Polisi

1.2K 108 0
                                    

"Ini."

"Ini adalah video bukti dimana Lee Donghyuck merundung Min Taejun. Saat itu aku merekamnya tanpa ketahuan oleh Donghyuck dan antek-anteknya."

Gadis berusia dua puluhan tertawa meremehkan. "Setelah menyiksa seseorang saat sekolah, bagaimana bisa bajingan itu menjadi idol? Aku sudah menduganya, suatu hari pasti karirnya akan tamat karena perbuatannya ini."

"Eoh, maaf ... Aku hanya terlalu kesal padanya."

Gadis itu menegakkan tubuhnya, menunjukkan raut penyesalan karena telah mengumpat.

Wanita yang sudah memasuki usia empat puluhan itu menggeleng kecil. "Aniya, kau boleh mengumpatnya karena dia memang seperti itu."

"Keunde, aku minta ahjumma jangan katakan kalau ini dariku. Aku juga tidak bisa menjadi saksi ahjumma, aku akan mati jika melakukannya."

Wanita itu mengangguk mengerti, memasukkan flashdisk ke dalam tasnya. "Aku tidak akan menyebut mu sama sekali, jangan khawatir."

"Yoora-ya, bisakah kau ceritakan sedikit tentang Donghyuck atau bagaimana Donghyuck merundung Min Taejun?" Tanyanya, memajukan duduknya.

"Donghyuck? Dia adalah siswa baru sombong, tapi semua guru bahkan kepala sekolah tunduk padanya. Dia adalah anak direktur utama sekolah, karena itu dia berbuat sesuka hati."

"Tunggu!"
Wanita itu mengernyit saat gadis itu seperti mengingat sesuatu.

"Tapi jika diingat lagi, Donghyuck hanya mengganggu Taejun. Bahkan dia terbilang pendiam?"

"Maksudmu?"

"Anii, dia memiliki tiga antek-antek tapi mereka tidak pernah ke kantin bersama atau bermain bersama. Mereka juga tidak pernah satu kelompok meskipun satu kelas. Mereka berempat bersama hanya saat mengganggu Taejun."

"Donghyuck tidak pernah mengganggu atau merundung siswa lain, hanya Taejun. Dia mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas seperti siswa pada umumnya. Jika dipikir lagi, sepertinya Donghyuck bukan bad boy."
Wanita itu diam, tidak tau harus merespon apa.

"Tapi tetap saja! Kelakuannya kepada Min Taejun benar-benar bajingan. Dia juga berhasil membungkam mulut seluruh sekolah dan debut sebagai idol dengan citra anak yang baik."

Wanita itu tersenyum dan mengangguk kecil. "Baiklah, aku mengerti. Terimakasih sudah menemui ku dan membantuku, jangan khawatir aku tidak akan menyebut nama mu sama sekali. Kalau begitu aku pamit," ucap wanita itu setelah menghabiskan americano miliknya.

"Apapun itu kau tetap bajingan bagiku, Lee Donghyuck." Gumamnya dalam perjalanan.

~ BΛD BӨY ~

Akh!

Seorang laki-laki meringis kesakitan saat tidak sengaja ia tersandung. Laki-laki yang tidak jauh darinya itu mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan tertawa puas.

"Jaemin-ah, Gwenchana? Apa yang kau lakukan?"

Jaemin mendengus saat mendapatkan pertanyaan mengejek itu, ia duduk di samping Haechan lalu menyodorkan botol minuman untuknya.

Haechan menggeleng, masih tertawa. "Aniya, sepertinya kau yang lebih membutuhkannya. Lihatlah kau tidak fokus kkkk!"

Jaemin menghela napasnya, ia meminumnya. "Kupikir kau sakit kepala atau sejenisnya karena kemarin malam kau terlihat mabuk. Tapi sepertinya kau sangat baik-baik saja," ucap Jaemin ketus kembali meminum air.

Haechan mengakhiri tawanya, lalu mengangguk.
"Emn ... Kepalaku sangat sakit, sepertinya aku memang terlalu banyak minum kemarin."

"Kau ingin ke ruang kesehatan?" Tawar Jaemin.

"Aniya, itu tidak perlu. Aku hanya akan tiduran di sini, sebentar."

"Apa yang kalian bicarakan?"
Renjun bergabung, duduk diantara Haechan dan Jaemin.

"Membicarakan mu tentu saja," ucap Haechan dengan senyum lebarnya.

"Membicarakan ku?" Ulang Renjun dengan kernyitan di dahinya.

"Nee, kau sangat menggemaskan hari ini."

"Haechan-ah hajima, tidak ada kamera kau tidak perlu berpura-pura."

Haechan mendelik, tidak terima. "Pura-pura? Aku tidak pura-pura Renjun-ah, aku sungguh mencintaimu. Renjun-ah peluk aku!"

Renjun mendengus, ia pun memutuskan untuk pergi dari sana. Seharusnya ia tidak datang menghampiri Haechan.

"Haechan!"
Mereka bertujuh menoleh, menatap manajer Noona di pinggir panggung.

"Kemari sebentar," ucap manajer Noona seraya melambaikan tangannya.
Haechan menatap membernya yang kini juga tengah menatapnya.

"Apa kau melakukan kesalahan?" Tanya Jaemin yang ada disampingnya.

Melihat wajah suram manajer Noona, sepertinya ini masalah serius. Apa Haechan membuat kesalahan?

"Entahlah, aku akan tau saat aku ke sana. Aku pergi dulu," ucap Haechan lalu menepuk pundak Jaemin dua kali dan menghampiri Noona, turun dari panggung. Mereka kini tengah melakukan rehersal dan sekarang waktunya istirahat.

"Polisi akan mencari mu."

Haechan mengernyit. "Polisi?! Wae?"

"Itu karena-"

"Gyeongchal imnida!"

Mereka semua menoleh ke arah pintu staf, melihat beberapa laki-laki berpakaian khas detektif.

Salah satu dari mereka memamerkan id card miliknya. "Perkenalkan saya dari kantor polisi pusat wilayah Seoul, Ahn Jaehyuk imnida."

"Lee Haechan-ssi anda ditangkap karena tuduhan melakukan kekerasan pada remaja dan pembunuhan."

Semua orang terdiam di tempatnya, terkejut dengan apa yang terjadi. Mengapa polisi Seoul ke Jepang, dan menangkap Haechan? Bukankah perusahaan sudah mengkonfirmasi bahwa berita itu tidak benar?

"Apa kau memiliki bukti?" Tanya Haechan setelah membaca surat perintah penangkapan yang disodorkan detektif itu.

"Bukti? Kita akan melihatnya di kantor kami."

"Mulai sekarang semua perkataan mu akan digunakan di pengadilan, kau berhak diam dan menyewa pengacara. Detektif Oh, bawa dia!"

Setelah memborgol tangan Haechan, mereka pun membawa Haechan. Semua member turun dari panggung.

"Tunggu! Kenapa kau membawa Haechan?!" Teriak Mark, menahannya.

"Biarkan aku berbicara sebentar dengan memberku, aku berjanji akan ikut dengan mu detektif."

"Haechan!" Teriak Mark tidak terima.

Detektif berpikir sebentar lalu melepas tangan Haechan, membiarkan Haechan mendekati membernya.

Dengan tangan yang masih diborgol, Haechan meraih tangan Mark. Ia tersenyum tipis. Mark menatap nanar tangan Haechan, ia benar-benar tidak percaya harus melihat tangan Haechan diborgol.

"Maaf, karena aku lagi-lagi membuat keributan. Aku akan kembali Hyung, kau percaya padaku 'kan?" Tanya Haechan, ia menatap Mark lalu menatap member lain juga satu per satu.

Mereka semua mengangguk, hampir menangis karena merasa tidak adil. Mereka pun memeluk Haechan, saat itu mereka tidak tahan menahan air mata mereka.

"Cepatlah kembali."

Haechan mengangguk. Setelah berpamitan, Haechan pun pergi bersama detektif itu dan staf mulai ribut. Mereka menyewa dua pengacara untuk membela Haechan dan berpikir harus bagaimana konser malam ini.

[✓] Bad Boy : Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang