✧ H E L E N A ✧
15. SUKA
Dua pasang kaki itu berjalan bersisian, langkahnya santai dan hati-hati. Helena—gadis itu membawa buket bunga yang diberikan oleh Grey beberapa waktu lalu. Katanya, ingin dipakai buat foto-foto. Sementara Grey membawa camilan-camilan yang tadi sempat dibeli di supermarket.
Mereka memang baru saja makan malam, tapi belum kenyang karena bukan makanan yang berat. Perut keduanya masih kuat untuk menampung makanan lebih banyak lagi. Seperti perut karet.
Akhirnya, sampailah Helena dan Grey di tujuan. Bagian tepi di bukit bintang yang indah. Dari atas sini, mereka bisa melihat kelap-kelip lampu dari kejauhan. Warna-warni seperti bintang.
"Hati-hati," ucap Grey bersikap waspada ketika Helena hendak mendudukkan pantatnya.
Helena tersenyum manis membalas perhatian itu. Ujung-ujung rambutnya yang digerai diterbangkan oleh angin. Tampak cantik sekali walau pencahayaannya remang-remang.
"Fotoin gue, Grey," pinta Helena seraya menyodorkan ponselnya.
"Siap, kanjeng ratuu!"
Cowok itu mengambil posisi yang tepat dengan ponsel Helena berada di tangannya. Padahal, tadi sebelum ke sini ... ia sudah mengambil foto gadis itu. Mungkin Helena masih kurang puas dan tentunya ingin mengabadikan momen.
Setelah itu, mereka diam sambil memandang keindahan di depan mata. Sesekali saling melirik dan memikirkan topik pembicaraan apa yang harus dibahas. Bingung. Seperti penulisnya.
"Gue boleh gombal nggak?" tanya Grey.
Helena mengangguk. "Boleh."
Namun, Grey diam saja. Tidak membalas lagi dan Helena tetap menunggu. Lima detik, sepuluh detik. Grey tetap diam.
"Kok diem?" tanya Helena.
"Nggak jadi deh," jawab Grey dengan enteng.
Helena mengerutkan keningnya, bingung. "Kenapa?"
Cowok itu mendekatkan bibirnya ke telinga Helena, kemudian berbisik, "Karena lo bagusnya diseriusin. Bukan digombalin."
Tawa Helena seketika pecah. Ia merasa geli dan hatinya menghangat secara bersamaan. "Gue lemparin ke jurang, mau? Haha."
"Kok galak? Gue jadi takut nih," balas Grey ikutan tertawa.
Tenang, Grey bukan cowok yang suka gombal sana-sini kok. Yang tadi cuma untuk mencairkan suasana. Tapi ... Grey serius dengan ucapan itu.
Kemudian, Grey mengambil sebuah minuman dalam plastik yang bertuliskan nama supermarket. Minuman fermentasi, yang katanya baik untuk usus. Slogan dari minuman berkemasan kecil itu adalah 'Cintai ususmu, minum Yakult tiap hari.'
Grey mengocok minuman itu sebentar, dengan keras. Tujuannya agar isi di dalamnya tercampur rata. Siapa tahu ada yang mengendap kan?
Melihat hal itu, Helena kepikiran sesuatu. Sebuah Twitter yang ia lihat beberapa waktu lalu.
"Kalo minum Yakult jangan dikocok dulu. Nggak boleh tahu!" ujar Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELENA (End)
Teen Fiction(SEKUEL ARANDRA) *BEBERAPA PART DIPRIVAT ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA* Ini kisah tentang "Helena", gadis cantik nan baik hati yang disukai semua orang. Ia berbakat dalam banyak hal dan dengan bakat itu lah ia bisa masuk ke ... Starlight Cheerleader-se...