Sesuai rencana semalam, Ara kini udah nyaman duduk di kursi penumpang. Hari ini masih begitu pagi, bahkan pelayan belum menyiapkan sarapan. Om supir bilang, ayah dan bundanya sudah pulang pagi tadi dan mungkin saja mereka masih tidur saat Ara berangkat.
Dibantu Om supir untuk duduk dengan nyaman di bangku kelasnya. Ara menelungkupkan kepala mencoba tidur sebentar sembari menunggu para temannya yang belum datang.
"Ra!"
Mata Ara menyipit memandang sekitar yang ramai.
"Lo gapapa? Pucet gitu?" Tanya Arin khawatir seraya mengambil tempat di bangku samping Ara.
Ara menggeleng pelan, "Gapapa, capek aja."
"Kenapa pake sandal? Kaki kanan lo juga bengkak." Ara mengikuti arah mata Jia, laku meringis, bahkan ia tak nyadari jika kakinya bengkak.
"Jatuh kemarin." Jawab Ara.
"Astaga, udah ke rumah sakit?" Tanya Feli ikut mendekat.
Ara menggeleng pelan, "Udah gapapa kok, udah dikompres juga kemarin."
"Ke uks aja yuk." Ara menggeleng atas ajakan Arin.
"Aku udah gak masuk kemarin, gak mau ketinggalan pelajaran lagi." Ara memasang wajah memohon.
Jia menghela nafas, "Bilang kalau ada apa-apa." Ara mengangguk cepat.
"Dasar kepala batu." Ara mendelik mendengar ucapan Feli.
INEFFABLE
Direnc menutup kembali kamar putrinya yang kosong lalu berjalan ke lantai bawah, menemui istrinya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Bun, adek kemana?" Lia menghentikan aktivitas nya, menatap suaminya.
"Loh! Gak ada dikamar yah?" Tanya Lia.
"Ga ada."
"Bik, adek tadi kemana?" Tanya Lia pada salah satu assisten rumah tangga.
"Nona, sudah berangkat sekolah dari pagi tadi nyonya." Jawabnya.
"Adek belum sarapan?" Mata Direnc berkilat sedikit marah dan khawatir.
"Belum tuan."
"Kenapa gak bangunin saya tadi!" Lia mendekat ke arah suaminya, mencoba meredakan emosi sang suami.
"Nona berangkat tanpa berpamitan tuan, mungkin nona hanya berbicara dengan supirnya. Kami juga tidak tahu. Maafkan saya tuan." Ucap pelahan tersebut.
Lia menghela nafas, "Ke dapur aja bik, gapapa biar saya telfon anaknya nanti."
"Baik nyonya, saya permisi."
Lia melihat suaminya yang berlalu ke kamarnya, Lia segera menyusul. Mendapati suaminya yang tengah menghubungi putri mereka yang kelihatannya tak mengangkat panggilan ayahnya.
"Dari kemarin gak angkat telepon dari ayahnya." Gerutu Direnc.
"Masih ada guru mungkin, ditunggu aja, Yah."
"Panggilin supirnya adek aja bun." Kia mengangguk dan keluar kamar.
Direnc menuju ruang keluarga, disana istrinya tengah berbincang dengan sopir yang ditugaskan untuk mengantar putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...