6. Betah dipangku?

2K 283 166
                                    

Sehun membuka jas dokernya kemudian duduk di kursinya dengan maata terpejam. Hari ini ia cukup lelah. Sehun melakukan dua operasi hari ini, dan ditambah satu operasi dadakan karena dokter yang harusnya melakukan operasi itu tidak tahu keberadaannya. Sehun pun meregangkan otot-otot tubuhnya lalu meraih ponselnya. Ada pesan dari Mama ternyata.

Mama :

Sehun jangan lupa bawain pesanannya Mama ya kalau pulang. Martabak telur!

Sehun meletakkan HP-nya kembali. Tidak berniat membalas pesan itu dan hanya memijat keningnya pelan. Sudah sejak insiden di kafe bersama Irene, keinginannya untuk berhubungan dengan gadis lain menjadi redup. Menonton bokep pun tidak minat. Ini padahal ga seperti Sehun yang biasanya. Biasanya asupan yang masuk itu sekitar dua sampai tiga kali seminggu. Tapi sudah hampir seminggu lebih, Jono tidak ia biarkan memasuki lubang manapun.

Sebegitu merananya Sehun mengetahui di dunia ini ada seorang cewek yang menolak dia. Bahkan setelah diberi mobil dan kartu kredit. Entah Sehun atau Irene yang tidak waras. Tapi untuk pertama kalinya, Sehun mengeluarkan kekayaan sebegitu banyaknya untuk seorang gadis. Padahal apa sih spesial-nya Irene ketimbang gadis lain?

Sehun juga bingung kenapa Jono tidak pernah mau disentuh kalau bukan sama Irene. Hanya mengobrol dan tatap muka lima belis detik pun, si Jono udah bangun. Gila si Jono.

PARAH LO, NO!

Tok tok tok

Sehun yang awalnya memejamkan mata, terpaksa membukanya ketika pintu ruangannya diketuk dan belum sempat ia menyuarakan izin, pintunya di buka.

Kalau gitu ngapain diketok, sih? Gublu!

Sehun menautkan alisnya. Di sana ada dokter Saejong yang tersenyum lalu masuk setelah menutup pintu ruangannya. Otomatis, Sehun menegakkan duduknya dan balas tersenyum.

"Kenapa ke sini?" tanya Sehun ketika Saejong sudah mendaratkan tubuhnya pada kursi di depan Sehun.

"Kamu kapan pulang?"

"Dikit lagi, sih." Sehun melirik jam tangannya dan memandang Saejong lagi. "Ada apa?"

Saejong tersenyum salah tingkah lalu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Mobilku mogok, bisa nebeng ga pulangnya?"

"Oh boleh -"

Tok tok

SIAPA LAGI SIH?

"Masuk!" seru Sehun dan kemudian Saejong juga menoleh ke arah pintu. Begitu terbuka, Sehun tertegun saat tahu Irene berada di sana dengan wajah canggung melihatnya dan Saejong di dalam ruangan ini.

Sehun otomatis berdiri. Inikah rasanya kepergok selingkuh?

"Rene?"

"Saya ganggu kalian?" tanya Irene merasa tidak enak ketika Saejong menatapnya sedikit kesal.

Oke, gue ganggu mereka kayaknya. "Sori, saya -"

"Kenapa?" Sehun menyela.

Irene menatap Sehun kemudian membuka pintu sedikit lebar. "Tadinya saya mau nebeng pulang, karena tiba-tiba ban mobil saya kempes. Tapi -"

"Saya sudah duluan minta tebengan sama dokter Sehun. Dokter Irene bisa cari yang lain kalau mau diantar pulang."

Irene mengerjapkan matanya beberapa kali ketika kalimat sarkas yang Saejong katakan cukup membuat emosinya terombang-ambing. Sejujurnya ia juga tidak mau meminta tolong pada Sehun. Mengingat penolakan yang ia berikan di kafe itu dan juga insiden Irene menendang masa depannya. Tapi kan itu juga karena Sehun sendiri? Siapa suruh mulutnya mengandung bakteri jahat?

Adu Rayu [HunRene] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang