24. Dipanaskan sampai membara

492 82 58
                                    




Posisi baca lagi di mana hayooo?

Coba minta satu emot yang menggambarkan perasaan kalian waktu Adu Rayu update >.<

Selamat membaca yaaaaaaaaaaaaaaaa

.

.

.

"Kopi, dokter?" tawar dokter Karina pada dokter Irene yang dari tadi termenung di dalam ruang khusus staff. Irene yang mendapat tawaran kopi gratis itu pun langsung menerimanya. Lumayan lah kagak keluar duit menurut Irene.

Irene tersenyum lalu menggeser sedikit duduknya agar Karina juga bisa duduk di sampingnya. "Kenapa dokter?" tanya Karina penasaran karena sejak hari ini ia melihat Irene tidak terlalu bersemangat. Irene kebanyakan melamun dan juga suka menyendiri. Karina bukan mau apa ya, cuma dia takutnya Irene ketempelan kalau kebanyakan melamun.

"Ga papa, kok. Makasih ya kopinya." Irene tersenyum sambil mengangkat kopi di tangannya untuk menunjukkan terima kasihnya.

Karina menganggukkan kepala. Terlihat tulus sekali ketika memberi kopi itu. "Dokter jangan kebanyakan melamun di rs. Ga baik, tahu." Ucapan Karina membuat Irene menoleh bingung dan penasaran. Emang kenapa? Suka-suka saya, dong. Lamunan lamunan saya, kok!

"Kenapa gitu?" tanya Irene dengan alis bertaut.

"Soalnya di sini angker. Hiiiii...," Karina mengusap ngusap lengannya merinding. "Ada yang pernah bilang kalau sering lihat penampakan di rs sini. Ngeri banget kan, dok?"

Irene tertawa saja mendengarnya. Sejujurnya Irene tidak takut sama sekali dengan makhluk astral seperti itu. "Iya iya... makasih ya buat nasehatnya." Irene menyeruput lagi kopinya. "Oh ya... boleh tanya, ga?"

Karina mengagguk-angguk sambil meminum kopinya sendiri. "Mau tanya apa dokter? Tanya aja sama saya. Saya tahu semuanya."

Gue pengen tanya jumlah sempak pasien kira-kira dia tahu, ga?

Irene sempat meneguk kopinya sebentar sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Dokter Ian itu jomlo?" Irene bertanya dengan wajah sedikit salah tingkah.

"UHUK UHUK UHUK UHUK!!!" Karina terbatuk-batuk karena tersedak minumannya sendiri. Irene pun ikut panik dan langsung menepuk-nepuk punggung Karina perlahan.

Pertanyaan gue mematikan emang?!

"Duh... dokter Karina ga papa? Kok sampe batuk-batuk gini?"

Setelah sedikit tenang Karina memejamkan matanya sebentar dan memijat keningnya. "Saya yakin. Cefat atau lambat, pertanyaan ini akan keluar dari mulut dokter." Karina benar-benar membuktikan pemikirannya ketika mendengar pertanyaan itu ia dengar dari mulut Irene saat ini.

"Sa-saya nanya bukan berarti ada maksud lain. Dokter jangan salah paham dulu," ucap Irene panik ketika menyadari bahwa Karina sedang menangkap maksud lain dari pertanyaannya mengenai dokter Ian.

Karina tersenyum menyebalkan kemudian menepuk tangan Irene. "Dokter ga usah malu. Dokter bukan orang pertama yang tanya hal ini, kok. Sebelumnya udah... satu dua...," Karina seperti sedang mengingat beberapa orang sambil menghitung. "Enam! Sudah enam dokter perempuan yang nanyain hal itu. Jadi saya ga kaget kalau dokter juga nanya." Karina tertawa jahil.

Hedehhhhh maksud gue ga gitu padahal

"Dokter Ian itu jomlo. Tertutup, ga banyak omong, tapi ya ga cuek-cuek amat. Dokter ngerti maksud saya, ga? Jadi... maksudnya tuh ya pendiem tapi bukan orang yang ga pedulian gitu." Karina menggaruk pelipisnya karena ia mulai merasa ucapannya sedikit berantakan.

Adu Rayu [HunRene] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang