Aku updatenya satu-satu ya, tapi setiap hari 3 cerita baru aku bakal up terus, ya lihat syaratnya juga sih penuh atau enggak.
200 vote 100 komen gas🏃
><
Hera berhenti melangkah dikoridor kampus sore ini, sudah sepi, tapi kenapa Hera mendengar langkah kaki dibelakangnya ya.
Gadis itu diam sejenak, dia sedang mengingat beberapa gerakan silat yang sering Papa nya ajarkan padanya.
"Tapi aku kan bawa kejut listrik ya, kenapa harus panik." gumamnya tak acuh kemudian kembali berjalan.
Benar saja, setiap langkah kakinya disusul langkah kaki pula dibelakangnya.
Hera kembali berpikir, perasaan hari ini dia tak ada membuat masalah, hanya memperjelas kedekatannya dengan Kennan, lalu kembali ke kelas.
Tak mau pusing, Hera berhenti melangkah dan langsung berbalik, sontak orang yang tadi mengikuti Hera berhenti mendadak.
Tak ada wajah ketakutan atau panik diantara keduanya, Hera mengulas senyum tipis tak sampai mata nya, dia berdehem sejenak.
"Ayra si Sekretaris Himpunan itu kan? Ada apa? Apa kamu berurusan juga dengan Pak Aro?"
Ayra tak menjawab, dia diam menatap Hera dengan tatapan dingin penuh permusuhan, Hera harus mati karena dengan begitu Kennan akan menjadi miliknya.
"Kamu tak bisa membunuh orang semudah itu." Ayra tersentak, bagaimana Hera tau isi pikiran Ayra.
Hera sendiri tertawa pelan, dia melipat tangannya di dada.
"Menjadi Asisten Dosen bukan berarti aku hanya mengajar begitu saja, aku tau isi pikiran Mahasiswa ataupun Mahasiswi dari raut wajah dan ekspresi mereka, dan tentunya dengan,"
Hera berjalan mendeti Ayra dan masih mempertahankan senyumannya.
"Tatapan mata, mata menjadi kunci dari isi hati manusia, jadi lebih baik belajar lah untuk tidak terlalu menonjolkan perasaanmu karena itu bisa terlihat dengan mudah."
Geraman tertahan Ayra berikan, dia langsung menodongkan Hera dengan sebilah pisau yang biasa digunakan untuk memotong buah.
Hera bersiul pelan, dia menyentuh ujung pisau itu lalu menekannya, sampai darah mengucur dari jarinya.
"Bahkan berencana membunuhku dengan pisau buah? Lawak sekali kamu yah, enyahkan pikiranmu karena sepertinya itu tak akan berhasil."
"Bacot anjing!" Ayra yang merasa terhina pun langsung mengayunkan pisau tadi kearah pipi Hera.
Hera berhasil mengelak namun tetap saja pipinya terkena goresan pisau itu.
Sampai mengeluarkan sedikit darah.
"Haduh, Kennan pasti akan panik besok." Hera sempat melirik Ayra saat mengatakan nama Kennan, dan benar saja ada perubahan mimik wajah gadis itu.
Oke, sekarang Hera tau alasan dia melakukan ini pada Hera apa.
"Kamu hama dan aku tidak suka ada hama diantara aku dan Kennan, kalau tadinya Kennan menyukaimu, itu bisa dibilang akulah hama tersebut, tapi disini Kennan menyukai ku walau baru beberapa hari,"
"Sementara kamu yang mengejarnya selama bertahun-tahun tak berhasil mendapatkan hatinya, jadi bisa dikatakan jika kini kamu lah hama diantara aku dan Kennan, dan kamu tau apa yang harus dilakukan saat ada hama?"
Hera menyeringai seketika, wajah Ayra sudah merah padam menahan amarahnya, pegangannya pada pisau menguat.
"Tentunya aku harus menyingkirkan hama tersebut." Hera mengeluarkan sesuatu dari balik saku celana nya, dia menggoyangkan benda tersebut.
"Mau aku menghabisimu dan keluarga mu, atau kamu mundur secara mandiri tanpa perlu dipaksa?"
"Lo bacot banget Hera!"
"Aigu..padahal aku sudah berbaik hati memberi pilihan."
"Lo aja yang mundur sialan!"
"Eh, tidak bisa begitu dong, nanti Kennan kesayanganku akan sedih, beda cerita kalau kamu yang mundur, Kennan pastinya akan bahagia bukan."
Ayra baru saja hendak membalas, tapi terhenti saat melihat nama yang tertera diponsel Hera.
"Nona Hera, ada apa memanggil saya?"
"Pak Daren Adiningrat, anda bekerja sama dengan Perusahaan kakek saya kan?"
"B-benar nona..tapi apa saya ada membuat kesalahan?"
Hera melirik Ayra yang sudah pucat pasi. "Tidak, cuma saya minta anda mengatur dan mendisiplinkan anak perempuan anda ini ya, agar dia menjauh dari calon saya, dia menyebalkan sekali, jadi tarik dia sebelum saya bergerak."
"M-maaf Nona..maafin putri saya, nanti saya akan beri dia hukuman, tapi saya mohon jangan ganggu perusahaan saya."
Hera sebenarnya enggan menggunakan kekuasaan, tapi dia tak suka jika kepunyaannya akan diusik sedemikian rupa.
Jadi, lebih baik Hera bertindak sekarang bukan.
....
"Bundaaaaaaaa."
"Kenapa Kennan?"
Kennan berlari pelan kearah dapur, dia baru saja pulang dari kerja part time nya di kantor veztor tempat dia bekerja.
Raut wajah Kennan cerah sekali, dia tentu saja bahagia karena kini dia akan kembali dekat dengan Hera.
Dan bisa dikatakan mereka lagi pdkt an.
"Bunda! Kak Hera bilang kami pdkt dulu bunda, kalau udah sebulan nanti kami pacaran!"
"Ouh cepat juga ya."
"Heem, Ken seneng banget tau gak sih bunda."
"Iya nak bunda turut senang."
Kennan terkekeh pelan, dia membayangkan kedepannya akan terus dekat dengan Hera.
Jadi gak sabar untuk sebulan kedepan, Kennan akui ini pertama kalinya dia menyukai seseorang, jadi Kennan agak gimana gitu.
Jantungnya berdebar tak karuan hanya dengan membayangkan senyum manis Hera, atau membayangkan sentuhan Hera.
Dadanya jadi sesak, Kennan berlari pelan ke kamarnya, rasanya gerah sekali, dia mau mandi dulu.
Seperginya Kennan, Avia tampak terdiam untuk merenungi sesuatu.
"Apa kukatakan saja ya? Aku senang sih cuma...."
Avia jadi bimbang, bahkan sangat bimbang.
🗯Bersambung🗯
KAMU SEDANG MEMBACA
Softie Kennan [End]
RomanceSatu hal yang terjadi pada si Ketua Himpunan idaman banyak gadis itu saat menangis adalah? Apa itu? Ya! Kulit nya akan menjadi lebih sensitif dari biasanya, Kennan Asgar namanya, Ketua Himpunan Jurusan, Mahasiswa Semester 4 yang memiliki paras menaw...