00:12

20.8K 825 11
                                    

Tangan Zoya dingin ketika mobil yang membawa mereka pulang kini sudah memasuki perkarangan mansion mewah Gevano itu. Tatapan Zoya tertuju pada seorang perempuan yang kini sudah berdiri di depan pintu utama dengan dikelilingi orang-orang berpakaian rapi di sekelilingnya seolah takut akan ada sesuatu buruk yang bisa saja menyakiti perempuan itu.

"Kak Zelin," lirih Zoya ketika melihat wajah pucat kakaknya.

"Ayo," Gevano segera menggendong Zae dan Zoya membawa Zea untuk mendekati Zelin yang masih berdiri dengan senyum manisnya.

Air mata Zelin langsung terjatuh ketika melihat asik tersayangnya turun dari mobil. Melupakan larangan Gevano yang mengingatkannya untuk tidak berlari, kini Zelin berlari menghampiri adik perempuan satu-satunya itu dengan derai air mata yang membasahi pipi.

"Zozo," Zelin memeluk sang adik begitu erat setelah Zea beralih ke gendongan Gevano. Zozo adalah nama panggilan yang Zelin sematkan untuk sang adik ketika adiknya masih kecil.

"KAMU KENAPA TINGGALIN KAKAK?!" tanya Zelin marah. Meski begitu, air matanya terus berjatuhan membuat Zoya tertawa.

"Maafin aku, Kak," ucap Zoya karena tidak tau harus mengatakan apa pada sang kakak.

"Sayang?" Gevano memanggil kekasihnya itu dengan nada jengkel. Bisa-bisanya ia setampan ini tidak di lirik sama sekali oleh perempuan itu.

Tatapan Zelin bukan tertuju pada Gevano, melainkan dua bayi mungil dalam gendongan laki-laki itu.

"Siapa mereka?" tanya Zelin dengan senyum kecil kemudian menggenggam jemari mungil mereka.

"Mereka anakku, Kak," ucap Zoya membuat Zelin benar-benar terkejut.

"Terus, ayah mereka di mana, Zoya? Kenapa kamu pulang sendiri?" tanya Zelin terdengar sedikit kesal.

Zoya tersenyum kemudian mengusap lengan sang kakak. "Itu gak penting, Kak. Yang penting sekarang kita ketemu lagi. Aku udah denger semuanya tentang Kakak, kenapa Kakak bandel banget? Hari ini, kita akan ke rumah sakit!" ucap Zoya tegas.

"Zoya, Kakak gak butuh dokter, Kakak cuma butuh kamu. Kakak cuma mau nikmatin hidup Kakak sama kalian," ucap Zelin menatap Zoya dan Gevano dengan tulus.

"Sama mereka juga," imbuhnya mengusap pipi si kembar.

***

"Kenapa, Sayang?" tanya Zoya pada Zae ketika anak itu tak henti-hentinya menatap Zelin.

Zae mengerjapkan matanya dengan senyuman yang mengingatkan Zoya pada Gevano. Kalau Gevano seperti itu, artinya dia suka dan tertarik pada sesuatu yang ia lihat. Apakah sekarang putranya tertarik pada kakaknya?

"Zae suka aunty?" tanya Zoya membuat Zae tersenyum malu-malu.

"Mirip banget sama Vano," kekeh Zelin membuat Gevano yang saat ini sudah berbaikan dengan Zea pun melirik tiga orang itu.

"Apa bawa-bawa aku?" tanya Gevano yang tengah memangku Zea seraya menyaksikan film kartun bersama gadis kecil itu.

"Kalau lagi kayak tadi, mukanya Zae mirip kamu, Vano," ucap Zelin kemudian mengulurkan tangannya pada Zae.

"Zoya pas hamil kayaknya benci sama aku, Sayang. Soalnya anak-anaknya sekilas mirip aku," sahut Gevano.

"Jangan-jangan mereka anak kamu?" kekeh Zelin bermaksud bercanda.

"Waduh, aku cuma maunya punya anak sama kamu, Sayangku," ucap Gevano menyahuti sang kekasih.

Zelin terkekeh pelan membuat Zoya kikuk. Kemudian suasana hening muncul saat tidak ada lagi yang bersuara di antara mereka.

Married to My Sister's Ex-boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang