7. Maunya dipanggil Sayang

1.9K 282 163
                                    

Irene tersenyum menatap Sehun. Bahkan ketika pria itu mendekatkan dirinya lagi dan mencium pipi-nya, Irene tidak menolaknya dan malah mengusap lembut rambut lelaki itu. "Tuh, kan? Kamu masih mau ngelak kalau ga suka sama saya? Ngaku aja, Rene." Sehun tersenyum lebar kemudian menatap Irene yang masih tersenyum dengan wajah merona.

Detik berikutnya, ketika Sehun memiringkan wajahnya untuk mengecup bibir itu lagi, Irene ikut memajukan wajahnya dan memiringkan kepalanya juga. Jika Sehun pikir bibir mereka akan bertemu lagi, maka ia harus menelan keinginannya itu.

"ADAWWW SAKITT WOY!!!" teriak Sehun saat Irene menjambak rambutnya lalu turun dari pangkuan Sehun. Tanpa melepaskan jambakan itu, ia berdiri dengan berkacak pinggang menggunakan tangan sebelahnya. Teriakan Sehun padanya tidak dihiraukannya.

"Berdiri!"

"Iya-iya, saya berdiri! Tapi ini tolong dong rambut saya dilepasin! Sakit, Astagfirullah!" teriak Sehun sambil memegang juga tangan Irene untuk melepaskan rambutnya yang lebat. Kan ga lucu, pas Sehun keluar dari rumah ini ia terancam mengalami kebotakan dini.

"Pulang, sekarang!"

"Iya, aku pulang. WOY ELAH! SAKIT, ANZEEENG!!!"

Irene melepaskan tangannya kemudian mendengus lalu membuka pintu rumahnya dan menunggu Sehun melewati pintu itu. Sehun masih memegang kepalanya. Sumpah, ya, jambakan Irene tuh ibarat angin tornado. Bikin pusing.

Dan sebelum ia benar-benar pergi dari halaman rumah Irene, Sehun menyempatkan memandang gadis itu sebentar. Dan delikan Irene membuatnya menelan saliva gugup. "Apa lagi?!" bentaknya pada Sehun.

"Kamu itu orang paling ga bertanggung jawab yang pernah saya kenal."

"Kamu bicara apa, sih? Ga jelas!"

"Begitu cara kamu membuat dia kecewa?"

"Kamu udah gila!"

"Setelah kamu terbangkan ke awan, kamu jatuhkan dia ke dasar jurang!"

BACOT BENER SI SEHUN, YA ALLAH!

"Pulang, Sehun!"

Sehun mencibir. "Padahal saya yakin kamu sendiri sudah basah, kan? Apa susahnya sih izinkan saya masuk. Izinkan saya memberikan kamu kehangatan lewat Jono. Saya yakin Jono akan menjagamu dengan baik."

Irene menarik napasnya dalam-dalam. "Mulut kamu itu pernah di bedah pake gergaji ga, sih?"

Anjir, serem dong pake gergaji.

"Sakit kalau pake gergaji, Rene. Bedah pake mulut kamu aja, biar enak." Sehun mengacungkan ibu jarinya pada Irene membuat kemarahan gadis itu sudah meluap-luap dan ingin ia kobarkan lagi saat ini.

"Saya anggap yang tadi ga pernah terjadi di antara kita."

Sehun menggeleng cepat. "Sayang banget, saya ga bisa lupain. Malah kalau perlu, saya bisa bikin spanduk gede, terus saya pasang di depan rumah sakit. Saya akan nulis 'SAYA BERHASIL MEMBUAT DOKTER IRENE BASAH KARENA SEBUAH CIUMAN'."

MAMPUS GA LO, HAH?!

"Sehun, saya -"

"Tunggu. Berhenti dulu, saya masih mau ngomong." Sehun menarik napasnya dalam-dalam kemudian memandang Irene lagi yang benar-benar sudah panas baik secara batin dan jasmani. Keinginan membunuh Sehun itu sudah terpikirkan sejak pertama kali ia bertemu pria ini. Dan jika Irene tidak dicegah, mungkin besok pagi namanya ada dalam daftar tersangka pembunuhan berencana di internet.

"Kamu itu hampir sempurna, Rene."

"Saya tahu."

Songong anjir!

Adu Rayu [HunRene] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang