Pulang

2.5K 206 0
                                    

"Eomma belum pulang?"

Pintu sebuah mobil taksi itu terbuka, sepasang kaki panjang yang pertama terlihat lalu seorang laki-laki dengan pakaian santai itu menutup pintu taksi setelah sebelumnya mengatakan terimakasih pada sopir taksi.

"Eoh Jaemin-ah, Eomma sebentar lagi akan pulang. Apa kau sudah sampai rumah?"

"Baru saja. Aku akan naik," jawab laki-laki itu seraya menekan tombol di elevator menuju lantai atas, rumahnya.

"Masuklah dulu, Eomma akan datang sebentar lagi. Menunggu saja sambil menonton TV atau bermain ponsel, jangan membereskan rumah karena kau bukan pembantu."

Jaemin tersenyum tipis. Jika di dorm Jaemin sangat jarang bersih-bersih, kebalikan di rumah. Saat Jaemin di rumah, ia sangat suka bersih-bersih. Jaemin pikir, setidaknya ia harus meringankan sedikit pekerjaan Eommanya.

"Arraseo, cepatlah datang uri Eomma ... "

Setelah panggilan terputus, Jaemin keluar dari elevator dan menghampiri pintu rumahnya. Ia menekankan beberapa angka pin rumahnya, lalu membukanya pelan. Gelap.

Rumah ini dihuni dua orang dewasa, tapi seperti rumah yang dihuni oleh anak laki-laki remaja pemalas atau pria paruh baya mesum. Rumahnya berantakan.

Tapi Eommanya sudah memberikan peringatan padanya tadi, Jaemin pun memutuskan untuk pergi ke dapur. Setidaknya ia harus memasak sesuatu untuk Eommanya yang lelah setelah pulang kerja.

Senyum di wajah tampan Jaemin tidak hilang selama ia memasak. Laki-laki itu bahagia dengan hal-hal kecil ini. Ia senang karena mendapatkan ijin untuk pulang, ia sudah sangat merindukan Eommanya.

Setelah selesai, Jaemin juga menghidangkannya dan menata meja makan. Semuanya sudah siap, makanan terlihat lezat. Jaemin menghela napasnya lelah, namun tetap tersenyum lebar karena bangga. Ia melirik jam di dinding, sudah satu jam sejak ia menelpon Eommanya tapi Eommanya belum pulang?

Jaemin menarik salah satu kursi dan mendudukinya, ia mencoba menelepon Eommanya namun tidak diangkat. Jaemin meletakkan ponselnya di meja lalu menyilangkan tangannya, meletakkannya di meja baru ia taruh kepalanya yang berat di atas lipatan tangannya.

Sebenarnya Jaemin sedikit pusing hari ini, entahlah mungkin karena lelah. Sebenarnya juga, sejak belakangan tahun Jaemin selalu pusing entah itu ringan atau sangat. Itu karena pekerjaannya, ia tau. Karena bukan hanya Jaemin, member lain seperti itu. Ini adalah pekerjaan mereka, resiko kecil seperti ini bukanlah sebuah masalah.

Jaemin menunggu Eommanya dalam posisi seperti itu hingga ia tertidur. Satu jam, dua jam. Jaemin tersentak, langsung menegakkan tubuhnya hingga membuat kepalanya benar-benar pening. Meringis kecil, Jaemin melirik jam di dinding lagi lalu melihat sekeliling. Eomma belum juga pulang?

Baru saja hendak menelepon Eommanya, pintu di buka. Jaemin langsung berdiri, menghampiri Eommanya.

"Eomma? Eomma basah?"

"Eoh? Jaeminie? Ah! Aku lupa, kau datang. Mianhae Jaemin-ah, kau pasti menunggu lama."

Jaemin menghampiri Eommanya, mengecek pakaian Eommanya yang benar-benar basah.

"Apa di luar hujan?"

"Kau pasti lelah menunggu 'kan? Mianhae, sungguh."

"Kupikir hari ini cuacanya cerah. Eomma pasti tidak membawa payung 'kan?"

"Wajahmu terlihat pucat, apa kau sungguh makan dengan benar di sana?"

"Eomma!!"

Wanita paruh baya itu tersentak saat putranya meninggikan suaranya. "Hanya kejadian kecil saat kerja, Jaemin-ah ... Jangan khawatir."

Jaemin membuang napasnya kasar. Ia melepas mantelnya yang hangat dan hendak memakaikannya untuk Eommanya namun ditahan oleh Eommanya.

"Di luar sangat dingin, kau harus memakai ini untuk pulang. Eomma akan mengganti pakaian Eomma."

"Apa Eomma sedang mengusirku?" Tanya Jaemin sedikit kesal.

"Aniya, Jaemin—"

"Arraseo, pergilah mengganti pakaian. Aku akan menghangatkan makanannya."

"Kau sudah memasak? Eomma 'kan sudah bilang kau bermain saja atau menonton TV, kenapa malah memasak? Seharusnya Eomma yang memasak—"

"Palliwa Eomma, aku lapar."

"Arraseo, Eomma akan mengganti pakaian Eomma sebentar."

Jaemin mengangguk kecil, masih mempertahankan senyumnya. Ia berjalan ke meja makan dan membawa makanannya ke dapur untuk dihangatkan, sementara Eommanya ke kamar untuk mengganti baju.

"Mwo?! Apa yang terjadi pada Taera?"

"Arraseo, songsaenim akan ke sana. Tunggulah sebentar Sanha-ya ... "

Jaemin menoleh ke arah kamar Eommanya, lalu ia melihat Eommanya keluar dari kamar dengan buru-buru dan masih dengan baju yang sama.

"Eomma akan ke mana?" Tanya Jaemin sedikit teriak agar terdengar.

"Eoh Jaemin-ah? Akh, Jaemin-ah mianhae sepertinya hari ini kita tidak bisa makan bersama. Kau makanlah, dan istirahat. Eomma ada urusan—"

"Tunggu."

Jaemin mengambil mantelnya yang tergeletak di sofa dan memakainya untuk Eommanya. "Arraseo, aku tidak akan pernah bisa menghentikan Eomma. Tapi setidaknya, pakailah ini. Baju Eomma akan membuat para pria mesum mendekat."

Eomma Jaemin mendelik, mengeratkan mantel Jaemin. "Kenapa tidak bilang dari tadi! Baiklah, Eomma akan pergi. Gomawo, putraku!!"

Pintu di tutup. Jaemin kembali sendirian di rumah luas itu. Ia menghela napasnya panjang, berjalan pelan menuju dapur dan membuang semua makanan ke wastafel. Ia sudah tidak nafsu makan.

Jaemin mencuci semua piring dan peralatan masak, membersihkan dan merapikan rumahnya lalu pergi dari rumahnya dengan suasana hati yang buruk. Ia bertanya-tanya di dalam hati, apakah pekerjaan seorang guru memang sangat sibuk?

Apa seorang guru selalu lebih perhatian pada siswanya daripada anaknya sendiri?
Jaemin menggeleng kecil, berusaha memikirkan hal positif saja. Meski begitu, tidak mengubah fakta bahwa suasana hatinya tengah buruk. Ia lelah, ingin pulang dan tidur.

"Aaa Hyung hentikan,"

"Siapa suruh kau mengganggu ku huh? Terima ini."

"Aaakh ... Aaa arraseo, mianhae. Hyung hentikan."

Keributan ini sungguh membuatnya kesal. Jaemin ingin hidup tenang, setidaknya satu jam saja. Apa tidak bisa?

"Hentikan Lee Haechan, kau tidak mendengar Jisung meminta mu untuk menghentikannya?"

~ BΛD BӨY ~

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang