🗯Extra Part 1🗯

5.5K 366 3
                                    

Kennan seharusnya bahagia karena kini sudah menikah dengan Hera, tapi dia justru merasa agak sedih.

Pasalnya sudah setahun sejak mereka menikah, Hera tak kunjung hamil dan itu membuat Kennan berpikir jika dirinya lah yang bermasalah.

Siang ini Kennan mengurung diri di kamar, dia tak mau keluar bahkan setelah Hera membujuknya berulang kali, Kennan lagi sensitif.

"Sayang, kita kan belum nge check ke rumah sakit. Belum tentu juga kamu yang bermasalah, ayo keluar dulu, kamu belum makan siang loh."

Kennan tak menjawab, Hera tak tau kalau Kennan ini selalu ditanya kapan punya anak, Kennan tak mau mengatakannya pada Hera karena tak mau istrinya sedih.

Tapi Kennan juga berpikir, kapan dia dan Hera diberi keturunan?

"Kalau aku yang bermasalah, kayanya Kak Hera nikah lagi aja.." lirih Kennan sedih.

Dia bisa saja hidup tanpa keturunan bersama Hera, tapi gunjingan keluarga pasti akan didapat.

Apalagi Hera adalah pewaris utama, sudah pasti dia harus punya keturunan.

"Sayang, ayo keluar.."

Kennan menghela napas panjang, alerginya sudah tak muncul lagi sejak menikah, membuatnya bisa hidup normal tapi takutnya justru itu menjadi alasan kenapa Kennan belum diberi keturunan.

"Ayo Kennan, jangan buat Kak Hera sedih. Setidaknya harus dicheck ke Dokter biar lebih pasti." gumamnya bertekat kuat.

Ya benar, dia sudah menikah dan sudah dewasa, dia gak boleh takut pada kemungkinan yang belum terjadi.

Kennan segera turun dari kasur dan berlari kecil menuju pintu kamar, dia membuka pintu kamar dan menerjang Hera dengan pelukan.

"Maafin Kennan ya Kak.." lirihnya diceruk leher Hera.

Dengan penuh kelembutan, Hera membalas pelukan Kennan "Iya Kennan, kita coba sama-sama ya, kamu gak sendiri sayang."

"Um..semisal masalahnya ada di aku, kakak boleh kok nikah lagi."

"Kok gitu sih ngomongnya? Aku gak bakal nikah lagi, aku setia sama kamu sayang."

Kennan hampir menangis, tapi dia tahan, sudah nikah jadi gak boleh cengeng lagi.

"Makan siang dulu ya, baru kita ke Dokter."

"Okey~"

Hera melepas pelukan mereka dan mengelus pelan rambut suaminya, wajah manis Kennan selalu membuat Hera jatuh cinta terus menerus.

....

"Maafkan saya, rahim Nyonya Hera memang lemah dan jikapun kelak Nyonya Hera hamil, akan ada banyak resiko didalamnya. Untuk Pak Kennan, semua sehat dan subur, harus lebih sering diperhatikan waktu dalam berhubungan badan yah, jangan terlalu lama."

Baik Kennan maupun Hera tak tau mau bersedih atau bahagia, tapi mereka tetap tersenyum lalu izin keluar ruangan.

Hera tetap diam sampai mereka keluar ruangan, membuat Kennan sedih.

"Sayang.." lirih Kennan bergetar seraya memeluk Hera erat, dia berharap pelukannya bisa membuat Hera tak sedih.

Hera tersenyum sambil tertawa pelan, dia membalas pelukan Kennan.

"Kenapa jadi kamu yang nangis sih." kekeh Hera.

"Aku sedih..hiks.."

"Udah-udah, kata Dokter kan cuma rahim aku aja yang lemah, tapi kita tetap bisa punya anak."

"Iya..hiks..tapi bakal banyak resiko nya.."

"Enggak papa, aku kuat, kamu jangan nangis gitu dong."

Kennan tak perduli pada sekitar, dia hanya sedih pada kenyataan, dia tak mau Hera memaksakan diri untuk hamil.

Dia takut Tuhan mengambil Hera dari Kennan.

"Jangan tinggalin aku.." lirih Kennan memohon.

"Iya, Hera gak akan pernah tinggalin Kennan."

Anggukan Kennan berikan, ya, dia berharap tak akan ada lagi perpisahan diantara mereka.

Kennan takut ditinggalkan kembali, sangat menyedihkan bagi dirinya.

🗯Bersambung🗯

Softie Kennan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang