Win

1K 114 0
                                    

Bugh!

Bughh

Brakk!

Kretekk

Aarghhhh!!!

Video itu di pause. Pria yang duduk di depan komputer itu menatap tajam laki-laki di depannya yang terlihat santai.

"Kau menyiksa Min Taejun. Menendang perutnya berkali-kali, memukulnya dengan balok kayu, dan menginjak tangannya hingga retak. Kau psikopat?"

Haechan menyeringai, ia menunjuk seorang laki-laki dengan Jersey basket perpaduan warna hitam dan hijau itu dengan jari telunjuknya.

"Orang ini, apa kau sudah memastikan kalau itu aku?" Tanya Haechan.

"Maksudmu?"

Haechan kembali duduk dengan santai, tidak melunturkan senyumnya. "Aku tidak mengakuinya, kalau orang di video itu adalah aku."

"Oh ayolah detektif! Kau menangkap ku, mengacaukan konser ku karena sebuah video yang belum jelas?"

"Aku ulangi. Kau bilang, kau mendapatkan video ini dari wanita berusia empat puluhan 'kan? Dia menyerahkan video ini dan melaporkan aku."

"Lalu bagaimana wanita itu mendapatkan video ini? Apa dia siswa? Bukan! Apa dia mendapatkannya dari siswa? Siapa namanya? Apa kau tau, detektif? Detektif, kau harus bekerja dengan benar."

Detektif itu memalingkan wajahnya, ia memang terlalu ceroboh. Ia belum menyelidikinya. Ia hanya langsung pergi ke Jepang dan menangkap Haechan.

"Ini pencemaran nama baik, detektif. Kau bisa dihukum karena ini jika aku menuntut mu."

"Tapi detektif, karena aku baik hati jadi aku tidak akan menuntut mu. Cukup kau diam saja, jangan ganggu aku. Heum?"
Detektif itu mengepalkan tangannya, menahan emosi.

Ceklek

Pintu ruang interogasi dibuka, muncul dua pria dengan pakaian jas rapih.

"Kami pengacaranya," ucap mereka berdua.

Haechan menyilangkan tangannya, duduk dengan bersandar di sandaran kursinya dan tersenyum penuh kemenangan. Sementara detektif itu mengerang frustasi.

~ BΛD BӨY ~

Kedua kaki itu berhenti saat sudah berada di depan pintu. Empu melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang lalu membuka lebar pintunya dan menutupnya kembali.

Ia melangkah pelan, menghampiri seseorang yang sudah berlutut dan terlihat kacau. Kedua tangannya diikat ke belakang, wajahnya terlihat sangat pucat dan ujung bibir yang berdarah. Begitu juga dahi, tangan, lutut, dan bagian lainnya.

"Dia? Dia yang merekam videonya dan menyerahnya ke polisi?" Tanya Haechan menatap tiga laki-laki yang duduk di kursi tidak jauh darinya. Mereka tengah merokok.

"Iya—"

"Bohong!"

"Donghyuck-ah, maafkan aku. Aku tidak memberikan video itu ke polisi!"

Bugh!

"Beraninya memotong ucapanku!"

Haechan menatap tajam laki-laki yang tadi memukul gadis di depannya. "Tenanglah Yoon Joo Hyun. Kau mengotori bajuku!"

Laki-laki bernama Yoon Joo Hyun itu memalingkan wajahnya, ia pun kembali ke posisinya.

Haechan membantu gadis di depannya kembali duduk. "Apa aku melakukan kesalahan padamu?" Tanya Haechan lembut.

"Apa aku melukai perasaan mu tanpa sengaja? Aku bahkan tidak mengenalmu."

"Mianhae ... Maafkan aku Donghyuck-ah, tapi aku bersumpah bukan aku yang memberikan video itu ke polisi—"

"Lalu bagaimana bisa video ada di polisi, bitch!" Teriak Haechan di depan wajah gadis itu membuat si gadis menangis.

"Kenapa kau merekam video dan masih menyimpannya sampai sekarang? Bukankah karena kau ingin menghukum ku? Kau memiliki dendam padaku?"

Gadis itu menggeleng cepat. "Aniya—"

"Shibal!!!"

Haechan menatap tiga laki-laki di belakangnya. "Siapa namanya?"

"Park Yoora," jawab mereka.

Haechan tersenyum miring, memegang dagu si gadis dan menekannya membuat empu kesakitan.

"Nama yang bagus, seperti idol."

Haechan mengulurkan tangannya yang lain, membenarkan anak rambut si gadis.

"Kau juga cantik. Jika kau menyukai ku, seharusnya datang padaku. Aku akan menjadi teman malam mu atau jika kau membutuhkan pekerjaan dan uang, aku akan menjadikan mu idol."

"KENAPA KAU MENGGANGGU KU!!!"

Gadis itu semakin menangis mendengar teriakan Haechan dan merasa sakit juga karena Haechan mendorongnya hingga jatuh.

"Kalian berdua! Kalian bisa lakukan apapun kepadanya, karena dia yatim piatu."

"Tidak akan ada yang sadar jika dia mati, kalian bisa membunuhnya atau membawanya ke kamar."

"Dan kau ... "

Haechan mendekati seorang laki-laki yang sedari tadi hanya diam menyimak. Haechan mengelus kepala laki-laki itu.

"Jang Moonyeong, kau tau 'kan apa yang harus kau lakukan?"

Laki-laki bernama Jang Moonyeong itu membalas tatapan Haechan yang seperti seorang psikopat itu.

"Jangan khawatirkan adikmu, dia aman dan bahagia. Jadi, bukankah kau harus membuat ku bahagia juga?"

Jang Moonyeong memalingkan wajahnya namun tetap mengangguk. "Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan semuanya. Kau kembalilah ke Jepang, aku yang akan mengurus semuanya."

Haechan tersenyum lebar, lalu memeluk Jang Moonyeong. "Sudah kuduga, aku memang bisa mengandalkan Jang Moonyeong."

"Kalau begitu, aku akan pergi."

Haechan melirik sekilas Yoora yang memberontak saat diseret ke kamar oleh dua laki-laki, antek-antek Haechan.

Haechan pun pergi dari sana, menutup pintunya rapat. Ia melihat sekeliling lagi, lalu menundukkan kepalanya dan menaikkan tudung jaketnya, pergi dari sana. Ia akan kembali ke Jepang, dan melanjutkan konser. Untung saja ternyata belum ada media yang tau, netizen masih belum tau kalau Haechan kembali ke Korea dan mengunjungi kantor polisi.

Ini hanya tersebar di agensi, yang pastinya akan selamanya menjadi rahasia.

Misi, selesai.

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang