( 32 )

0 0 0
                                    

Malam sudah menjelang pagi. Sekarang, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Helena, Kaylee, W-Wolf dan The BS masih berada di lokasi kejadian. Tepatnya, sudah berkumpul kembali di tempat awal setelah berpencar ke mana-mana untuk mencari Caitlin.

Yang sayangnya ... gadis itu tidak ditemukan oleh mereka. Menghilang entah ke mana. Padahal, anggota W-Wolf sebegitu banyaknya dan sudah menyebar ke berbagai penjuru.

"Gue jadi heran deh, dia manusia atau setan sih?" tanya Felix. "Dicari-cari dari tadi nggak ketemu."

Grey menghela napas, lantas mengusap wajahnya dengan kasar. "Kita sebaiknya pulang dulu aja. Udah mau pagi, hari ini juga kita harus ke sekolah buat liat kondisi. Gue yakin, kali ini kepala sekolah nggak bakal nutup mata lagi."

Zack mengangguk. "Kalo sampe kepala sekolah nutup mata lagi, gue bakar tuh MHS!" ancamnya yang disahuti sorak-sorai anak-anak W-Wolf.

Semuanya kompak setuju. Mereka tidak mau difitnah lagi, apa lagi buktinya sudah jelas di depan mata. Besok semuanya akan sekolah, tidak peduli dengan skorsing yang salah sasaran itu.

"Kepala sekolah balas chat gue, sih. Katanya, gue harus sembunyiin bukti itu, jangan bocor."

"Gila!" seru beberapa orang bersamaan.

"Terus?" tanya Helena. Tak sabar dengan apa yang akan Kaylee katakan.

"Ya, sabar! Gue belum selesai ngomong," kesal Kaylee.

Helena nyengir, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Terus, gue bilang kalo gue udah sebarin itu ke grup siswa-siswi MHS dan otomatis wali murid juga tahu," ucap Kaylee melanjutkan penjelasannya. "Udah heboh banget di grup, bahkan sampe viral ke Twitter, ke sekolah lain."

"Bagus," ucap Grey.

"Kok bagus? Sekolah kita jadi jelek dong?" tanya Audrey.

"Ya itu ulah lo sama temen-temen lo itu!" olok Zack. Ia masih babak belur karena serangan mendadak yang tadi ia terima.

"Ya udah, intinya kita pulang dulu kayak kata Grey. Kepala sekolah juga pasti turun tangan. Kita juga bisa libatin polisi kan?" ujar Helena yang diangguki oleh yang lain.

Setelah itu, semua orang membubarkan diri menuju kendaraan masing-masing. The BS naik ke mobil yang berjumlah dua unit. Mia juga ikut nebeng di dalamnya. Sedangkan Kaylee yang tadinya naik ojek online pun terlihat mengotak-atik ponsel. Sepertinya, hendak memesan ojek lagi.

"Pulang sana gue aja, Kay," ujar Helena.

"Nggak usah, makasih," tolak Kaylee dengan pandangan masih ke ponselnya.

"Sampai kapan sih kita kayak gini terus?" tanya Helena.

Grey yang masih di sana pun menarik tangan Helena ke belakang. "Udah, biarin aja."

"Apaan sih, Grey?!" Kaylee marah, ia melepaskan cekalan tangan Grey pada Helena.

Grey tertawa. "Apaan apanya?"

Ini terasa lucu. Helena juga menahan tawanya.

"Helena lagi mau bujuk gue, biarin aja napa sih?! Nggak usah ikut campur! Yang ini bukan urusan lo lagi," omel Kaylee.

"Ya udah, ayo pulang sama gue. Kalo lo nggak mau, gue pulang sama Grey nih," ancam Helena.

"Ya udah, ayo!" balas Kaylee dengan nada yang masih kesal.

Helena sudah tahu sejak awal, kalau sebenarnya Kaylee tidak benar-benar marah dengannya. Ia hanya gengsi. Namun di dalam hati, Kaylee masih berharap Helena mau bersahabat lagi dengannya.

"Bentar," ucap Helena. "Lo kenapa babak belur gini?"

Sedari tadi, Helena menunda untuk menanyakan itu pada Grey. Ia penasaran, namun baru ada waktu yang pas untuk bertanya. Semua anggota W-Wolf juga babak belur, terutama Zack yang paling parah.

"Nggak babak belur kok, cuma dikit," balas Grey sambil mengusap luka di sudut bibirnya tanpa meringis.

"Tapi kenapaa??"

"Ada yang nyerang markas tadi, waktu lo teleponin gue itu jam dua belasan," jawab Grey dengan jujur.

"Siapa?" tanya Kaylee, ikutan penasaran.

"Atlet-atlet MHS. Mereka bawa preman, banyak banget tadi," jawabnya lagi. "Tapi, W-Wolf tetap menang dong." Grey memukul dadanya dengan bangga.

"Berantem kok bangga," cibir Kaylee.

"Itu pembelaan diri, Kay!" balas Grey.

"Pasti mereka bales dendam soal yang di vila ya?" tebak Helena.

Grey mengangguk. "Iya, bener. Mereka juga bilang kalo Caitlin yang nyuruh mereka, memprovokasi biar mereka bales dendam. Dari situ, Caitlin dapet untung karena W-Wolf jadi nggak bisa bantuin pengukuhan yang ini."

"Emang gila tuh orang," olok Kaylee.

***

Sekolah berstandar internasional itu sangat ramai hari ini. Banyak orang yang berseru-seru di luar gerbang sekolah, sehingga membuat seluruh siswa-siswi serta para guru keluar ruangan. Menyaksikan dengan bingung dan takut. Sementara itu, satpam sekolah berusaha menenangkan seraya menjaga gerbang tetap tertutup.

"Kami menuntut kepala sekolah untuk mengeluarkan anak-anak yang membahayakan itu!"

"Kalian tidak bisa menyembunyikan mereka dengan dalih bahwa mereka anak-anak yang berprestasi, lantas membenarkan semua kelakuan mereka yang nakal dan tidak berperikemanusiaan!"

"TIDAK ADA YANG BOLEH MELAKUKAN BULLYING DI SEKOLAH ANAK KAMI!!"

"BENAR!!"

"DROP OUT MEREKA DARI SEKOLAH!"

"USIR MEREKA!!"

Adalah para wali murid yang berteriak di balik gerbang menggunakan toa. Semuanya sangat bersemangat, namun tetap berusaha untuk menjaga kata-kata agar tidak terlalu kasar. Sebab bagaimana pun, mereka orang tua dari siswa-siswi MHS yang terhormat pula.

Dengan melihat kondisi yang ada, Helena menelepon Mamanya—Arana dan langsung dijawab oleh wanita itu.

"Mama sekarang udah tahu kenapa kamu suka keluar tengah malam." Kalimat itu langsung terdengar begitu panggilan diangkat.

"Sorry, Ma. Aku nggak pernah bermaksud untuk kabur, tapi aku lagi berusaha nyelesein masalah di Starlight Cheerleader," sahut Helena.

"Nggak papa, sayang. Mama yang minta maaf karena nggak percaya sama kamu, dan malah mikir yang nggak-nggak." Helena tersenyum mendengar itu. "Sekarang Mama percaya kalo kamu anak baik."

Helena mengusap setetes air matanya yang tidak sengaja jatuh. Rasanya sangat terharu. Kaylee yang berada di sampingnya pun mengusap bahunya.

"Mama di mana sekarang? Mama ikut demo?" tanya Helena.

"Mama di depan sekolah, tapi nggak ikut demo," jawab Arana yang membuat Helena mengerutkan kening. "Mama lagi jajan siomay."

Helena tertawa, juga Kaylee yang mendengarnya. "Mama ada-ada aja, deh."

Tiba-tiba, keadaan di MHS berubah. Siswa-siswi yang tadinya hanya menonton demo, sekarang ikutan menyerukan kata-kata yang sama dengan wali murid. Mereka menuntut Caitlin dan komplotannya untuk dikeluarkan dari sekolah.

Atas bukti yang mereka semua dapatkan tadi malam, ditambah video dari Grey yang menginterogasi atlet MHS setelah penyerangan, seluruh MHS sudah tahu kebenarannya. Mereka tidak lagi membela Caitlin. Bahkan, beberapa orang yang bertemu dengan Helena juga meminta maaf karena sudah merundungnya waktu itu.

"Ma, udah dulu ya," ujar Helena. "Mama di situ aja, jangan ikut desak-desakan. Atau pulang aja biar Mama nggak capek."

"Iya, Hel. Siap!"

"Byee, Ma."

"Byee."

Tut.

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang