Good Person

930 96 1
                                    

Malam itu, semeribit angin berhembus pelan meniup poni tipis laki-laki yang tengah berdiri di balkon kamarnya itu.
Laki-laki yang sudah memakai piyama tidurnya itu berpegangan pada pinggiran balkon, menatap beberapa bintang yang menghiasi langit bersama bulan.

Untuk kesekian kalinya ia menghela napasnya panjang, seolah-olah sudah sangat lelah hampir menyerah.

"Gwenchana?"

Laki-laki itu membalikkan tubuhnya, tersenyum tipis menyambut laki-laki yang satu tahun lebih muda darinya.

"Tentu saja, aku baik-baik saja. Kenapa tidak?"

Laki-laki berkulit putih susu itu menundukkan kepalanya beberapa detik mencoba menahan air matanya, lalu mendongak dan tersenyum lebar.

"Hari ini Hyung boleh menceritakan semuanya padaku," tawarnya.

Haechan melunturkan senyumnya, menunduk. "Sebenarnya aku kesulitan," lirih Haechan air matanya yang sedari tadi tertahan itu kini membanjiri pipinya.

Chenle merentangkan kedua tangannya, memeluk Haechan dan menepuk punggung laki-laki itu pelan. "Gwenchana, semuanya pasti akan baik-baik saja."

Haechan mengangguk, membalas pelukan Chenle. "Tentu saja, semuanya pasti akan baik-baik saja."
Lama dalam posisi seperti itu, akhirnya mereka berdua masuk ke kamar.

"Di halaman pertama buku teori obstetra tertulis, adakalanya hal buruk menimpa orang baik. Hari ini, hal buruk seperti ini menimpa Hyung karena Hyung adalah orang baik."

Haechan menoleh, menatap Chenle yang hari ini terlihat sangat dewasa. Benar kata Taeyong, rasanya sangat sedih saat melihat seseorang yang selalu ia anggap anak kecil kini sudah dewasa.

"Arraseo, gomawoyo Chenle adik kesayangan Hyung."

"Eyy, Hyung kira aku tidak tau? Adik kesayangan Hyung itu Jisung, bukan aku."

Haechan mendelik. "Mwo?!" Haechan mendesis. "Kapan aku seperti itu??"

"Hyung tidak mengatakannya, tapi semua orang tau Hyung sangat tergila-gila dengan Jisung. Kupikir daripada Jeno Hyung, Hyung adalah orang yang paling merasa gemas pada Jisung. Tidak apa Hyung, itu bukan suatu hal yang memalukan."

Chenle menepuk pundak Haechan, menganggukkan kepalanya meyakinkan.
Haechan terlihat tidak terima, namun tetap memaklumi Chenle. Emn, mungkin memang benar si.

"Pergilah ke kamarmu, ini sudah sangat malam. Besok kita harus melakukan konser lagi," perintah Haechan menghindar.

Setelahnya Chenle tertawa kecil melihat wajah malu-malu Haechan, ia memutuskan untuk pergi karena Haechan sudah terlihat membaik.

Haechan pun membaringkan tubuhnya di kasurnya setelah Chenle pergi. Ia berusaha tidur, menutup matanya namun ternyata itu tidak mudah. Ia tidak bisa tidur.

Hanya saja, Haechan merasa sangat bersalah kepada member dan penggemarnya. Ia sudah membuat banyak keributan dan kali ini ia pikir ini keterlaluan. Karena ketakutannya pada hewan kecil itu, konser dihentikan sebelum selesai. Mereka belum sempat melakukan perpisahan.

Ada banyak sekali kecemasan di pikirannya, hatinya berkecamuk. Haechan bukan seseorang yang menulis perasannya di buku diary, ia juga tidak bisa menceritakan masalahnya pada seseorang, atau menangis sendirian. Ketiga hal itu, itu karena Haechan tidak terbiasa.

Menahan semua emosinya, entahlah sampai kapan. Haechan menoleh ke arah jam dinding. Ia bangkit dari tidurnya, lalu mengganti pakaiannya dengan celana training santai dan hoodie hitam kesukaannya.

Melangkah pelan, Haechan melewati satu per satu kamar member dan masuk ke elevator. Ia hanya ingin keluar mencari udara segar.

Setelah keluar dari hotel, Haechan mengeratkan hoodie yang ia pakai dan menaikkan tudung hoodie, mulai berlari kecil di pinggir jalan. Dini hari menjelang pagi yang dingin, laki-laki itu berlari entah kemana.

Tidak, ia tidak khawatir akan tersesat. Ini adalah jaman modern, ia tidak akan tersesat selama masih memiliki benda teknologi berbentuk persegi panjang tipis di saku celananya.

Ia hanya berlari dan berlari, wajahnya datar tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tidak ada yang bisa membaca pikirannya.
Satu jam, menghentikan langkahnya. Napasnya tersengal, tangannya menyeka keringat di dahinya dan lehernya. Kedua netranya menatap jalanan yang mulai ramai karena sudah menjelang pagi.

"Orang baik?" Gumamnya pelan.

"Hahhh!! Aku sendiri bahkan tidak tau orang seperti apa aku, bagaimana bisa kau tau saat kau tidak tau apapun tentang ku, Chenle-ya?"

~ BΛD BӨY ~

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang