Kegelapan menyelimuti seorang gadis yang tengah terlelap dengan tenang di atas kasur empuk. Ia tidur lebih nyenyak dari biasanya. Mungkin, karena hari yang ia lalui sudah terlalu panjang, terlalu banyak tragedi. Sehingga tidur rasanya menjadi nikmat sekali.
Namun, kenikmatan itu tiba-tiba terganggu ketika ponselnya mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring. Ada panggilan masuk. Gadis itu sengaja membuat nada deringnya menjadi nyaring, seperti yang diajarkan oleh seseorang.
Helena menutup telinganya dengan bantal, ia masih malas untuk bangun. Hingga suara di ponselnya itu mati, selang beberapa detik, lantas berbunyi lagi. Si penelepon ternyata gigih juga.
"Siapa sih?" kesal Helena.
Akhirnya, ia bangkit dari posisi tidurnya. Beranjak mengambil ponsel di atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur. Ponselnya itu sedang di-charger. Jadi, ia perlu melepas kabel itu dulu.
Dan ternyata ... penelepon itu adalah Mia.
"Hel! Help me!" Itu yang Helena dengar setelah menggeser tombol hijau.
Kedua mata Helena yang tadinya mengantuk, langsung berubah menjadi segar. Tepatnya panik.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Helena.
"Itu, Hel! Pengukuhan!"
Helena melirik jam di ponselnya. Sudah pukul dua belas malam lewat tujuh menit. Berarti, pengukuhannya sudah dimulai.
"Gue belum ngelakuin pengukuhan itu, Hel. Gue takut! Gue udah ada di sekitar tempatnya, tapi gue sembunyi."
Tapi rupanya, Mia sengaja terlambat. Terlambat ke pengukuhan yang jelas sekali dilaksakan terburu-buru. Baru kemarin ada kejadian karena pengukuhan malamnya, sekarang Caitlin mengadakan pengukuhan lagi.
Pasti, itu juga yang membuat Mia takut. Ia sudah mulai sadar bahwa pengukuhan itu dibuat untuk menyingkirkan orang-orang, dengan alasan tidak profesional.
"Queenca ngirimin gue lokasi. Gue ke sana dan itu lokasi pasar malem yang udah nggak beroperasi, Hel. Gue takut kalo mereka bakal nyuruh gue ngelakuin hal yang bahaya."
Helena menghela napas, agak bingung. Kemudian, ia mulai memberikan solusi. "Gini, lo kirim alamatnya ke gue sekarang. Terus, lo ke sana aja. Gue langsung nyusul lo habis ini."
"Tapi, Hel ... gue takut."
"Nggak papa, Mia. Lo temuin mereka aja. Gue langsung nyusul lo, gue janji."
"Oke ...."
Setelah itu, panggilan dimatikan.
Helena segera mengganti bajunya menjadi seragam Starlight Cheerleader. Ia memperbaiki rambutnya—menjadi kuncir satu, lalu memakai jaket untuk melawan dinginnya malam. Serta sling bag yang berisi uang dan ponsel.
Saat hendak keluar dari kamar, ia teringat sesuatu. Ponselnya yang sudah masuk ke dalam sling bag pun dikeluarkan lagi untuk menghubungi Grey.
Namun, tidak diangkat. Bahkan, sampai lima kali. Apa cowok itu sudah tidur?
Akhirnya, Helena menelepon Kaylee. Siapa tahu gadis itu punya nomor Arion—wakil W-Wolf.
"Apa?" Suara Kaylee terdengar serak setelah nada sambung yang cukup lama.
"Lo punya nomor Arion nggak?" tanya Helena.
"Punya."
"Gue abis ini kirimin lo lokasi, terus suruh Arion ke sana bareng W-Wolf ya. Tolong," pinta Helena.
"Dih, nyuruh?"
Tut.
Untuk ke sekian kalinya, Helena menghela napas. Namun, ia tetap mengirimkan lokasinya ke Kaylee terlepas dari gadis itu akan menuruti ucapannya atau tidak. Helena sudah tidak peduli. Ia akan tetap ke lokasi itu walau pun sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELENA (End)
Teen Fiction(SEKUEL ARANDRA) *BEBERAPA PART DIPRIVAT ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA* Ini kisah tentang "Helena", gadis cantik nan baik hati yang disukai semua orang. Ia berbakat dalam banyak hal dan dengan bakat itu lah ia bisa masuk ke ... Starlight Cheerleader-se...