"Bagus sekali, nona Abizard. Sekarang nona bisa kembali berjalan seperti biasa, bisa berlari tapi ingat jika lelah jangan dipaksakan. Dan tetap perbanyak istirahat." Dokter tersebut mengalihkan perhatian dari Ara menuju Direnc dan Lia.
"Melihat kondisi perkembangan hari ini yang sangatlah baik. Nona bisa beraktivitas seperti biasa tetapi di awadi ya, ayah bunda. Mencegah hal hal yang tidak kita inginkan." ucap dokter tersebut dengan ramah.
"Tentu, dokter." jawab Direnc.
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam di rumah sakit, kini Direnc beserta istri dan anaknya pergi menuju restoran yang berada di salah satu hotel berbintang lima atas kemauan Lia. Istrinya itu sudah memiliki janji bertemu kaeannya di hotel ini.
"Bunda kesana ya, adek sama ayah dulu." pamit Lia pada putrinya dan mengecup kening putrinya.
"Ramai ya, ayah?" Ara mengedar pandangannya sembari mengikuti langkah kaki ayahnya.
"Karena ini waktu nya makan siang, sayang. Mau private aja?" tanya Direnc menatap pada putrinya.
Ara menggeleng, "Mau disini aja." Ara duduk diikuti ayahnya. "Uncle Erland duduk disini saja." pinta Ara menepuk kursi sisi kirinya.
"Tapi nona-" Ernald tak enak hati pada permintaan nona mudanya.
"Duduklah Ernald, putriku suka jika makan bersama-sama." Ara mengangguk antusias.
"Baik tuan."
"Arek mau pesan apa?" tanya Direnc sesudah menyebutkan terlebih dahulu pesanannya dan Erland.
"Adek mau steak." ujar Ara menatap ayahnya.
"Minumnya air putih saja ya?" ujar lembut Direnc mengingat putrinya ini beberapa kali sakit tenggorokan.
"Iya."
Ara tak banyak berbicara saat ini, ia lebih memilih melihat sekitar sesekali bersandar di bahu ayahnya yang berbincang santai dengan uncle Ernald. Direnc mengelus punggung putrinya ketika memeluk dirinya, menyembunyikan wajahnya di dada sang ayah, tangannya melingkar di pinggang Direnc.
"Kenapa, hm?" tanya Direnc menunduk memandang anaknya yang masih dalam posisi bersembunyi.
"Ngantuk, dek?" tanya Direnc mengurai sedikit pelukannya melihat raut wajah putrinya yang sayu.
"Jangan tidur dulu, makan dulu baru boleh bobok, oke." Direnc mencium pipi Ara.
"Makannya nanti saja, ayah." lirih Ara kembali merebahkan kepalanya.
"No, kita makan dulu. Itu makanannya sudah datang, ayo makan dulu." Dengan terpaksa Ara membuka matanya.
"Memang jadwal tidur siang nona muda, tuan." kata Ernald pada tuannya.
"Seharusnya kita mempercepat jadwal makan siang tadi." Direnc berkata sembari mengiris steak milik anak perempuannya.
"Mau ayah suapi?" Ara menggeleng.
Ara makan dalam diam juga Direnc dan Ernald yang sibuk menyantab makanannya. Beberapa kali Direnc memberikan perhatian kecil pada putrinya sekedar membersihkan noda di bibir atau membantu menyisihkan rambut Ara yang terurai.
"Tadi Princess sudah makan nasi?" ujar Direnc sedikit berbisik pada Ernald.
"Setahu saja, nona pagi tadi hanya masuk beberapa lembar roti dan susu tuan, nyonya sudah menyiapkan nasi tapi nona muda menolak." selain assistant khusus untuk Direnc dikantor, tak jarang tuannya juga menyuruh untuk mengawasi putrinya.
"Tolong pesan kan nasi." pinta Direnc pada Ernald sambil mengusap bibirnya dengan tisu.
"Baik Tuan." Ernald segera bangun bergegas melakukan apa yang tuannya minta.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...