✧ 18 ✧ Pengukuhan

68 3 0
                                    

✧ H E L E N A ✧

18. PENGUKUHAN

Gadis cantik itu mengambil sebuah bandana berwarna biru muda. Di tengah-tengah ada semacam telinga kelinci. Menambah kesan imut, padahal tujuannya agar anak rambutnya tidak menggangu.

Kemudian, ia kembali telungkup di atas kasur empuknya. Wajah gadis itu menghadap layar laptop yang menampilkan wajah kekasihnya. Ia sengaja memakai laptop agar gambarnya lebih besar.

Meraih toples berisi baso goreng pedas yang sudah ia siapkan, gadis itu mengambil isinya. Mengunyahnya dengan lezat. Camilan pedas itu memang sudah menjadi favoritnya sejak lama.

"Jangan kebanyakan ngemil baso gorengnya, Hel. Ntar mencret lagi lo kayak dulu," ujar pacarnya yang ada di layar laptop, memperingatkan.

Helena tertawa, ia ingat kejadian itu. Saat ia menghabiskan satu kilogram baso goreng pedas dalam satu malam. Ah, itu karena dia tidak sadar telah menghabiskan sebanyak itu. Apa lagi saat itu Helena sedang menonton drakor yang seru.

"Lo tenang aja, haha. Ini udah ditakar di toples ukuran dua ratus lima puluh gram," balas Helena.

Glenn yang ada di layar itu tersenyum tipis. "Gue jadi kangen nonton film bareng sama lo."

"Makanya sini dong ke Bandung."

"Lo yang ke sini kali! Gue kan pernah ke sana sekali," sahut Glenn tak terima.

"Gue sih sebenernya pengen, pengen banget." Lantas Helena mendesah. "Tapi kan ... gue di sekolah lagi sibukkk banget, pulangnya sore terus. Hari libur aja kadang harus berangkat buat latihan."

"Iya, gue ngerti kok. Liat waktu aja kapan ada waktu luang," ujar Glenn. "Yang penting jangan lupain gue. Muah."

"Idih, apaan. Najis." Helena tertawa.

Walaupun sudah berpacaran satu tahun, Helena belum terbiasa dengan keromantisan. Berteman dengan Glenn dari kecil, membuat hubungan itu sangat santai. Jauh dari kata romantis seperti pasangan kebanyakan.

Kalau ada yang romantis dikit, malah rasanya ... alay.

"Sana tidur, ah. Udah malem," suruh Glenn.

"Iya nih, udah lumayan ngantuk." Helena menguap. Jam-jam segini memang biasanya ia sudah tertidur pulas.

"Good night. Mimpi yang indah, sayangkuu!"

"GLENNNN!" Suara Helena seperti merengek. "Geli ah!"

Glenn yang ada di sana malah tertawa. Ia puas setiap kali mendapati Helena salah tingkah, karena belum terbiasa.

"Tidur yang nyenyak, Hel."

Helena mengangguk. "Lo juga. Habis ini langsung tidur, jangan nge-game dulu!"

"Nge-game dulu lah sebentar."

"Sebentarnya lo tuh bisa sampe lima jam!" kesal Helena.

Glenn tertawa lagi. "Udah udah sana tidur. Byee!"

Video call berakhir.

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang