✧ 1 ✧ New School

131 3 0
                                    

✧ H E L E N A ✧

"Pagi ini aku bernyanyi
Mengalunkan lagu selamat pagi
Sambut ceria mentari
Mengingatkan kita untuk selalu
Melangkah maju ke depan
Meninggalkan Jejak yang telah berlalu
Kita tulis cerita baru"

CJR - Good Morning Pagi Ini

•••

1. NEW SCHOOL

Kedua tangan gadis itu lihai menata helai demi helai rambut panjangnya. Mengumpulkannya menjadi satu dan diikat dengan erat. Sederhana dan tidak mengganggunya. Ia tidak suka sesuatu yang ribet.

Kemudian, tangannya beralih mengambil sunscreen dan mengoleskannya ke wajah. Berbeda dengan Mamanya sewaktu dulu, Helena sudah memiliki kesadaran sedikit bahwa tubuhnya harus dirawat. Terutama wajah yang merupakan asset paling berharga. Ia tidak mau wajahnya gosong atau pun belang, meskipun matahari Bandung tidak sepanas Jakarta.

Setelah memakai sepatunya yang berwarna putih, ia segera menuju ke lantai bawah untuk sarapan pagi. Bergabung dengan Arana dan Candra yang sudah duduk rapi di kursi masing-masing.

"Kok kamu sih yang siapin sarapan, padahal 'kan bisa Mama aja ...," ucap Arana ketika putri satu-satunya baru menduduki kursi, bersebelahan dengan dirinya.

Helena menunjukkan senyum yang menunjukkan deretan gigi-giginya yang rapi. "Nggak papa, Ma. Itung-itung ini hari pertama aku di sini."

Tadi, pagi-pagi sekali Helena sudah bangun. Ia tidak memiliki kegiatan yang berarti, sehingga memilih untuk membuat nasi goreng dengan bahan-bahan yang ada di kulkas. Baik Arana maupun Candra belum menyadarinya, hingga Helena kembali ke kamarnya untuk siap-siap sekolah.

"Mama seneng, deh, kamu akhirnya tinggal sama Mama Papa di sini," ucap Arana sambil memeluk erat Helena dari samping.

"Helena juga seneng banget kok, Ma," balasnya.

Di seberang meja, Candra tersenyum tipis. Ia tahu kalau yang Helena katakan tidak sepenuhnya jujur. Putrinya itu pasti sangat berat meninggalkan sahabat-sahabat yang sudah bersamanya sedari kecil.

Bisnis restoran Candra sekarang sudah besar, memiliki cabang di mana-mana. "Arandra Cafe & Resto", nama yang ia berikan beberapa bulan sebelum menikah dengan Arana. Itu juga yang menjadi sumber penghasilannya. Karena cabang yang ada di Bandung adalah cabang yang paling maju, paling ramai pengunjung, maka ia jadikan cabang di Bandung menjadi pusatnya. Memindahkan pusat dari Jakarta ke Bandung.

Jadi, itulah alasan kepindahannya. Memang tidak mudah bagi kehidupan pribadi—baginya, bagi istrinya, terutama bagi Helena. Tapi, di sisi bisnis ialah sangat menguntungkan bisa memindahkan pusat "Arandra Cafe & Resto" ke Bandung. Karena dari awal, hampir 90% bahan baku dikirim dari kota ini. Ia jadi bisa mengawasi secara langsung bahan baku yang akan dikirim ke seluruh cabang.

Namun, Candra tak membahas itu. Ia tidak akan mengungkit-ungkit tentang perasaan Helena mengenai kepindahannya. Bukan karena ia tidak peduli, justru ia tidak mau kalau Helena menjadi sedih. Sebisa mungkin, ia harus mengalihkan Helena dari kenangan di Jakarta dan memberikannya kebahagiaan baru di Bandung. Sebisanya, sebisa yang ia bisa.

"Baju seragam kamu jadi besok, Hel. Besok Papa anterin ke penjahitnya ya," ujar Candra.

Helena yang sedang mengunyah nasi goreng, menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri. Memberi isyarat sebelum berbicara. "Nggak usah, Pa. Kirim alamatnya aja, aku bisa ke sana sendiri."

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang