✧ 20 ✧ Choose Another, Hel!

66 3 0
                                    

✧ H E L E N A ✧


20. CHOOSE ANOTHER, HEL!

Dua pasang mata itu memandang halaman sekolah yang kosong. Saat ini memang jam istirahat, namun orang-orang jelas memilih melewati koridor daripada halaman sekolah. Apa lagi cuacanya sedang terik.

Dengan bersandar pada tiang bangunan di depan sebuah ruang kelas—entah kelas siapa, Helena meminum jus alpukatnya. Ia membelinya dari kantin, tadi.

Tadi juga, tiba-tiba Grey mendatanginya, ikut membeli jus dan keluar dari kantin bersama. Jadilah mereka berdua berdiri berhadap-hadapan di dekat kantin.

"Rame banget ya kantin di dini," ucap Grey. Ia membeli jus jambu.

Helena mengangguk. "Emangnya lo baru pernah ke sini?"

"Ya nggak lah!" Grey tertawa kecil. "Dulu pernah beberapa kali waktu kantin belakang tutup, gara-gara apa ya ... lupa. Pokoknya gue sama yang lain ke kantin ini, tapi pas jam pelajaran. Jadi sepi lah intinya, nggak rame kayak gini."

"Maksud lo ... lo sama temen-temen lo bolos pelajaran gitu?"

Grey hanya nyengir. "Ya gitu lah, hehe."

Helena tertawa kecil. Ia sepenuhnya mengerti dengan tipikal remaja cowok seperti Grey. Asalkan kenakalannya tidak melebihi batas atau tidak melanggar hukum, itu bisa dimaklumi.

Kebanyakan memang seperti itu kan? Remaja cowok kebanyakan punya aturan sendiri. Misalnya, peraturan bahwa cowok yang tidak berani bolos pelajaran disebut cemen.

Bukan. Ini bukan bermaksud memengaruhi pembaca. Hanya membicarakan fakta di kalangan remaja.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Grey.

Helena mengangguk singkat.

"Lo kenal Seara?"

Mendengar nama itu, Helena jadi ingat kejadian tadi malam saat pengukuhan. Tidak bisa dipungkiri, kejadian itu sedikit membuatnya trauma. Ia juga kepikiran sejak pulang dari sana, menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dia anak Starlight, masuk apa itu namanya yaa ... yang bakal jadi Cheerleader di lomba provinsi," lanjut Grey.

Helena mengangguk, barulah Grey selesai berbicara. "Iya, gue kenal. Kenapa, Grey?"

"Dia punya abang sepupu, anak W-Wolf. Tadi pagi dia marah-marah pengen ngacak-acak Starlight. Katanya, Seara dikeluarin dari tim?" tanya Grey. "Gue bukan bermaksud ngepoin ekskul lo itu, Hel. Tapi gue harus tahu kenapa temen gue marah-marah. Apa lagi dia anak W-Wolf, tapi dia nggak mau cerita."

Helena menengok ke arah kantin. Tepat di meja tengah, di mana anak-anak Fifteen Girls berkumpul. Helena tadinya juga di antara mereka, sebelum membeli jus.

"Gue cuma bingung harus gimana. Apa gue harus dukung temen gue, atau cegah dia," lanjut Grey.

"Gue sebenarnya nggak boleh bocorin ini sih, Grey. Intinya, Seara cuma dikeluarin dari Fifteen Girls, tim yang jadi cheerleader di lomba provinsi. Bukan dikeluarin dari ekskul," ucap Helena.

"Alasan dia dikeluarin, kenapa?"

"Dia nggak lolos semacam seleksi sih. Udah, gitu doang," jawab Helena.

Helena tidak menjelaskan detail tentang pengukuhan. Karena tadi malam, dengan tegas, Caitlin mengatakan bahwa tidak boleh membocorkan pengukuhan pada siapa pun. Bahkan anggota Starlight yang lain.

"Berarti itu cuma masalah wajar ya?"

Helena mengangguk sambil menelan ludah dengan susah payah. Ia ragu. Apakah pengukuhan ini memang hal yang wajar?

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang