✧ 3 ✧ White Wolf

82 5 1
                                    

✧ H E L E N A ✧

"I'd love to see
You dance with me
Hold me close
I'll be friend's with you

I'll say I'm fine though I've been

Hoping to be by your side
And do what lovers do
One day I'll be the one"

Arash Buana - I'll Be Friend's With You

3. WHITE WOLF

Helena berjalan menyusuri koridor dengan langkah santai. Ia tidak bersama Kaylee karena gadis itu sudah pergi duluan bersama pacarnya. Katanya, mau mampir nonton dulu sebelum pulang. Mumpung sore ini sedang bagus cuacanya.

Sebuah ponsel yang menjadi benda kesayangan Helena ia keluarkan dari saku rok. Membuka aplikasi chatting untuk menghubungi Papanya kembali. Barangkali, ia lupa atau malah ketiduran di ruang kerjanya.

Candra memang menjadi lebih malas, ia akan tidur kalau bosan. Kalau dulu kan ... ia bisa keluar untuk nongkrong atau mengurus ini itu. Sekarang, ia sudah punya cabang di mana-mana, tinggal santai-santai saja.

Helena:
Papa udah on the way? |

Satu menit, dua menit, tiga menit, barulah ada balasan dari Papanya.

Papa Ganteng:
| Bentar, lagi di pom bensin.

Helena:
Lagi isi bensin kok main hp? |
Ntar meledakkk! |

Papa Ganteng:
| Papa mampir ke wc umumnya.
| Mendadak kebelet ee'.
| Udah dulu ah, udah di ujung nih ಥ‿ಥ

Helena refleks tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Papanya itu memang ada-ada saja gaya bahasanya. Masih seperti anak muda. Dan menjadi anak tunggal memang membuat Helena sangat dekat dengan Papa Mamanya, hampir seperti sahabat sendiri.

Helena:
Aku doain nggak sembelit ya, wkwk. |
Aku tunggu Papa di halte depan sekolah. |

Gadis itu tidak menunggu balasan dari chat yang ia kirim, karena Papanya sudah keluar dari aplikasi chatting. Pasti sudah masuk ke wc umum.

Helena pun melanjutkan langkah kakinya menuju ke halte yang ada di depan sekolah. Santai dan baik-baik saja, sebelum tiba-tiba ada yang menabraknya dari arah belakang.

"Sorry sorry, nggak sengaja," ucap cowok bertubuh tinggi itu.

Helena tidak sampai jatuh. Namun, ia akui kalau bahu dan lengannya terasa sakit. Bagaimana pun ia bukan Arana yang pandai bela diri. Ia hanya menuruni sifat cerewet dan petakilan, khusus dengan orang-orang terdekat. Kalau soal fisiknya, Helena persis seperti Arana waktu muda. Cantik, tinggi, langsing, putih, bermaya cokelat, dan berambut panjang.

Helena tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya sambil mengusap-usap bahunya.

Dan cowok itu tidak berkata apa-apa lagi. Bahkan ia tidak menanyakan keadaan Helena sama sekali. Malah pergi, berlari ke arah parkiran sekolah. Mungkin dia sedang sangat terburu-buru.

Ketika pandangan Helena mengikuti cowok itu, ia melihat segerombolan siswa MHS yang sudah naik ke motor masing-masing. Cowok yang menabrak Helena juga bergabung, membonceng salah satunya. Terlihat mereka saling tertawa dan bercanda, sambil sesekali menggeber-geber motor.

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang