Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ara yang sudah naik ke kelas dua belas hingga beberapa bulan lagi ia menuju kelulusan. Abangnya Iel pun sudah lulus lebih dulu. Iel yang lebih memilih kuliah di satu kampus dengan Algav namun mengambil jurusan berbeda, Iel mengambil jurusan Arsitektur. Katanya ia malas jika berurusan dengan kantor ataupun rumah sakit, ia ingin mencari profesi yang berbeda dari kedua abangnya. Dan ayah selalu mendukung apa yang anaknya mau.
Bara yang juga mungkin akan segera selesai studi, entah tahun ini juga atau tahun depan. Yang pasti Ara selalu mendoakam Bara agar lancar untuk kelulusannya, agar segera terbang seperti impiannya dan Ara berharap, ia akan menjadi penumpang pertama untuk abangnya.
Pulang sekolah seperti ini, Ara suka menjernihkan pikiran sebentar di sebuah cafe langganannya, duduk sendiri di samping jendela, mengamati para pengendara yang berlalu lalang. Sepotong cheesecake dan milkshake strawberry menemani sore Ara.
Berbalas pesan dengan sang kekasih seperti ini kadang membuat Ara terkekeh sendiri. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu bersama saat hari sabtu atau minggu. Algav berencana agar lulus cepat, katanya sudah capek dengan tugas kuliah yang membuatnya sibuk.
👤Kak Algav🤍
Pulang sekarang, sayang. Udah sore ini.
Ara beranjak kemudian, keluar cafe setelah membayar. Memasuki taksi yang melintas. Bagi Ara inilah self healing, cukup menghabiskan banyak waktu dengan sesukanya. Yang pasti, Ara sudah izin pada ayahnya.
INEFFABLE
Dahi Ara berkerut mendengar suara ramai dari dalam rumahnya, melirik ke teras rumahnya, ada sekitar tiga mobil yang terparkir rapi. Dua diantaranya adalah mobil Aslan dan Aarav, tapi yang satu lagi Ara tak tahu milik siapa.
Melewati pintu rumah, Ara semakin bingung melihat orang-orang yang sedang berbincang serius bersama kedua orang tuanya dan kedua abangnya.
"Nona, tuan sudah menunggu anda." Salah satu pelayan maju memberitahu Ara yang masih terdiam di depan pintu.
"Ah, iya." Ara mengangguk lalu melangkah mendekat diikuti pelayan tadi sembari mengambil tas sekolah Ara untuk dibawanya.
Ara sedikit sungkan untuk menimbrung melihat mereka yang asik bercengkrama.
Aarav yang pertama kali sadar akan kehadiran adik perempuan nya segera memanggil untuk bergabung.
"Adek, sini!"
Ara terkekeh canggung, sembari bergerak menyalimi tamu-tamunya. "Ini Ara, ya?"
Ara mendongak lalu mengangguk kecil, "Iya tante."
"Eh, jangan tante dong, panggil mama biar sama kayak kak Sana sama abang Aarav."
Ara terbengong lalu tertawa canggung, "Iya."
Rita mengelus rambut hitam panjang Ara dengan tatapan melembut, "Kak Sana dulu kepingin banget punya adik cewe kayak Ara gini, lucu."
Sana yang duduk disamping mamanya ikut tersenyum sembari mengelus bahu mamanya. Sedang di sofa seberang, Direnc hanya memperhatikan putrinya yang masih berseragam sekolah itu.
"Nanti sering sering main ke rumah mama ya." Rita mencubit gemas pipi Ara.
"Iya, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...