Jang Wonyoung

878 82 1
                                    

Beberapa hari kemudian ...

"Menurutmu, bagaimana jika suatu saat orang yang sangat dekat denganmu menjadi musuh mu?"

Laki-laki itu mendongak, menatap wanita yang duduk di depannya tanpa permisi.
Ia terdiam, menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Membuat wanita itu mengernyit karena laki-laki di depannya tidak juga meresponnya.

"Mengawasi ku, menerbangkan drone, dan memasang perekam di pot bunga, itu sungguh ide yang buruk, ahjumma ... Sangat kuno."

Wanita itu menyilangkan tangannya, menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. "Ya, aku melakukan kesalahan. Tapi-"

"Ahjumma, apa kau sedang membalas dendam? Setelah sejauh ini? Wae?"

Wanita itu mengepalkan tangannya. "Karena kau sudah mendapatkan keinginan mu."
Haechan mengernyit, tidak mengerti yang diucapkan wanita di depannya.

"Sekarang kau sedang sangat terkenal, semua orang memperhatikan mu dan kau terlihat sangat bahagia. Akan menyenangkan jika kau mati di puncak hidupmu 'kan?"

Haechan mendecih pelan. "Baiklah, not bad. Aku berharap kau berhasil, ahjumma ... "

Haechan hendak bangkit, pergi dari sana namun wanita itu tertawa renyah membuatnya mengernyit heran.

"Kau memang sangat lucu, Donghyuck-ssi. Lucu, bagaimana kau berpikir hanya kau yang punya otak untuk berpikir. Konyol jika kau berpikir, selalu bisa mendapatkan semua keinginan mu. Kamu yakin semua orang akan menyukai mu. Itu, kurasa itu lucu."

"Tunggu saja, kau akan hancur sebentar lagi."

Wanita itu bangkit dari duduknya, menepuk pundak Haechan dua kali dengan senyum miringnya.

Ia membuka ponselnya, hendak menunjukkan sesuatu di ponselnya namun sebuah panggilan masuk, ia langsung mengangkatnya.

" ... "

"MWO?!!!"

Wanita itu menatap Haechan yang masih duduk di kursinya. Ia pun menarik kerah baju Haechan, menatap tajam laki-laki itu.

"Kau?!!! Kau yang-"

"Kutipan yang bagus, ahjumma. Tapi, kurasa akan lebih cocok jika kutipan itu untukmu," ucap Haechan dengan senyum miringnya.

"Kau lucu, ahjumma ... "

Haechan menepis tangan wanita itu, membenarkan bajunya yang kusut. Ia mendekatkan wajahnya, membisikkan sesuatu di telinga wanita itu.

"Saat membalas dendam, kau tidak boleh melakukan dua hal ini ahjumma. Mempercayai seseorang dan mencintai seseorang, karena itu semua hanya akan menjadi kelemahan mu."

Tertawa kecil, Haechan pun pergi dari sana dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke saku celananya dan senyum menghiasi wajahnya. Sementara wanita itu memegang dadanya, tubuhnya lemas hingga ia duduk di kursi.

"Psikopat saekkiya,"

Satu hari lalu ...

"Yoon Joo Hyun, apa kau bisa membunuh seseorang?"

Haechan menempelkan benda persegi panjang itu ke telinganya, menatap sebuah foto gadis ditangannya.

"Apa kau tidak mendengarnya dari Moonyeong? Aku dan Siwoo membunuh gadis itu setelah memperkosanya."

Haechan tertawa kecil. "Kenapa kalian sangat kejam? Apa kalian psikopat?"

"Kerja bagus," lanjut Haechan.

"Kalau begitu, ajak Kim Siwoo, Aku akan memberikan kalian tugas."

"Tugas?"

"Emn. Aku memberikan kalian kesempatan, untuk menghancurkan dan membunuh Jang Moonyeong. Bukankah kalian sangat ingin melakukannya?"

"Apa kita sungguh bisa melakukannya?"

"Tentu saja. Aku akan membunuh kalian berdua jika kalian tidak berhasil melakukan tugas kalian."

~ BΛD BӨY ~

Seorang gadis tinggi itu melangkah lebar memasuki sebuah restoran, menaikkan maskernya agar seseorang tidak mengenalnya. Ia menekan tombol elevator, menunggu sebentar lalu masuk. Sesampainya di lantai atas, ia pun masuk ke sebuah ruangan. Sebelumnya, ia mengetuk pintunya.

"Oppa aku datang," ucapnya seraya membungkuk kecil.

Laki-laki yang tengah berdiri di dekat jendela itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum lebar. "Kau sudah datang? Duduklah ... " Mereka berdua duduk di sofa, berhadapan.

"Kenapa Oppa memanggil ku?"

Haechan mengangguk kecil, ia melihat jam di tangannya. "Dua puluh menit. Aku memberikan mu dua puluh menit untuk kabur bersama Oppa mu," ucapnya santai lalu meminum minumannya yang ada di meja.

Senyum gadis itu luntur seketika. "Maksud Oppa?"

Haechan memajukan tubuhnya. "Jang Wonyoung, adikku ... Cepat selamatkan Moonyeong Kakakmu dalam dua puluh menit."

Wonyoung, gadis itu mendelik. "Oppa-"

"Lupakan menjadi idol. Kau harus bersembunyi bersama Moonyeong, bersembunyilah sebaik mungkin jangan sampai aku menemukan mu. Karena jika aku menemukan kalian berdua, saat itu juga kalian berdua mati."

Terburu-buru, Wonyoung bangkit dari duduknya.

"Ah! Hati-hati di jalan, ada batu kecil di sana jangan sampai terinjak. Karena meskipun kecil, batu itu akan melukai kakimu."

Wonyoung segera keluar dari restoran itu, berlari dan mencoba menelepon Kakaknya. Ia menggigit bibir bawahnya, cemas.

Sementara di atas, Haechan menatap jalanan dengan tangan yang memegang gelas wine. Ia menelepon seseorang. "Sekarang," ucapnya.

Braakkkk!!!

Senyum miringnya kembali terlihat melihat semuanya dari atas. Saat Jang Wonyoung tertabrak mobil Joo Hyun, hingga terpental jauh. Ia juga meringis kecil melihat darah yang keluar begitu banyak lalu orang-orang menghampiri gadis itu.

"Kau sungguh membunuhnya? Kenapa sangat keras, sepertinya gadis itu akan mati di tempat."

"Jangan khawatir Donghyuck-ah, dia tidak akan mati."

Tertawa renyah, Haechan mengangguk kecil. "Kerja bagus. Sekarang, giliran Siwoo. Mari kita lihat, bagaimana laki-laki itu bertindak."

"Kau akan menyukainya Donghyuck-ah ... "

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang