"KEBAHAGIAAN TIDAK PERNAH MEMILIH SIAPA DAN DIMANA, SEMUA LAYAK TANPA TERKECUALI, HANYA SAJA, WAKTU YANG MEMBEDAKAN, CEPAT ATAU LAMBATNYA."
ost.Bondan Prakoso - Ya Sudahlah
*
*
*
Aku bercita-cita menjadi penari saat umurku 12 tahun, berada di atas panggung dengan menampilkan gerakan yang aku ciptakan dan viral dengan prestasi yang aku peroleh. setelah itu aku melihat beberapa buku yang sangat tebal, hingga cukup berat untuk ku genggam, membutuhkan waktu seminggu membacanya, memberi inspirasi akan hidup yang tengah ku jalani saat itu, dan membuatku merubah cita-citaku menjadi seorang penulis, mulai saat itu aku mengikuti beragam lomba untuk menunjukan kemampuan menulisku, mulai dari puisi, cerita pendek, hingga kata-kata motivasi telah kuciptakan.
penulis bukan hanya menciptakan awal kisah tapi juga harus memikirkan akhir dari kisah itu. dan aku menyukai bagaimana akhirnya tersusun sesuai mauku. merubah apa yang tidak ada menjadi ada.
namun, dalam dunia nyata aku bukanlah pemeran utama dalam kisah hidupku, setiap kebahagiaan yang sempat tergapai akan ku bayar mahal dengan kehilangan apa yang paling aku sayang.
dimulai saat aku akhirnya mendapat rangking ! saat duduk di kelas 6 sd, hari itu aku menerima kabar bahwa papa pergi dari rumah meninggalkan mama dan saudaraku untuk bersama perempuan lain, saat akhirnya aku bisa lanjut sekolah smp, saat itu aku hampir saja mengalami pelecehan dari om ku sendiri, saat doaku terkabul untuk kembali ke jakarta bertemu kedua orang tuaku, saat itu aku harus kehilangan papa untuk selamanya.
benar kata orang bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. namun entah dosa apa yang telah aku perbuat di masalalu hingga jalan hidupku sendiri tidak pernah menjadikan takdir berpihak padaku, dahulu mama selalu bilang bahwa aku adalah karma dari apa yang telah papa perbuat ke mama, siapa sangka itu mungkin benar. seorang anak perempuan yang harus menanggung karma dari apa yang telah ayahnya perbuat di masa lampau.
andaikan bisa bertanya "mengapa harus aku?", hidup menjadi aku bukanlah hal yang pernah aku minta, seandainya waktu dulu mama benar-benar membunuhku mungkin saja aku tidak perlu menjadi terlalu sengsara. hingga harus bertemu dengan lelaki biadap yang menghamiliku dan lari tanpa tanggung jawab,
"lebih baik aku mati daripada harus menikah sama kamu" masih jelas terekam dalam ingatanku saat ucapan itu terlontar dari bajingan yang memiliki hidup jauh lebih baik daripada aku. sangat baik hingga ibunya saja membela anaknya untuk tidak bertanggung jawab.
pahitnya hidup terus aku jalani, dalam tangis dan dendam. hingga lahirnya anakku, sialnya bukan hanya aku kini yang menderita, bahkan bayi sucipun harus ikut ke neraka dunia bersamaku. belum cukup kesannya ia lahir tanpa ayahnya, ia juga harus menjadi anak bayi yang memiliki penyakit mematikan yaitu jantung.
bagaimana lagi harus kucari jalan yang benar?, jalan yang bisa membuat hidup tterasa adil. jika bukan untukku setidaknya anakku. jauh sebelum nya aku selalu berdoa untuk kebahagiaanku, namun kini aku hanya berharap untuk keajaiban pada anakku. apa itu salah? apa manusia sepertiku tidak layak memiliki harapan, harapan yang kini hanya tersisa untuk hero.
saat aku tahu tentang penyakit hero, dunia ku yang sudah hancur semakin lebur, tidak ada lagi yang tersisa sampai tante melda mengingatkanku tentang bayi yang mungkin saja menjadi penyelamatku, itulah alasanku memberinya nama hero.
saat itu aku mendengar apa yang tante melda katakan, hanya saja terlalu lemah fisikku hingga sulit untuk kembali berdebat, hal gila yang kulakukan adalah mengamuk pada Tuhan, semoga saja Tuhan paham bahwa aku tidak benar-benar marah padanya, hanya sedikit kecewa.
setidaknya kini aku memiliki alasan untuk bangun di esok hari, untuk makan makanan tanpa rasa itu,
aku akan mencari dokter terbaik untuk hero, tapi untuk itu aku perlu kerja agar menutupi biaya pengobatan hero, walaupun tante melda pernah berpesan bahwa ia akan membantu dalam segi apapun, tetap saja aku yang memiliki kewajiban untuk menafkahi anakku.
sempat terpikir untuk kembali mencari si bajingan itu agar membantuku dalam biaya pengobatan hero, tapi aku yakin sekali penolakan akan tetap menjadi penolakan. apa yang telah ia buang tidak mungkin ia pungut kembali. tapi mungkin aku bisa mengacaukan hidupnya, hingga kami impas, tapi ternyata aku tidak sejahat itu, karena aku berbeda darinya. jika ia bajingan jahat aku hanya manusia biasa yang bertahan hidup.
seperti papa yang juga mama bagiku, kini aku akan menjadi ibu sekaligus ayah bagi hero. jika menghilang membuat bajingan itu tenang aku memutuskan untuk tidak memposting apapun di media sosialku tentang hero, sejak hari dimana aku tahu bahwa hero memiliki penyakit itu.
"sudah el, tante sedang berkonsultasi dengan teman tante, karena kan kamu tahu sendiri hero adalah bayi yang baru lahir tentu saja itu akan menjadi pertimbangan pihak rumah sakit manapun" jawab wanita yang tengah berbicara dengan el melalui ponsel, kini situsi mulai sedikit membaik, kabar baik yang paling di nanti datang dengan begitu cepat, meski baru berupa wacana setidaknya ada titik terang tentang siapa yang akan menjadi dokter jantung hero.
el menaruh barangnya kembali pada tempatnya, cukup rapih pemandangan kamar itu dibandingkan terakhir sebelum el berubah menjadi membaik. tidak nampak barang-barang anaknya berada di kamar itu, karena semuanya berada di rumah sakit di mana hero di rawat.
satu hal yang menarik, tidak ada rokok, tidak ada alkohol. saya senang bisa melihat el menjadi lebih baik sekarang,
1 MINGGU KEMUDIAN
"Data-data hero sudah selesai kan el?" tanya sang tante yang tengah berdiri di depan pintu, "data apa ya tante?" jawab el bingung, "KK, AKTE, DLL" tanya tantenya kembali, "oh sudah tante, jadi gimana kapan berangkat?" jawab el terburu-buru mengecek berkas di lemari. "lusa kita berangkat, kamu siap kan?" mereka saling memandang el yang mengangguk di balas anggukan juga oleh sang tante yang seakan paham akan jawaban ponakannya.
mereka pergi dengan tenang di antar ambulance, jalan yang terasa ramai biasanya kini sepi, tak banyak yang menghalangi, cukup lancar sampai el terheran.
ia hanya bisa memegang kuat tangan tantenya sambil berdoa untuk sang anak. tak banyak yang ia minta dan tak banyak pula yang harapkan.
kira-kira mereka mau kemana ya? ada yang tahu gak?
sampai bertemu di part selanjutnya ya:)
jangan lupa like dan komen ya guys..
sayang kalian pokonya..
makasih masih mau nemenin sampai sekarang.
kalian hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM PREGNANT (ON GOING)
Teen Fiction"aku ragu, ini terasa seperti jebakan" ucap agam dengan getaran bibir seolah itu sebuah ketakutan. "bagaimana bisa kamu ragu? kamu sendiri yang bilang kalo kamu ga sengaja keluar di dalem" terlihat jelas wajahnya memerah dan airmata pun tak terbendu...