00:24

14.8K 871 60
                                    

350 vote, 100 comment. lanjut💅

- 00:24 -

"Kenapa tidak ada yang menungguku sebelum Tuan Muda dimakamkan?" tanya Jack yang baru kembali setelah diutus untuk suatu hal penting.

Lily menatap putranya yang tentu sangat terluka. Gevano dan Jack begitu dekat, bahkan Gevano yang memberikan nama belakang Northern untuk Jack. Jacksen Northern. Jika bukan karena Gevano kecil, mungkin Jack akan diurus oleh keluarga Lily dan dia akan jauh dari sang putra.

Setiap pagi, Gevano kecil akan datang ke kamarnya demi melihat Jack yang masih bayi. Karena ayah Jack telah meninggal sejak Jack masih di kandungan, tak jarang Jack sering diolok-olok ketika di sekolah. Dan Gevano selalu menjadi orang pertama yang menolongnya.

Makanya Jack berjanji akan menjaga Gevano sebagai balas budi atas yang laki-laki itu berikan padanya saat kecil. Dan sekarang, bahkan Jack tidak sempat melihat Gevano untuk yang terakhir kalinya.

"Kondisinya tidak memungkinkan untuk menunggu lebih lama, Nak. Ikhlaskan, supaya Tuan Muda tenang," ucap Lily seraya mengusap punggung sang putra yang sedang memeluknya.

"Ibu, aku sudah berjanji akan menjaga Tuan Muda. Tapi sekarang ...," Jack tak sanggup lagi berkata karena terlanjur menangis.

"Sabar, Nak. Ibu juga sedih karena bagaimanapun juga Ibu sudah mengenal Tuan Muda dari kecil. Ibu tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi," ucap Lily.

"Mau ke mana?" tanya Lily ketika Jack mengurai pelukannya dan bergegas meninggalkan sang ibu.

"Mau ke makam Tuan! Aku mau meminta maaf!" ucap Jack tak mempedulikan teriakan ibunya yang menyuruhnya untuk kembali.

Damaress tersenyum dari atas tangga menyaksikan raut kesedihan di wajah Jack. Sekarang ia tidak lagi merasakan adanya ancaman setelah Gevano tiada. Sekarang, hanya tinggal mengatur strategi maka perusahaan pusat, mansion, dan semua yang Gevano miliki akan jatuh padanya.

Ah, Damaress juga sedang mencari cara untuk menyingkirkan Zelin, Zoya serta anak kembarnya. Damaress belum akan bertindak sekarang karena terlalu berbahaya. Ia tidak mau publik malah menaruh curiga padanya yang malah akan menimbulkan masalah baru.

"Besok pengacara Gevano akan datang, aku penasaran kepada siapa dia memberikan hartanya," gumam Damaress.

"Siapapun itu, aku harus memastikan semuanya jatuh ke tangan yang seharusnya. Damaress Levandro," imbuh pria itu tersenyum licik.

***

Dini hari, Zoya masih terjaga karena tidak bisa tertidur. Perempuan itu kembali menangis dan menangis membuat kepalanya sendiri pusing seperti ingin meledak. Biasanya jika ada Gevano, pasti pria itu menenangkan dirinya dengan cara memeluknya.

"Kak, gak mau pulang, gitu? Aku kangen," bisik Zoya yang tengah memeluk baju Gevano.

"Kepala aku pusing, Kak," adu Zoya meski tidak ada sahutan apapun.

"Enggak bisa tidur,"

"Kalau tau begini, harusnya kita dulu gak usah ketemu lagi. Aku capek kalau ujung-ujungnya kayak gini, Kak. Kamu ingkar janji," ucap Zoya seraya mencabik-cabik baju Gevano, lalu kemudian memeluknya begitu erat.

Zoya akhirnya tidak lagi berbicara, melainkan terus mengeluarkan tangisnya. Perempuan itu tak lelah menangis meskipun kepalanya sakit bukan main.

"Jangan menangis," Suara Gevano muncul dalam imajinasi Zoya.

"Jangan begini, Zoya. Anak-anak butuh kamu, kamu jangan lemah begini," ucap suara tanpa raga itu.

"Tidurlah, aku akan menemanimu di sini," ucap suara itu lagi.

Padahal Zoya sadar betul itu hanyalah imajinasi yang ia buat sendiri, tapi dia tetap mengira itu benar-benar suara Gevano.

"Kalau kamu tidak tidur, aku akan pergi dan tidak akan kembali,"

"Iya, aku tidur!" ucap Zoya menyahuti dan cepat cepat memejamkan matanya karena tidak ingin suara tanpa raga itu pergi. Padahal, sejak awal memang tidak ada yang datang padanya.

***











[ PART DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN]











***

Married to My Sister's Ex-boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang