tidak akan tenang jika Sera tidak diselamatkan lebih dulu. Oleh sebab itu, aku menyuruh Alvin untuk memakai topeng silikon wajahku dan pergi ke bangunan satu lagi untuk menyelamatkan Sera. Sementara aku akan masuk ke sarang para bajiangan lalu menjebak mereka balik.

Mengapa Alvin harus memakai wajahku? Karena akan lebih mudah. Jika Alvin pergi sebagai dirinya, mereka hanya akan mempertanyakan dimana keberadaanku dan tidak akan membebaskan Sera. Tentu saja, mereka tidak akan melakukannya semudah itu. Ada Alex disana. Dia bukan orang yang mudah ditipu. Aku mengambil resiko cukup besar disitu.

Singkat cerita, aku akan menyerahkan barangnya pada mereka, dan Alvin akan muncul sebagai diriku untuk menyelamatkan Sera, setelah itu Alex akan mengkonfirmasi apa mereka sudah mendapatkan barangnya, dan mereka akan bilang 'sudah', lalu Sera akan dibebaskan. Sisanya akan aku pikirkan nanti. Semoga saja sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Meskipun pastinya lagi-lagi ku bilang, tidak mungkin semudah itu.

"Vin, kau sudah di posisi?" Kataku akhirnya bicara melalui earphone.

"Sudah."

"Leo, kau sudah siap?" Aku beralih pada orang dibelakangku. Dia menatap dengan yakin.

"Tentu."

"Aku pergi sekarang." Seruku seraya meraih tas berukuran cukup besar.

Tepat setelah aku sudah turun dan akan menutup pintu mobil, Leo berkata, "Semoga berhasil, Jo."

Aku hanya balas menatapnya dalam dan mengangguk kecil. Pintu mobil kututup dan aku berjalan dengan mantap. Aku sengaja memarkir mobil lumayan jauh agar mereka tidak mengetahui keberadaan Leo.

Dikejauhan, aku melihat dua orang penjaga yang berdiri didepan gerbang utama. Mereka memasang posisi siaga begitu melihat kedatanganku. Salah satunya sempat bicara pada radio genggam.

Ketika aku tiba, tanpa ba-bi-bu, mereka langsung mengawalku masuk. Tanpa ku sadari aku sudah menjadi terkenal rupanya. Mereka sudah tahu siapa aku meski aku tidak memperkenalkan diri.

Aku dikawal, atau lebih tepatnya digiring seperti tahanan dengan senapan laras panjang yang siaga dibelakangku, untuk masuk kedalam gedung. Keadaan dalam gedung sangat sunyi, tidak ada pekerja disini, hanya ada para penjaga yang berkeliaran. Aku hanya melihat serangkaian mesin otomatis, yang ku yakini untuk memproduksi obat. Lagipula ini sudah gelap, para pekerja mungkin sudah pulang, atau memang sengaja diliburkan agar dapat menyambut kedatanganku.

My Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang