Yang rindu Adu Rayu coba unjuk jari ?????****
Sehun berdiri di depan pintu sebuah apartemen berwarna cokelat gelap. Ia sudah sekitar sepuluh menit berdiri di sana setelah sampai. Ia tidak mengerti mengapa ia berdiri di sana, mengapa ia menuju apartemen Ji Ah, dan mengapa ia harus kembali terjebak dalam pilihan yang ia tahu... hal ini akan membuatnya kesulitan.
Sehun mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai, bingung apa ia harus menekan bel itu atau mungkin mengikuti hati kecilnya dan undur dari sana.
Namun... entah kenapa pikiran dan hatinya tidak bisa berkolaborasi dengan baik. Yang satu mengarah ke Ji Ah, dan yang lain memikirkan apa ini yang namanya selingkuh?
Berkali-kali ia memikirkan bagaimana perilakunya saat ini sedang mencerminkan bahwa ia sedang mengkhianati Irene, namun sebagian lainnya berkata bahwa... ada rasa peduli yang masih tersisa melihat Ji Ah.
Duh... anjing banget
"Gue pulang aja kali, ya?" ucapnya hendak berjalan menjauh namun apartemen itu buru-buru terbuka dan sosok Ji Ah dengan pakaian tidur putihnya terlihat menyambutnya dengan senyuman di depan pintu.
"Aku nungguin kamu ngebel dari tadi. Tapi ternyata enggak, malah mau pergi. Kenapa?"
Sehun menggeleng saja merespons pertanyaan Ji Ah. Tidak ada alasan yang jelas saat ini tentang kedatangannya malam ini. Ia hanya... ? Mungkin juga masih penasaran dengan perasaannya sendiri saat bersama Ji Ah? Atau mungkin ingin menguji coba bagaimana perasaannya jika di dekat Ji Ah?
"Ayo masuk," ajak wanita itu meraih tangan Sehun untuk masuk ke dalam apartemennya.
Sehun memerhatikan nuansa merah muda dan putih yang mendominasi seluruh ruangan apartemen tersebut. Warna yang menggambarkan Ji Ah sekali. Sejak dulu, sejak bersama, warna itu yang akan selalu Ji Ah sukai, dan menemukan bahwa warna kesukaannya masih sama membuat Sehun tersenyum.
Namun segera menggelengkan wajahnya dan menepuk pipinya.
Sadar wahai bajingan!
"Udah minum obat? Masih sakit ga perutnya?" tanya Sehun dengan tatapan yang mengarah pada Ji Ah. Saat ini wanita itu duduk di atas sofa dengan memeluk bantalnya.
Ji Ah mengangguk. "Aku maag deh kayaknya." Ji Ah menghela napas.
"Kamu ga makan pagi?"
Ji Ah menggeleng. Sehun mendengus sebal, ia berjalan ke arah dapur dan mengambilkan air hangat untuk Ji Ah. "Kamu udah tahu ada penyakit kayak gitu kenapa harus susah banget sih buat sarapan?" omel Sehun membuat Ji Ah tersenyum senang.
"Dulu kan... ada kamu yang selalu ingetin aku buat sarapan. Sekarang... ya kalau aku ingat aja baru sarapan." Ji Ah menerima air dari tangan Sehun dan meminumnya.
"Ya sekarang harus terus diingat, Ji Ah. Itu penting. Sarapan itu biar kamu ga lemes. Kamu dokter tapi ga bisa jaga kesehatan kamu sendiri." Sehun masih menceramahinya namun entah kenapa Jia Ah suka mendengar omelan Sehun.
Sehun masih berdiri di depannya dan kesempatan itu Jia Ah gunakan untuk menarik pria itu jatuh di sebelahnya kemudian merebahkan kepalanya pada pundak Sehun.
Pria itu diam. Membiarkan Ji Ah merasa nyaman bersandar padanya. "Aku suka kamu marah-marah gini. Aku jadi ingat masa lalu. Dulu... dulu banget aku sering kena omelan kamu kalau telat makan, telat datang ke rs, macem-macem lah." Ji Ah tertawa dalam pejaman matanya.
Sehun menarik napasnya dan kemudian melepaskan tangan Ji Ah yang merengkuh lengannya. "Aku mau pulang."
"Kok buru-buru? Baru juga sampai." Ji Ah mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adu Rayu [HunRene] HIATUS
RandomIni cerita tentang Oh Sehun si Playboy cap kadal yang kekuatan Don Juan-nya harus diuji saat tidak bisa menaklukan gadis tidak berpengalaman seperti Bae Irene. Mana ada yang percaya jika mulut bualan Sehun itu malah tidak mempan pada Irene? Mana ada...