"Hari ini sampai disini terlebih dahulu ya, Ara bisa meluangkan waktu untuk mempelajari materi selanjutnya supaya saat belajar besok lebih mudah." ucap wanita tersenyum manis.
Ara ikut tersenyum. "Baik, Miss."
"Saya pamit dulu ya Ara." pamit Miss tersebut sembari membereskan barang bawaannya.
"Biar Ara antar ke depan Miss." sahut Ara berdiri dari duduknya.
"Haha, tidak perlu Ara." Miss tersebut terenyum lembut.
"It's okay, Ara yang mau kok." ucap Ara dengan tampang lugunya.
"Baiklah."
Ara melambaikan tangannya pada mobil sedang melaju milik wanita yang ia sebut dengan panggilan 'Miss' tersebut. Ara menghentikan langkahnya saat akan berbalik karena telinganya menangkap suara bising motor. Keningnya berkerut melihat jejeran motor yang berhenti di halaman mansionnya.
"Abang." gumam Ara menatap salah satu dari beberapa pria yang masih duduk di atas motornya, tepatnya Bara yang tengah melepaskan helmnya.
Bara melangkah diikuti tiga pria dibelakangnya yang menatap Ara dengan raut terkejut seakan tak percaya. Bara berhenti tepat dihadapan adiknya, mengecup singkat kening Ara dan mengusap pipinya lembut.
"Abang kok udah pulang?" tanya Ara mendongak menatap abangnya, mengabaikan tatapan dibelakang punggung Bara.
"Hm, abang bebas tinggal nunggu kelulusan."
Ara ber-'oh' saja seraya mengangguk paham lalu menatap para lelaki yang datang dengan abangnya itu. Ara masih ingat mereka karena ia tak lupa ikatan. Ara tersenyum bermaksud menyapa kawan abangnya.
"A-ara kan?" tanya Bobi terbata-bata.
Ara mengerjab pelan lalu meringis. "Iya kak, hai." Ara melambaikan tangannya.
"Kok?" Ken menatap Ara dan Bara bergantian.
Sedangkan Algav hanya menatap datar pemandangan di hadapannya walau di benaknya ia sama terkejutnya dengan apa yang ia lihat sekarang. Walaupun begitu rasa lega dan bahagia lebih mendominasi di hatinya. Tak ada rasa selega ini setelah mengetahui jika adik dari sahabatnya itu dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apapun.
"Bar, lo ga niat jelasin." Bobi sedikit memincing menatap Bara.
"Hooh." Ken mengangguki saran Bobi.
"Di dalem aja." Bara menggandeng tangan adiknya lalu melangkah memasuki mansion.
Mereka duduk sofa ruang tengah dengan orange jus yang tersaji di hadapan mereka disertai camilan yang pelayan siapkan. Sedangkan Ara, ia lebih memilih pergi ke taman sekedar bersantai setelah pembelajaran usai.
Ya, Home Schooling. Setelah beberapa minggu yang lalu Ara membahas sekolah. Akhirnya keputusan final diambil sang ayah jika dirinya harus bersekolah di rumah. Dengan segala rayuan akhirnya Ara mau juga.
"Jelasin!" Algav mengeluarkan suara setelah mengunggu Bara yang malah sibuk dengan gadget nya.
Bobi menepuk bahu Ken agar menyudahi acara makannya. "Ah, iya-iya jelasin." ucap Ken sembari meminum minumannya.
Bara meletakkan gedgetnya lalu memusatkan pandangan pada teman-temannya. Ia mulai bercerita dari awal dimana kejadian yang terjadi saat dirinya mulai merasa kejanggalan pada perilaku sang ayah dan ayahnya yang membeberkan sendiri tentang keberadaan adik perempuannya hingga Ara yang kembali ke mansion kembali.
"Tapi tadi Ara udah bisa jalan." sahut Bobi.
"Udah dari beberapa minggu yang lalu." balas Bara.
"Syukur deh, akhirnya lo bisa hidup lagi." Ucap Ken dengan senyum lebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...