Aslan terbangun saat merasakan gawainya bergetar terus menerus. Sudah lama sejak ia lebih memilik tinggal di apartemen dan memulai pekerjaannya di rumah, memantau rumah sakit dari jauh hanya satu kali dalam satu minggu ia akan mengecek rumah sakit selebihnya ia lebih memilih mengawasi dari apartemen.
Dengan keadaan shirtless dan tubuh tengkurap Aslan meraih gawainya meletakkannya di samping telinga tanpa melihat siapa penelpon Aslan langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Hm." Aslan masih menutup mata dengan wajah mengantuk.
"Selamat siang, Tuan Aslan." Panggil seseorang diseberang sana.
"Hm, apa?" Aslan mulai membalikkan badan terlentang. Memandang ponselnya sebentar sekedar mengetahui nama penelfon.
"Saya ditugaskan oleh tuan Direnc untuk menghubungi anda." Aslan bangkit terduduk seraya mengusap wajahnya.
"Kenapa?" Aslan berdehem karena suaranya serak.
Aslan mendengarkan ucapan assistant ayahnya sembari bangkit dari ranjangnya. Berjalan menuju nakas mengambil air putih yang sengaja ia sediakan lalu meneguknya hingga kosong. "Tuan mengatakan kepada saya, untuk mengundang tuan muda di kediaman tuan besar hari ini. Tuan besar berharap besar agar tuan muda dapat datang." Ucap Ernald diseberang sana sambil menaruh gelas di tangannya.
Aslan menaikkan sebelah alisnya menandakan sedang berpikir sebab ayahnya tak pernah meminta hal seperti ini sebelumnya dan jika titah sudah di kumandangkan berarti ada suatu hal yang mewajibkan untuk dirinya datang.
"Saya kesana." jawab Aslan melangkahkan menuju kamar mandi.
"Baik tuan muda, saya harap anda sesegera mungkin untuk menemui tuan besar." balas Ernald di seberang sana.
"Hm." respon Aslan sebelum menutup panggipannya. Ia melempar pelan handphone nya di wastafel, seperkian detik ia terdiam memandang wajahnya sendiri dengan pikiran yang berkecamuk. Tanpa suara Aslan bergerak melepas pakaiannya yang tersisa dan bersegera membasuh tubuhnya.
INEFFABLE
Tidak hanya Aslan yang datang melainkan semua saudaranya kecuali Aarav yang entah kemana pergi dan Aslan tidak terlalu peduli akan hal itu. Aslan kembali menyuapkan sesendok nasi besrta lauk ke dalam mulut lalu mengunyahnya hingga lembut. Sebelum membicarakan hal yang seperti nya penting, sang Bunda mengajaknya makan siang terlebih dahulu.
Setelah semua menghabiskan makanannya sekarang mereka tengah duduk diruang keluarga yang terletak di penthouse Direnc. Ada setitik rasa sedih menyerang Lia mengingat sudah lama keluarganya tak berkumpul bersama walaupun kali ini juga terasa masih kurang dengan anak-anaknya yang belum hadir semua.
Tidak berselang lama Ernald datang dengan sebuah map di tangannya. Sesikit menunduk menyapa para Tuan dan Tuan mudanya yang menatapanya bingung. Aslan duduk dengan Bara disampingnya dan Iel yang lebih memilih dekat dengan sang ibu sedangkan ayahnya duduk di sofa single dengan kaki yang menumpu kaki satunya.
"Silahkan tuan." Ucap Ernapd yang berdiri di sebelah Direnc yang menerima map pemberian assistant nya.
Bara yang agaknya mengerti situasi ini lebih memilih diam menunggu ucapan yang keluar dari bibir sang ayah. Ia mencoba bersabar kali ini dengan bekal di benaknya jika ia akan segera bertemu orang terkasihnya.
"Itu apa, Yah?" tanya Naerlian pada suaminya.
"Surat dari rumah sakit." jawab Direnc dengan tampang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Fiksi Remaja🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...