28. Cinta orang kaya beda

499 93 56
                                    

Author satu ini berhak dapat ucapan apa sih? WKWKWKWK

Izin bentar tapi ternyata lama banget. HAHAHAH

Pada masih setia nungguin tapi, kan?

Selamat membaca ya <3

***

Irene meremas jemari Guanlin. Beberapa saat yang lalu, adiknya marah besar saat menemukan sebuah alat tes kehamilan di kamar Irene yang tidak sengaja ia dapat di tong sampah. Sudah jelas kepemilikan benda ini bukan? Tidak mungkin Papa-nya atau pun ia yang memakai alat tes kehamilan. Sudah gila, ya?

Irene bersikeras bahwa alat ini bisa saja salah dan untuk membuktikannya, keesokan harinya Guanlin langsung membawa Irene menuju dokter kandungan. Saat menunggu nomor antrian mereka, Guanlin tidak lepas dari memegang tangan Irene yang sudah keringat dingin. Tangan Irene meremas jemari Guanlin namun sang adik seolah tidak ingin peka.

"Lin...,"

Guanlin mendengus. "Kita akan pulang setelah memastikan semuanya." Tidak ada bantahan lagi dari Irene. Ia tahu Guanlin saat ini sedang berubah sangat serius dan sulit untuk mengajaknya berbicara dengan tenang.

"Berani hasilnya sesuai dengan alat tes tadi, gue hajar cowok lo, kak. Gue ga main-main ya anjing." Guanlin memaki kasar dan Irene hanya menunduk sampai suara seorang suster memanggil namanya untuk segera masuk ke ruangan.

Guanlin berdiri dan memandang Irene yang memelas. "Lo di sini aja." Irene mencegahnya untuk ikut ke dalam.

"Lo mau nyari mati nyuruh gue nunggu di luar?" tanya Guanlin dengan wajah datar dan suara rendah. 

Guanlin menarik tangan Irene untuk ikut masuk ke dalam ruangan. Lalu saat pintu tertutup, Irene tahu bahwa setelah ini Guanlin akan semakin meledak mengetahui faktanya.

Pasalnya jika Guanlin tahu, alat tes kehamilan yang ia temukan di tong sampah kemarin, adalah alat ke enam yang Irene gunakan. Namun entah bagaimana Irene meluputkan dua benda itu hingga Guanlin menemukannya.

***

Sehun turun dari taksi dengan buru-buru dengan menarik kopernya dengan kasar. Ia memasuki rumah sakit Naevis dengan bergegas juga berlari kencang. Ia sudah menelepon berulang kali namun Irene tidak mengangkatnya. Pesan pun tidak dibaca membuat Sehun makin frustrasi.

Ia baru saja tidak di bandara ketika pesan Guanlin muncul di ponselnya. Guanlin mengirimkan foto alat tes kehamilan dan Sehun langsung peka bahwa wanita itu adalah Irene. Siapa lagi memangnya? Mimi peri?

"IRENE!!!!" teriak Sehun membuat seluruh orang yang ada di rumah sakit jadi terkejut dengan teriakannya.

"IRENEEEEE KELUAR!!!" ia berteriak lagi makin kencang dan tidak peduli ketika menjadi pusat perhatian semua orang di sana.

Sehun masih meneriaki nama Irene ketika Ian akhirnya menghampiri dengan wajah bingung saat Sehun membuat kegaduhan di rumah sakit tempat ia bekerja.

"Lo kenapa teriak-teriak di sini?!" bentak Ian menarik kerah baju Sehun dan mendorongnya untuk berhenti membuat kacau.

"IRENE!!!!!" Sehun tidak peduli dan masih meneriaki nama wanita itu.

"Dokter Irene masih di ruang operasi!" Ian masih menahan marahnya agar tidak meledak. Mau tidak mau ia harus yang menjadi si waras di sini.

Sehun membuang napasnya marah. Ia tidak peduli lagi dengan pesawat yang mungkin sudah terbang meninggalkannya. Ia hanya menuntut penjelasan di sini. Kenapa Irene tidak memberitahunya apa-apa dan kenapa ia harus tahu dari Guanlin?

"Lo kalau masih mau ribut, mending pergi!" Ian mengulurkan tangannya untuk menyuruhnya keluar.

Sehun mendesah kasar dan akhirnya memilih menunggu entah berapa jam lagi wanita itu selesai. Namun Sehun pastikan bahwa ia akan menyelesaikan semuanya dengan wanita itu.

Adu Rayu [HunRene] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang