00:00

60.5K 1.4K 59
                                    

Gevano menyeret Zoya dan membanting tubuh mungil itu di lantai. Suara tangisan Zoya ia abaikan, Gevano semakin tersenyum melihat wajah Zoya yang sudah banjir air mata sejak pernikahan mereka terselenggara.

"Kenapa menangis, Sayang? Bukankah dulu kamu menyukaiku?" tanya Gevano dengan memegang dagu Zoya.

Gevano tidak asal bicara. Dia tau bahwa Zoya pernah suka padanya sewaktu dirinya masih menjalin hubungan dengan Zelin. Bahkan, Gevano pernah mendengar dari mulut Zoya sendiri bahwa gadis itu pernah bermimpi menjadi istrinya.

"Sakit, Kak," ucap Zoya ketika Gevano mencengkram dagunya begitu kuat.

"Ah, maafkan aku, Sayang." Gevano segera melepaskan tangannya dari dagu gadis itu. Sebagai gantinya, kini lengan Zoya yang menjadi sasaran kemarahan Gevano.

"Kak-" Zoya ingin melayangkan protes, namun Gevano sudah lebih dulu memaksanya berdiri dan melemparnya di ranjang laki-laki itu.

"Kak, tolong jangan," Zoya sekuat tenaga mempertahankan gaunnya agar tidak lepas dari tubuh. Demi apapun, Zoya benar-benar takut melihat Gevano.

Dulu Gevano sangat baik, bahkan Gevano selalu bersikap lembut padanya hingga dengan lancang perasaan suka itu tumbuh. Tapi hari ini, Zoya benar-benar tidak mengenali Gevano yang ada di hadapannya. Ini bukan Gevano, melainkan monster yang menyerupai wajahnya saja!

"KAK GEVAN!" Zoya menjerit kala gaun yang terpasang di tubuhnya sudah di robek oleh Gevano dan terjatuh di lantai begitu saja.

"Indahnya," ucap Gevano memuji lekuk tubuh Zoya yang tersaji di hadapannya saat ini.

Zoya mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut dalaman saja. Gadis itu menangis keras ketika melihat Gevano sudah mulai melepaskan pakaiannya satu persatu.

Sepertinya, malam ini akan menjadi malam yang kelam baginya.

***


Suara tangisan yang begitu merdu di telinga Gevano kembali terdengar pagi ini. Di kamar mandi yang sengaja Gevano buka pintunya, ada Zoya yang menangis di dalam bathtub. Perempuan itu menangis karena kesuciannya di ambil Gevano secara paksa. Bahkan, dengan keadaan sadar, Gevano menyebut nama Zelin ketika berhubungan dengan Zoya.

"Pagi yang indah, Sayang. Lalu kenapa kamu menangis?" Gevano bertanya dengan suara beratnya yang mungkin terdengar menggoda bagi perempuan normal. Tapi di telinga Zoya, suara itu terdengar seperti ejekan yang memuakkan.

Gevano berjalan menuju kamar mandi dan tanpa malu melepas celana pendek yang semula ia kenakan. Laki-laki itu ikut masuk ke dalam bathtub dan mengambil posisi di belakang sang istri.

"Lepas, Kak!" Zoya berusaha melepaskan tangan Gevano yang melilit perutnya.

"Apa sakit?" tanya Gevano terdengar ambigu.

"Kak, tolong lepasin," pinta Zoya begitu lirih ketika Gevano malah menyentuh bagian tubuhnya yang lain.

Rahang Gevano kembali mengeras ketika mengingat tentang perselingkuhan Zelin dengan seseorang yang tidak ia kenali. Dengan penuh kemarahan, Gevano menarik kepala Zoya dan mencium bibir perempuan itu hingga Zoya kesulitan bernapas. Zoya memukuli dada Gevano berharap laki-laki itu segera melepaskan ciuman itu.

Gevano akhirnya membebaskan bibir Zoya hingga perempuan itu menghirup udara karena merasa napasnya sudah menipis. Gevano meneguk ludahnya ketika melihat dada Zoya naik turun akibat menghirup oksigen di sekitarnya.

Married to My Sister's Ex-boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang