🗯HK-19🗯

8.5K 1K 48
                                    

Terserah mau vote gak vote, mau komen gak komen, terserah kalian.

><

Kejadian bermula saat Kennan dan Rennan berusia 7 tahun, keduanya kala itu sibuk bermain di taman sementara Mario sibuk telepon an sama temannya di kursi taman.

Kedua bocah lelaki tampan itu tampak bahagia, tak ada raut apapun selain kebahagiaan diwajah mereka.

"Abang, mainnya disana yuk." ajak bocah lugu yang memanggil bocah berambut coklat muda dengan sebutan abang.

"Kennan, kata Ayah gak boleh main jauh-jauh, nanti ada penculik loh." tegur bocah itu.

"Ihhh! Abang Rennan ndak asik.."

"Kok gitu sih ngomongnya.."

"Kennan mau main disana abaaaang! Ayo mainnya kita kesana ajaaa." Kennan mulai menarik tangan Rennan menuju area yang berdekatan dengan jalanan, Rennan pasrah saja.

Keduanya bermain dipermainan jungkat-jungkit berdua, taman memang sudah sepi karena ini hampir magrib.

Mereka asik bermain tanpa tau jika mobil jip hitam ada terparkir dekat dengan mereka.

"Hahaha iya, aku tau---Rennan?" Mario yang tak mendapati keberadaan Rennan dan Kennan sontak menghentikan acara teleponannya.

Dia beranjak panik, dengan segera menyimpan ponselnya dan menelusuri taman.

Dan sayangnya, yang Mario lihat hantalan sendal milik Kennan tergeletak didekat permainan jungkat-jungkit.

"T-tidak mungkin.." Mario dalam masalah besar, Avia pasti akan marah saat tau anak-anak mereka diculik!

Mario mulai kalang kabut, dia terus mencari keberadaan si kembar, jam berlalu begitu saja, sampai malam hari pun Mario tak menemukannya.

Saat Mario mengatakan hal itu pada Avia, wanita-nya langsung menamparnya tanpa ampun, menangis histeris tak terkendali.

Mereka melapor pada polisi dan pencarian dilakukan, 1 hari, 2 hari, 3 hari..

4 hari berlalu, mereka berhasil menemukan Rennan dan Kennan saat para polisi melacak ke arah rumah bordil di daerah situ.

Polisi menggerebek nya besar-besaran, dan keduanya ditemukan.

Rennan ditemukan dalam keadaan kurus kering, wajahnya banyak bekas pukulan sementara lidahnya sudah dipotong.

Sementara Kennan dalam keadaan menangis histeris, tangannya diikat dikepala kasur yang ada diruangan itu, Kennan tak mengenakan busana sama sekali.

Banyak luka memar ditubuh Kennan, dan tentunya ditemukan tanda bekas pelecehan seksual ditubuh bocah malang itu.

Setelah berhasil diselamatkan, Rennan dikebumikan dengan layak, dan Kennan harus menjalani therapi agar trauma nya bisa diatasi.

Kejadian itu membuatnya trauma, dan karena keseringan menangis ditempat yang tak layak, Kennan jadi tersugesti, dimana saat Kennan menangis dia akan merasakan gatal ditubuhnya.

Namun saat Hera menyentuhnya dia malah mendesah, itu alam sadarnya sedang memproses kejadian, dimana dulu saat Kennan diculik, dia dilecehkan dalam keadaan menangis.

Sehingga begitu dia menangis, dia dilecehkan dan mendesah, makannya saat Hera menyentuhnya, tubuhnya bereaksi seolah mengingat kembali kejadian naas itu.

Alerginya saat menangis timbul karena trauma, bahkan desahan saat dia menangis disentuh orang itu juga termasuk trauma.

Tubuhnya memberikan reaksi sama saat dulu Kennan diculik, dia dilecehkan dalam keadaan menangis.

Semua ada sebab dan akibat, tak mungkin kan Kennan menangis dan mendesah begitu disentuh Hera, terjadi tanpa ada sebabnya.

....

Kennan mengurung dirinya di kamar, selama seharian ini Avia bisa mendengar tangisan dari kamar Kennan, wanita itu tak bisa berbuat apapun selain mendatangkan Hera.

Untungnya Hera lagi gak sibuk.

"Tante mohon ya, Kennan belum makan apapun dari kemarin, tante takut dia sakit." Hera mengangguk sembari menerima nampan berisi makanan dan susu.

"Iya tante." Hera berjalan menuju kamar Kennan yang ada di lantai 2, kalau terus seperti ini, hidup Kennan akan kacau.

Dia tak kuliah, tak keluar rumah, tak pergi part time, semuanya berantakan karena hal ini.

Tok tok.

"Bayi kecil, ayo buka pintunya,"

Tak ada sahutan, sebelum akhirnya terdengar suara kunci terputar lalu dibuka, Hera bisa melihat keadaan Kennan yang berantakan.

Rambutnya acak-acakan, matanya sembab dan merah, ruam-ruam gatal dipipi, leher serta tubuhnya, tatapan pilu yang masih ada dikedua matanya.

Keadaan Kennan kacau, bahkan Hera bisa melihat luka cakaran dikaki, leher, dan tangannya.

Hera masuk tanpa bicara, dia berjalan menuju nakas disebelah kasur Kennan, lalu meletakan nampan disana.

Kemudian Hera menepuk pinggiran kasur pelan, seulas senyum tipis terlihat diwajah pucatnya.

"Duduk disini, biar aku suapin, kamu harus makan sayang."

Kedua tangan Kennan bergetar, Kennan berjalan mendekati kasur lalu duduk sesuai apa yang Hera katakan.

"Makan yah, kamu masih mau ngurung diri? Gak kangen kencan diluar sama aku?"

Kennan menggeleng pelan, bibirnya bergetar. "A-aku takut..hiks.."

"Takut apa sayang?"

"Takut..aku ngerasa udah gak berharga lagi buat kamu..hiks..aku gak pantes deket sama kamu..a-aku kaya barang bekas sementara kamu..hiks..huhuuuu.."

"Jangan ngomong gitu, aku gak suka dengernya."

"Takut kak..hiks..huaaaaaa aku takuuut.."

Hera meletakan kembali piring berisi lauk itu, lalu memeluk Kennan erat, mengelus punggungnya dan menenangkannya.

Masih tersisa 19 hari dari waktu Hera di dunia ini, dia tak mau waktunya terbuang sia-sia, Hera mau memperbanyak amal, dan juga memperbanyak momen bersama Kennan.

"Iya Kennan..aku tau kamu takut, ada aku disebelah kamu, jadi gak bakal masalah." bisik Hera lembut.

Kennan mengeratkan pelukannya, tangisnya disembunyikan dileher Hera, Kennan takut akan fakta yang dia terima.

Dan juga takut akan kemungkinan Hera pergi meninggalkannya.

Entah sekarang atau nanti.

🗯Bersambung🗯

Softie Kennan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang