Berbaikan

2.2K 198 1
                                    

Laki-laki tinggi itu menghela napasnya entah untuk ke berapa kalinya. "Aku memang kelewatan," gumamnya.

Ia bangkit dari duduknya, memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia sedikit haus, juga lapar. Ia sudah menyiapkan mentalnya, begitu ia keluar kamar pasti seseorang akan menanyai alasannya kasar seperti tadi malam.

"Tidak diangkat."

Namun ternyata tidak? Jaemin mengernyit melihat raut khawatir Renjun, laki-laki itu terus mencoba menelepon seseorang. Jaemin menghampiri Jeno yang juga tengah berkutat dengan ponselnya.

"Jeno-ya, ada apa?" Tanyanya.

"Eoh? Ini, sebuah video tersebar di SNS."

Jaemin pun melihat video di ponsel Jeno, beberapa detik kemudian ia mendelik. "Ini, bukankah ini Haechan?"

Jeno mengangguk. "Penggemar bilang, kemarin malam Haechan hampir tertabrak motor. Renjun mencoba menelepon Haechan dan aku sedang bertanya pada Seo manajer, tapi Haechan tidak mengangkat teleponnya dan Seo manajer belum membalas pesanku."

Jaemin menundukkan kepalanya. "Apa ini karena aku semalam—"

"Yaa Lee Haechan!!! Gwenchana?!"

Ucapan Jaemin terpotong dengan teriakan Renjun. Jeno menghampiri Renjun, begitu juga Jaemin. Jisung yang sedari tadi di kamar juga keluar menghampiri Renjun.

"Kau akan membuatku tuli, Renjun-ah ... "

Bukan Haechan, Mark yang menjawab telepon Haechan.

"Markeu Hyung, di mana Haechan? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Renjun dengan tidak sabaran.

"Eoh, hanya sedikit lecet di tangannya. Haechan sedang mandi, kita akan pergi ke radio sebentar lagi."

"Kalian ada jadwal? Apa Haechan sungguh baik-baik saja?" Kali ini Jeno yang bertanya.

"Eoh, aku sudah memastikannya. Jangan khawatir,"

"Sungguh? Apa Haechan Hyung sungguh baik? Lalu, apa perusahaan akan mengkonfirmasi tentang ini? Sekarang penggemar sangat mengkhawatirkan keadaan Haechan Hyung," timbrung Jisung.

"Ani, perusahaan tidak akan mengkonfirmasi apapun. Di radio nanti Haechan akan mengatakannya sendiri. Kalian jangan khawatir, pergilah ke ruang latihan, aku dan Haechan akan menyusul nanti. Kita harus ke Jepang 'kan?"

Jeno mengecek ponselnya yang bergetar, balasan pesan dari Seo manajer.

"Eoh, manajer Seo baru membalas pesanku dan mengatakan Haechan baik-baik saja."

"Arraseo, Markeu Hyung ... Aku akan menutup teleponnya—"

"Tunggu!"

Jeno, Renjun, dan Jisung menatap Jaemin yang kini merebut ponsel Renjun.

"Hyung, aku—"

"Kau harus meminta maaf nanti saat di ruang latihan, dan berbaikan dengannya Jaemin-ah ... Jangan khawatir, Haechan akan memaafkan mu."

Tentu saja Mark tau apa yang menjadi beban pikiran Jaemin. Jeno menepuk pundak Jaemin, menenangkan.

"Jangan khawatir, Jaemin-ah ... Sekarang, bagaimana jika kau memasak sarapan?"

Jaemin menatap Jeno tajam, berdecak kesal dibalas senyum lebar oleh Jeno.

~ BΛD BӨY ~


"Mian ... "

Jaemin mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki di depannya. Ia tengah menyiapkan kata-kata atau mental untuknya meminta maaf, namun laki-laki di depannya mendahuluinya.

"Masih sakit?" Tanya Haechan seraya menunjuk pipi Jaemin yang memang terlihat sedikit merah. Ia meringis kecil, menyesal karena memukul terlalu keras.

Jaemin bergumam pelan. "Eoh, tidak terlalu. Aku juga minta maaf, karena kelewatan."

Haechan mengangguk. "Gwenchana, ayo!"

Tanpa basa-basi lagi, Haechan mengajak Jaemin keluar dari ruang rapat. Renjun yang merekomendasikan ruangan itu untuk Jaemin dan Haechan agar berbicara berdua.

"Gwenchana?"

Haechan menoleh dengan pertanyaan Jaemin tiba-tiba. "Apanya?"

"Apa kau berisitirahat dengan baik saat hiatus," jelas Jaemin. Ia tidak tau kalau ia dan Haechan akan menjadi canggung seperti ini.

Haechan tertawa kecil. "Apa kau canggung denganku? Hahaha! Sejak kapan kau bertanya hal seperti itu? Yaa, Jaeman-ah!"

Jaemin berdecak kesal. "Kubilang panggil namaku dengan benar!"

"Waee? Bukankah Jaeman bagus? Jaeman-ah ... Na Jaeman!"

"Yaaa!!"

"Yaa Lee Haechan!!"

Bukan. Itu bukan Jaemin, tapi Renjun. Renjun menghampiri Haechan dan Jaemin, menyodorkan ponselnya.

"Apa ini benar?"
Haechan mengernyit, ia pun melihat layar ponsel Renjun.

Prakk

Seketika wajah Haechan menegang, bahkan tangannya berkeringat hingga ponsel Renjun jatuh.

"Yaa! Wae? Apa itu sungguhan?"

"Eoh? Itu ... "

Lidah Haechan kelu, tidak bisa menjawab atau mengatakan apapun.

"Haechan, apa kau sungguh pernah merundung seseorang dan membunuhnya?"

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang