"STOP!"
Algav menatap kedua pria di depannya dengan tajam. Kedua orang yang sedarah ini selalu saja melayangkan perang dingin satu sama lain. Algav menutup matanya berusaha meredam emosi yang ikut memanas melihat perilaku sahabatnya.
"Mulai lagi." dengkus Bobi seraya mendudukkan diri disamping Ardi yang sibuk dengan gadget nya mengabaikan pertikaian yang terjadi di dekatnya.
"Kali ini apa?" gumam Revano yang masih bisa di dengar oleh Zidan. Sedangkan Zidan hanya mengendikkan bahu acuh.
"Duduk!" perintah Kendrik yang baru saja datang dari arah dapur seraya membawa sebotol air putih ditangannya. Ken mendengkus melihat Iel yang tak bergerak di tempatnya.
"Di bilang duduk, susah amat." ucap Ken sambil mendorong bahu Iel agak duduk di sofa.
"Bandel banget." desis Ken berjalan menuju sofa yang kosong.
"Ada apa lagi?" tanya Algav setelah melihat suasana sedikit tenang.
1 menit berlalu, dengan keheningan tanpa salah satu dari mereka menjawab pertanyaan Algav.
"Dia yang mulai." Bara menunjuk Iel dengan dagunya, tangannya mengusap sedikit bercak darah yang berada di pangkal hidungnya.
Iel terkekeh hambar. "Anjing lo." ucap Iel sembari berdecih.
Bara menghentikan pergerakannya, "Jaga sopan santun lo Iel." desis Bara menatap tajam adiknya.
"Apa? Lo mau nyembunyiin apa lagi ke gue?" Kata Iel menantang.
"Lo gak tau apa-apa." desis Bara.
"Ya makanya kasih tau gue!" intonasi Iel meningkat dengan urat leher yang tercetak jelas. Revano dengan sigap menahan Iel yang akan beranjak dari duduknya.
"Dengerin dulu, el." ucap Revano mencoba menengahi pertikaian ini.
"Dengerin apa? Dengerin dia kalo dia itu sok jagoan dengan nyembunyiin semua dari gue." ucap Iel melirik Bara dengan tatapan remeh.
"Gue gak nyembunyiin apapun, sialan." gigi Bara bergeletuk saking geramnya.
"Lo nyari tahu keberadaan ayah sama bang Aarav." cerca Iel menatap berang Bara.
"Lo juga cari tahu dimana tuan aguar saat ini. Apa itu artinya? Lo mau nyembunyiin adek dari gue." kata Iel mengintimidasi.
"Lo salah paham, gue bahkan belum nemu apapun." balas Bara sengit.
"Dengerin Bara, El. Biar Bara jelasin dulj ." ucap Ardi yang sudah menaruh gadgetnya.
Iel berdecak malas. "Jelasin!"
Bara membuang nafas dengan kasar. "Gue cuma curiga kenapa ayah sama bang Aarav pergi dengan alasan bisnis dan lebih anehnya mereka pergi ke titik yang sama, London." Bara menatap Iel yang juga menatapnya dengan serius.
"Disana juga ada jejak... tuan Aguar." Bara melihat Iel yang mematung.
"Adek-"
"Gue gak yakin." Bara memotong ucapan Iel.
"Ayah pulang hari ini, gue bakal cari tahu." Bara bangkit dari duduknya dan berlalu pergi ke luar apartement tanpa kata.
Brak
Para sahabat mereka juga ikut terkejut atas apa yang diucapkan oleh Bara, setelah kepergian Bara ruangan tersebut hening. Mereka sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depannya.
INEFFABLE
Ara menyembunyikan wajahnya di dada Aarav. Setelah melakukan fisioterapi yang membutuhkan waktu yang lama dan tentunya menyiksa bagi Ara. Akhirnya Ara bisa bermanja dengan bang tertuanya. Menemani abangnya yang sedang sibuk dengan laptop di depannya sembari memangku sang adik yang duduk menghadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...