✧ H E L E N A ✧
8. NEGARA PALING SEPI DI DUNIA
Sebuah pena beradu dengan kertas yang masih putih, bergaris-garis hitam kebiruan. Jari-jari lentik itu menuliskan kalimat demi kalimat di sana. Mengisi kekosongan, tulisannya rapi dan mudah untuk dibaca.
Di hadapan Helena, terpampang sebuah buku paket yang menampilkan sebuah halaman. Berisi soal-soal yang lumayan banyak dan banyak pula jawabannya, alias soal uraian.
Seharusnya di weekend seperti ini, murid-murid jangan diberi tugas rumah. Sudah sekolah dari pagi—rata-rata pukul enam sudah berangkat dari rumah, dan pulang sekitar jam empat sampai lima sore. Apakah waktu itu tidak cukup untuk otak kami berpikir?
Memaksa otak yang lelah juga tidak baik .... Kapasitas otak manusia ada batasnya. Bukan robot.
"Tadaa!! Pie buahnya udah jadii," seru Arana yang muncul dari arah dapur.
Arana meletakkan sebuah piring berisi pie buah yang cantik. Buah naga, kiwi, mangga, anggur, apel, pir, membuat pie itu tampak warna-warni dan menarik. Helena sampai tak sadar sudah melempar bolpoint-nya untuk menghampiri pie buatan Mamanya itu.
"Pelan-pelan, Hel," ujar Arana seraya melepaskan celemek dari tubuhnya.
Namun, Helena tak mau dengar. Ia tetap menyuapkan potongan besar ke dalam mulutnya.
"Enak, Ma," sahut Helena dengan mulut yang penuh. Suaranya terdengar tidak jelas.
Kemudian, Candra memasuki ruang tengah. Pakaiannya tampak santai karena di weekend seperti ini, ia tidak pernah ke mana-mana. Bahkan di keluarga mereka, ada jadwal di mana weekend diisi dengan liburan ke tempat wisata atau menikmati waktu di rumah.
Candra percaya, banyaknya waktu di antara mereka akan mengeratkan hubungan kekeluargaan. Walau mereka hanya keluarga kecil—tiga orang, yang namanya keluarga harus tetap dijaga. Karena baik ia maupun Arana sudah tahu rasanya hidup di keluarga yang tidak lengkap.
"Udahh, kerjain PR-nya lagi sanaa!" omel Candra sambil menjauhkan piring berisi pie buah itu. "Enak aja semuanya mau dihabisin."
Helena nyengir, lantas memilih menyingkir alias kembali ke tempatnya semula. Dia mengalah dan nurut dengan Candra karena di tangannya sudah ada dua potong pie. Helena juga hampir menghabiskan setengah pie buah buatan Arana sendirian.
"Bikinin lagi, Raa. Masa aku cuma dapet seginii," rengek Candra dengan wajah memelas.
"Bikin sendirii," balas Arana. "Itu aja bikinnya lama, tauu!"
Candra memasang wajah cemberut. "Ya udah, nanti aku beli sendiri aja. Aku makan bareng penjualnya sekalian."
Arana tertawa renyah. "Silahkan. Paling nanti yang jual emak-emak, haha."
"Hilihh! Kamu juga sekarang emak-emak tauu!" balas Candra dengan nada mengejek.
Plak!
Arana memukul lengan atas Candra dengan keras. Pria itu sampai mengusap-usap bekasnya dengan meringis sakit.
"Kan fakta, Maa. Kenapa Mama malah marah?" tanya Helena ikut-ikutan. Di akhir kalimatnya, ia tertawa.
"Ihh, kamu ya!" Arana kesal.
"Mamanya kan emang emak-emak. Kalau bukan, aku anak siapa coba?" ujar Helena meralat kalimatnya.
Arana diam sejenak. Kemudian membalas, "Iyaa ya?"
"Dasar! Nggak inget umur," ujar Candra kembali mengejek.
"Ngajak ribut emang lo, ya!" Arana berteriak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELENA (End)
Jugendliteratur(SEKUEL ARANDRA) *BEBERAPA PART DIPRIVAT ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA* Ini kisah tentang "Helena", gadis cantik nan baik hati yang disukai semua orang. Ia berbakat dalam banyak hal dan dengan bakat itu lah ia bisa masuk ke ... Starlight Cheerleader-se...