✧ 5 ✧ Knit Cardigan

76 4 0
                                    

✧ H E L E N A ✧

5. KNIT CARDIGAN

Helena mengemasi barang-barangnya dengan cepat, padahal bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Ia ingin segera menuju gerbang sekolah karena Candra sudah menunggunya. Helena tak mau Papanya itu mengomel, apa lagi sudah ada sepuluh menit Candra menunggu.

Helena dan Candra sudah merencanakan untuk pergi ke penjahit. Seperti yang pria itu katakan saat itu, baju-baju seragam Helena sudah jadi. Helena tidak sabar untuk melihat tubuhnya berbalut seragam Moonstar High School.

"Lo ke depan nggak?" tanya Helena pada Kaylee. Yang ia maksud adalah ... gadis itu mau bareng ke gerbang atau tidak.

"Nggak, Hel. Cowok gue jemput di gerbang belakang," jawab Kaylee.

"Deket kantin belakang?"

Kaylee mengangguk. Sementara Helena mengerutkan kening.

"Yang kata lo biasa buat nongkrong W-Wolf itu kan?"

Kaylee mengangguk lagi. "Udah, tenang aja. Ada cowok gue, kok."

"Okey." Helena tampak ragu-ragu. "Tapi, tetap hati-hati, loh. Atau mending lo tunggu di deket sana tapi sembunyi, ntar cowok lo yang nyamperin duluan."

"Iya iya, Hel. Tenang aja pokoknya, mah. Wakil W-Wolf ajaa sepupu-nya Liam. Nggak bakal ada yang berani apa-apain gue," ujar Kaylee.

Helena menepuk sekali bahu Kaylee. "Ya udah, gue duluan. Bokal gue udah nungguin di depan."

"Oke, ati-ati yaa."

Helena langsung tancap gas, berlari menuju ke pintu kelas dengan terburu-buru. Sampai-sampai, ia menabrak seorang cowok jangkung yang bertubuh tegap dan kekar. Tak sengaja. Kebetulan cowok itu tengah lewat di depan kelasnya.

"Sorry, nggak sengaja," ucap Helena. Dahinya sakit karena membentur dada bidang cowok itu.

"Hm, nggak papa," balasnya.

"Okay."

Setelah mengucapkan kata yang singkat itu, Helena kembali berlari. Tak ada kapoknya memang. Di dalam larinya, ia bertanya-tanya tentang cowok yang tadi.

Pasti anak White Wolf.

Helena melihat bordiran serigala putih dengan name tag di bawahnya, yang ada pada jaket cowok itu. Memang hanya mereka yang berani berkeliaran di sekolah menggunakan jaket. Seperti sudah menjadi kebanggaan tersendiri.

Ditambah lagi ... cowok itu sangat ganteng. Iris matanya berwarna abu-abu, kulitnya putih bersih, blasteran. Bisa-bisa Helena tidak bisa tidur karena terbayang-bayang sepanjang malam.

Ah! Kalau Helena tidak buru-buru, ia pasti akan mengajak cowok itu berkenalan.

"Lamaa!!" kesal Candra dari atas motornya. Wajahnya merah karena terlalu lama terkena panas matahari.

"Papa yang terlalu buru-buru. Kan udah tahu aku pulangnya jam berapa, malah jemput awal banget," balas Helena. Ia tak terima disalahkan.

Candra hanya nyengir, tidak melanjutkan perdebatan dan menyuruh Helena segera naik. Motor pun melaju membelah jalanan Bandung yang ramai.

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang